30 December 2017

Bicara Nutrisi, Gizi dan Susu Kental Manis

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh perkumpulan dokter gigi Indonesia, penggunaan susu kental manis yang salah kaprah itu malah lebih banyak terjadi di kota besar.

Kok bisa?


Well, kalau melihat iklannya, susu kental manis (yang seharusnya disebut krimer kental manis itu) memang terlihat menyasar keluarga menengah di kota besar. Padahal harganya relatif murah. Inilah yang kemudian menjadi concern dalam Fun Discussion yang diadakan oleh Kelompok Kerja Jurnalis Penulis Kesehatan (K2JPK) bersama Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI pada 14 Desember yang lalu. Dengan tema “Cukupi Kebutuhan Gizi Keluarga, Jangan Salah Pilih Susu. Bunda Indonesia Bisa!” diskusi yang melibatkan berbagai kalangan ini bicara masalah nutrisi dan tumbuh kembang anak.


Lenny N. Rosalin, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak

21 December 2017

Menjadikan Gadget Sebagai Teman Belajar Lewat Quipper Video

Akhir pekan kemarin, saya dan Dudu mencoba Quipper Video. Penasaran soalnya.

“Keponakan gue pakai Quipper tuh,” begitu komentar seorang teman waktu saya cerita. “Sekarang ada yang buat anak SD juga?”


Awalnya saya juga bingung, bagaimana menggunakan Quipper Video ini untuk Dudu. Selain karena dia masih SD, kurikulumnya yang internasional juga sedikit berbeda. Lalu saya ingat kata kunci dari Dra. Itje Chodijah, M.A., Education Expert yang hadir di acara TUM Luncheon Bersama Quipper hari itu: “Quipper bukan pengganti sekolah tapi pasangan sekolah. Teknologi ini adalah pelengkap pendidikan.” Jadi, untuk kita berdua, Quipper Video jadi sarana belajar sejarah dan budaya Indonesia yang otherwise bakalan terlewat dari kehidupan Dudu seperti kemerdekaan Indonesia dan zaman kerajaan-kerajaan itu. 



"Pelajarannya yang di Quipper, aku belum sampai sih, belum diajarkan di sekolah. Tapi aku bisa belajar yang lain-lain, yang tidak diajarkan di sekolah aku," begitu komentar si Dudu waktu saya tanya gimana rasanya belajar pakai Quipper Video. "Kurasa bagus untuk belajar dari video, karena kalau kamu tidak mengerti kamu bisa ulang lagi terus dan gurunya tidak akan marah karena disuruh ulang-ulang."

14 December 2017

Melihat Peluang Lewat Content Writing dan Optimisasi SEO

Menjadi seorang content writer bukanlah tujuan akhir, tapi awal perjalanan menulis kita.

Kira-kira begitulah kesimpulan yang saya dapat dari workshop bersama CNI dan Komunitas Indonesia Social Blogger (ISB) kemarin di Burger King Pasar Festival. Workshop ini merupakan seri ke-2 dan sayangnya saya tidak ikut sesi pertamanya. Untungnya ada beberapa juga yang baru hadir di sesi ini dan Teh Ani Berta selaku pembicara bersedia mengulang sedikit presentasi awalnya. Beginilah kisah content writer wannabe di satu Minggu sore yang mendadak jadi jauh lebih berfaedah.


“Content writer ini bukan untuk blogging,” begitu penekanan Teh Ani di awal presentasinya. Soalnya, meskipun sama-sama menulis, content writer dan blogger itu berbeda. Sebagai blogger, kita punya blog, nulis buat diri sendiri dan senang-senang sendiri. Sementara content writer mengisi website orang, perusahaan atau institusi lain seperti misalnya Brilio, Citizen6, Vivalog dan Kompasiana. Kalau kita suka baca website dan ada tulisan mengajak kita untuk sumbang artikel dan mengisi di web mereka, itu adalah ajakan jadi content writer. Dibayar? Tidak selalu sih. Tapi sebagai content writer yang kita cari kan sebenarnya portfolio.

21 November 2017

The Bad Guy Wins Because He Gets The Girl

“Thor-nya kuat dan tampan. Thor juga pahlawannya. Tapi Mama sukanya Loki. I guess in the end, bad guy wins because he gets the girl,” komentar Dudu sepulang kita nonton Thor Ragnarok.

Lha, kok gitu, Du?

“Yah, habis Mama selalu ribut suka sama Loki.”



Gara-gara itu saya jadi berpikir kenapa Thor bisa kalah charming dari Loki. Well, di dunia drama Korea ada yang namanya second-lead syndrome. Mungkin di perfilman barat juga ada. Hahaha. Anyway, back to Thor. Secara keseluruhan film ini lucu banget. Lebih komedi daripada action, dan sebenarnya terasa kalau Marvel memaksakan beberapa adegan yang meskipun berhasil membuat satu bioskop tertawa ngakak, tapi sebenarnya tidak perlu-perlu amat ada di Thor Ragnarok. Jalan ceritanya sendiri ya, well, unfortunately buyar.

29 October 2017

Kolaborasi Philips dan KAMI di Jakarta Fashion Week

“Nyetrika baju suami? Nggak, di rumah gue, kita semua menyetrika baju sendiri-sendiri. Termasuk anak gue,” begitu kata teman saya.

Ketika saya tanya kenapa, jawabannya klasik: mereka semua tidak suka menyetrika. Tapi ketika ada yang berbaik hati menyetrikakan bajunya, pasti kena complain. Yang ini kerahnya tidak boleh disetrika, yang itu suhu setrikaannya kepanasan dan membuat bahan bajunya rusak, yang satu lagi salah setrika lipatan celananya. Menyetrikanya saja sudah was-was, bagaimana mau dengan senang hati?




Di Jakarta Fashion Week 2018 minggu kemarin, Philips menghadirkan setrika uap Perfect Care Optimal TEMP GC3920 dan Garment Steamer Easy Touch Plus GC524. Dua benda ini bikin saya jadi pengen ngomongin setrika lagi nih. Soalnya kata Yongky Sentosa, Head of Personal Health Philips Indonesia, “produk ini memberikan garansi kalau pakaian (yang disetrika) tidak akan terbakar.” Meskipun yang namanya baju gosong untuk saya hanya ada sebagai lelucon klasik di TV, tapi adegan salah suhu dan bahan yang rusak sudah jadi pengalaman sehari-hari. Tidak heran, soalnya, beda bahan memang beda kebutuhan.

21 September 2017

Belajar Menghargai Perbedaan dengan Wisata Rumah Ibadah

Dudu tidak dapat pelajaran PPKN dan Agama di sekolahnya. Tidak ada buku cetak yang mengajarkan umat Hindu sembahyang di Pura, umat Islam di Masjid dan lain sebagainya. Maklum, sekolah internasional, jadi berbeda kurikulumnya dengan saya dulu yang bertahun-tahun dijejali teori perbedaan suku dan agama. Ketika kegiatan Wisata Rumah Ibadah Komunitas Bhinekka (akhirnya) dibuka untuk anak kelas 4-6 SD di Jakarta, saya langsung daftar. 




Kenapa memahami perbedaan itu penting? Karena anak harus belajar toleransi dan menerima bahwa ada banyak orang yang berbeda dengan mereka. Menurut Vera, psikolog yang membawakan sesi "pembekalan untuk orang tua" di awal acara, tidak memahami perbedaan bisa mengakibatkan anak jadi stress dan kemudian tidak siap menghadapi perbedaan di lingkungan yang lebih luas lagi seperti ketika kuliah atau bekerja. Lalu, kenapa harus jalan-jalan? Ketika saya kecil dulu, menghafalkan bahwa orang Buddha pergi ke Wihara untuk sembahyang bisa menempel di kepala. Tapi untuk Dudu yang lebih visual, jalan-jalan tentunya lebih menarik dan diingat ketimbang mendengarkan "ceramah" guru di kelas. 

Saya drop di Sekolah Gemala Ananda, Lebak Bulus di pagi hari, lalu saya pergi "me time" setelah menyaksikan anak-anak ice breaking dan selesai pembagian kelompok. Orang tua tidak boleh ikutan padahal saya ingin banget mencoba masuk wihara dan lithang di Indonesia. Ada baiknya juga karena saya jadi punya waktu untuk menyelesaikan PR tulisan. Sorenya, saya jemput di Pura Amrta Jati, Cinere. Sambil berjalan kaki pulang dari Pura, Amrta Jati, saya dan Dudu berdiskusi tentang pengalamannya hari itu. Ini cerita Dudu:

18 September 2017

Gadget untuk Anak vs Me Time Mama

Selembar survey mendarat di pangkuan saya dengan pertanyaan bertuliskan “apa yang paling Anda khawatirkan dari pemberian gadget kepada anak Anda?” Masalah apa yang akan timbul kalau anak punya gadget sendiri? Kira-kira begitu maksud pertanyaannya. Hm… apa ya?

Miss Stella dari RISE yang menjadi moderator acara diskusi kita. (Photo by Single Moms Indonesia)
Ketika itu saya sedang menghadiri acara diskusi yang diadakan oleh Komunitas Single Moms Indonesia dan RISE, yang dikenal sebagai kursus bahasa Inggris untuk anak 2-12 tahun yang kini memiliki beberapa cabang. Acara tanggal 26 Agustus tersebut diadakan di RISE Central Park, tepat ketika Dudu baru sebulan punya HP. Beli pakai uang sendiri, patungan sama teman saya untuk hadiah ulang tahunnya. Selain HP, gadget si Dudu adalah tablet yang dibelinya juga dengan uang sendiri, dan Playstation 4 yang dibeli dengan uang hasil saya menang kuis 10 juta itu. Pas dengan tema “Gadget and Children: How to Use Them Wisely,” yang jadi tema siang hari itu.

Gadget, alias gawai dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sering jadi masalah untuk orang tua. Apalagi, sebagai Single Mom yang tidak punya banyak waktu “me time”, dan tidak punya pasangan untuk gantian pegang anak, saya sering juga menjadikan gadget sebagai babysitter. Dudu sampai pernah bilang, “Mama pasti senang sekarang karena aku asyik main PS dan tidak mengganggu waktu istirahat Mama lagi.” Itu saja sebenarnya sudah merupakan kekhawatiran sendiri.

Lalu akhirnya saya menuliskan kekhawatiran saya dan mengumpulkan kertas surveynya.

13 September 2017

Diskusi Seru Mencari Tahu Perbedaan Susu

Saya sudah 11 tahun jadi Mamanya Dudu. Tapi ikutan diskusi tentang susu bersama Kompeni Sehat dan dr. Martin Leman dari RS Harapan Bunda kemarin, kok sepertinya banyak hal yang selama ini tidak saya pahami. Ada 5 hal baru tentang susu yang saya bawa pulang dari Sleepyhead Coffee, yang tentunya bisa dibagikan di sini.

Bicara keseruan diskusi, tidak lepas dari coffeeshop yang letaknya di tengah jalan Gunawarman, tepat di seberang Le Quartier, ini. Tempatnya homey dan coffeenya enak, jadi diskusi yang berjalan benar-benar fun karena serasa kumpul-kumpul di rumah teman. 


Homey kan? Thanks fotonya Mba Agatha Mey



ASI exclusive untuk bayi usia 0-6 bulan itu pasti. Did you know it used to be just 4 months?

10 September 2017

Ngedate Seru Bersama Buku di Indonesia International Book Fair 2017

Bagus ngga pameran bukunya? Pertanyaan itu banyak muncul di whatsapp dan social media saya ketika saya posting tengah #DateWithDudu di Indonesia International Book Fair (IIBF) kemarin. Acaranya sendiri berlangsung 6 – 10 September 2017 di JCC Senayan, tapi niat mampir pulang kantor tidak pernah terlaksana. Memang berburu buku itu harus sama Dudu.

Yah, pamerannya sih bagus, tergantung kitanya cari apa.

Jawabannya standard. Tapi memang begitu soalnya pameran ini sebenarnya memenuhi ekspektasi pencinta dan pencari buku. Mau buku anak ada. Buku islam ada. Buku bahasa Inggris ada. Buku mainstream ada. Buku teenlit ada. Sampai buku-buku bekas bahasa asing pun ada. Yang terakhir itulah yang mendorong saya mampir ke Indonesia International Book Fair pagi-pagi di hari Sabtu. 



Masuknya gratis. Dan banyak “harta karun” yang kita temukan di sana. Di lobby utama kita disambut oleh robot berbentuk IIBF dan booth KPK yang menawarkan banyak buku gratis tentang anti-korupsi. KPK ini sekarang rajin reach out ke anak-anak. Terbukti selain di luar, booth KPK di dalam juga dipenuhi aktivitas seperti dongeng dan lomba foto. Ada banyak board game yang dipajang, semuanya mengajarkan kejujuran dan anti-korupsi. Sebenarnya Dudu kepengen beli, tapi pas kami sampai di sana, boothnya sedang penuh karena ada acara dongeng anak-anak. Yang ada, Dudu jadi mengambil brosur tentang gratifikasi. 

04 September 2017

Transit Dua Jam di EV Hive Satellite SCBD

Sebagai seorang pekerja kantoran, saya baru ganti wujud jadi blogger dan freelancer setelah jam kerja usai, atau di akhir pekan. Tapi bukan berarti saya tidak bisa ikut mendapatkan manfaat dari menjamurnya coworking space di Jabodetabek.

Di era teknologi sekarang ini, networking sudah menjadi satu kebutuhan tersendiri. Karena itulah coworking space hadir sebagai salah satu penunjang bisnis, baik startup maupun freelance, yang kita sedang kita jalankan.




Tempat apa? Coworking space? Begitu tanya beberapa orang teman ketika saya bercerita tentang plan mampir ke EV Hive minggu lalu. Meskipun ketika saya menyebutkan beberapa cabangnya seperti The Maja, JSC Kuningan dan Dimo Menteng semua langsung paham tempat apa yang dimaksud. Lalu muncul pertanyaan berikutnya: “itu bukannya buat event?” Meskipun sering ada event, tapi coworking space pada dasarnya adalah tempat bekerja, dimana kita bisa berbagi area kantor dengan banyak orang.

EV Hive Satellite SCBD

Hari itu saya pulang lebih cepat supaya bisa mampir ke EV Hive di Equity Tower lantai 8, suite 8A, SCBD Sudirman. Cabang terbaru EV Hive coworking space, yang diberi nama Satellite ini, memiliki ruangan cukup luas dengan jendela besar menghadap ke gedung-gedung tinggi di area SCBD dan membuat saya serasa memiliki kantor sungguhan di pusat kota.

02 September 2017

Tips Merubah Fanwar jadi Fangirling Bermanfaat

Ketika nonton konser Spotify on Stage 9 Agustus kemarin saya baru menyadari betapa tuanya saya sebagai fans K-Pop. Meskipun saya di situ karena Joe Jonas dan DNCE (itu juga tetep ketuaan sih kan angkatan saya Michael Learns to Rock), tapi saya takjub dengan semangat fans yang masih muda-muda ini, hadir dengan legal guardian, demi NCT 127 yang hanya menyanyikan segelintir lagu.

NCT 127 di Spotify on Stage

Di tengah kericuhan itu saya iseng mencolek anak setinggi bahu saya, yang kebetulan terdesak ke belakang bersama saya saat NCT 127 diumumkan akan hadir sesaat lagi.

“Dek, umur berapa?”

Si Adek bingung. Lalu ada anak perempuan lebih besar di sebelahnya yang tadi asyik main HP, lalu berhenti dan memandangi saya. Tapi si Adek akhirnya menjawab.

“Umur 11, Kak.”

Wait, si Adek ini seumuran Dudu, anak saya. Astaga.


Saya dalam hati tetap salut, sampai segitunya si adek datang demi NCT 127. It’s amazing what K-Pop Fans do to support their idol.

Tapi tunggu dulu, perjalanan jadi fans Kpop tidak melulu mulus. Ikut berebutan tiket Spotify on Stage, lalu tiket KBEE baru-baru ini, saya menyadari banyak yang bersitegang di media social. Alias, ribut. Yang tidak dapat tiket ada yang “menyarankan,” agar teman se-Fandomnya yang mampu untuk beli tiket Music Bank saja dan berhenti berebutan tiket gratisan. Yes, NCT 127 termasuk di line up Music Bank Jakarta tanggal 2 September. Dan sebagai fans yang baik memang seharusnya kita beli tiket dan mendukung performance artis kesayangan kita dong.

31 August 2017

Cerita dan Harapan untuk MRT Jakarta

Weekend itu seperti biasa saya dan Dudu pergi ngedate. Di perjalanan, menjelang keluar jalan tol yang tersumbat karena lampu merah, saya iseng-iseng bertanya, “bagaimana ya supaya Jakarta tidak macet lagi?”

“Kalau Jakarta punya MRT yang selalu tepat waktu nanti juga tidak ada yang mau naik mobil lagi seperti di Singapura,” jawab Dudu cuek sambil main Minecraft di tabletnya. 


Mencoba naik MRT di Jakarta Fair


Naik busway dong. Naik Commuter Line juga sudah enak sekarang. Saya sering bertanya-tanya sendiri kenapa saya masih memilih menyetir mobil menembus kemacetan, dan bersusah-susah cari parkir. Saat ngobrol-ngobrol dengan adik saya, tentang pengalamannya naik busway, saya menemukan alasannya: saya tidak percaya transportasi umum Jakarta. Saya pernah naik busway ke satu interchange hanya untuk menemukan bahwa bus di koridor satunya sudah tidak ada lagi, padahal masih 30 menit dari jam koridor tersebut berhenti beroperasi. Masalahnya, ketika saya bertanya di halte tempat saya naik, si petugas meyakinkan bahwa bus di koridor sana masih ada.

Saya lalu kembali ke halte awal dan mencari jalur lain untuk tiba di halte dekat rumah saya. Perjalanan saya jadi ekstra 30 menit dan saya kehilangan kepercayaan dengan busway. Kalau busway yang menurut saya paling reliable dan comfortable saja begitu, bagaimana yang lainnya? Karena itulah saya masih memilih memegang kemudi.

Lalu apa yang saya tunggu dari MRT Jakarta? Transportasi umum yang dapat diandalkan. Karena itu kita harus bekerja bersama #UbahJakarta

26 August 2017

Menyeduh Kopi Modern dan Tradisional di Jogjakarta

Motor mabur setunggal, setunggal, kalih…. Tilu lalu matur nuwun. Pengumuman berbahasa Jawa halus tersebut menjembatani bahasa Indonesia dan Inggris, berkumandang ketika saya menunggu bagasi di Bandara Adi Sutjipto pada 17 Agustus kemarin. Bahasa Jawa (halus) saya hanya sampai sekawan, tapi pengumuman yang saya tidak begitu ingat kalimat persisnya tersebut membuat saya tersenyum sendiri.

Hore, saya sudah berada di Jogjakarta.



Ada yang semangat banget mau ke Jogja pas 17 Agustus nih. Merdeka!
Ini kunjungan kesekian saya ke propinsi istimewa di selatan Jawa, dan kali ketiga Dudu mampir ke Jogjakarta. Tapi baru sekali ini saya menginjakkan kaki di Bandara Adi Sucipto. Maklum, dengan adanya keluarga yang tersebar di pelosok Jawa, saya sekeluarga lebih sering bepergian dengan mobil. Lewat jalan darat lebih seru. Tapi kalau tidak lewat udara, saya tidak akan terkagum-kagum sendiri dengan pengumuman penerbangan yang menggunakan bahasa daerah di sebuah airport internasional.

Tujuan saya ke Jogja juga sedikit berbeda. Kalau biasanya kami sekeluarga hanya berlibur, kali ini kami mengantar adik terkecil untuk bertemu calon keluarga barunya yang kebetulan berdomisili di Jogja. Tahun depan, Jogja akan menjadi bagian dari keluarga kami. Karena sudah cukup akrab dengan Borobudur, Malioboro dan Sendratari Ramayana, di kunjungan kali ini saya sengaja mencari sesuatu yang bukan tujuan wisata. Sesuatu yang baru, modern tapi tetap bercerita tentang Jogja.

Keluarga dan kopi, dua hal itu yang akhirnya membawa saya mampir ke tempat nongkrong seru di Jogja yang lengkap dengan kopi enak.

18 August 2017

Bahasa Baku Si Dudu di Training Dubbing dan Voice Over

Familiar dengan Bahasa Indonesia super baku ala film kartun dubbingan? Yes, saya mendengar itu setiap hari dari si Dudu yang kalau berbicara pakai “saya” dan tata Bahasa yang baik dan benar. Semua itu terjadi bukan karena Dudu tidak bisa Bahasa Indonesia seperti yang dikira semua orang selama ini. Tapi karena anaknya belajar bicara bersama Spongebob dan Doraemon di TV. Kita semua tahu kalau anak kecil adalah peniru yang ulung.

Contohnya seperti ini: “Mama ayo bangun. Aku tidak mau tahu kalau Mama jadi terlambat bekerja karena tidak bangun-bangun juga.”



Bahasa Indonesia itu Bahasa pertama si Dudu kok. Dia native speaker Indonesia meskipun sekarang lebih banyak berbicara dan mensulih suarakan cerita action figurenya dalam Bahasa Inggris.

Pendek cerita, poster In House Training Blogger Reporter ID muncul di timeline social media saya. Temanya Dubbing dan Voice Over Bersama Kak Agus Nurhasan yang mengisi suara Suneo di Doraemon (2006 – 2008) dan Pria Bertopi Kuning di Curious George. Ikutan Training BRID ini ada perjuangannya sendiri. Mulai dari request approval untuk bergabung BRID yang ternyata masih digantung (maaf ya, saya memang jarang share link blog di FB karena di sana banyak sanak saudara dan teman masa lalu hahaha) hingga lokasi yang tidak familiar.

25 July 2017

Bermain (Lebih) Murah di Jakarta

Saya percaya hak anak adalah bermain. Saat ini, hal yang merupakan kebutuhan dasar dan sebenarnya mudah dilakukan ini semakin mendapatkan banyak halangan dari semua sudut pembangunan ibukota. Masa kecil saya yang penuh dengan petualangan bermain sepeda di komplek rumah sudah tidak bisa diwariskan ke Dudu yang kini tinggal di apartment. Harga bermain sekarang ini semakin mahal, meskipun permainannya semakin beragam.

Dengan mahalnya harga tiket masuk indoor playground di sekitar tempat tinggal saya, gadget terlihat sebagai alternative yang lebih praktis dan terjangkau. Namun saya masih mencoba mencari cara agar Dudu juga bisa bermain seperti saya dulu, ketika yang namanya HP belum lahir. Caranya? Ya kita rajin cari promo dong.


Dufan Saat Lebaran
Ketika bulan puasa tiba, beberapa taman bermain seperti Dufan mulai mengeluarkan harga promonya termasuk untuk annual pass yang dapat digunakan sepanjang tahun. Tahun lalu saya mendapatkan annual pass seharga Rp. 270,000/orang. Meskipun akhirnya kita tidak sesering itu ke Dufan karena musim hujan yang tak kunjung reda keburu datang, tapi kita senang memiliki alternatif ke Dufan kalau sudah stuck entah mau ke mana lagi. Masuk ancolnya mahal? Coba masuk pagi-pagi sekitar jam 7, lalu duduk nongkrong buka laptop di Pasar Seni atau jalan pagi berkeliling Ecopark. Selain cari parkir lebih mudah untuk yang bawa kendaraan pribadi, tiket masuk Ancol juga lebih murah.

20 July 2017

3 Manfaat Menulis Reportase

Menulis karena ada imbalan. Saya sedikit banyak sudah pensiun dari konsep itu.

Seringkali ketika saya duduk di depan laptop dengan secangkir kopi, Dudu akan menghampiri dan bertanya, “Mama sedang cari uang ya?” Yes. Pekerjaan saya selama ini berkaitan dengan tulis menulis, seperti sudah ditakdirkan sejak SD ketika saya hobi menulis untuk majalah sekolah dan reportase tabloid. Bayarannya saat itu datang lewat wesel. Lalu saya lelah. Menulis yang seharusnya jadi hobi kok malah menjadi beban karena “dibayar” alias berubah jadi pekerjaan. Jadi saya mulai ngeblog agar bisa menulis sesuka hati tanpa bayaran.

Hadir di acara Indonesia Montessori. Harusnya cuma post IG malah jadi tulisan.
Siapa yang menyangka ternyata di tahun 2017 ini semuanya terbalik. Ketika media (terutama cetak) sudah mulai menurun dan blogger naik daun, saya mendapatkan banyak undangan event dan menghadiri banyak workshop baik tentang menulis, blogging maupun digital marketing yang jadi pekerjaan saya sekarang. Ada yang saya dibayar, ada yang tidak dan ada yang saya membayar. Semuanya saya tulis? Iya, terutama kalau memang sempat dan informasinya berguna bagi banyak orang. Yang paling sering adalah ketika saya menang kuis nonton bareng dari XYKids, karena nonton film jadi kegiatan nge-date kita berdua yang paling sering. Tidak ada kewajiban menulis, karena kita menang kuis, tapi karena biasanya menang kuis membuat kita nonton film duluan, review kita bisa berguna bagi orang lain yang ingin nonton film tersebut bersama anaknya. 

18 July 2017

Seperti apa Museum Nasional Saat Ini?

“This museum is testing my patience,” ujar seorang anak bule yang diminta menitipkan backpacknya sebelum memasuki ruangan pameran. Itu terjadi setelah kita tidak bisa masuk lewat pintu parkiran, melainkan harus naik lewat jalan keluar mobil karena loket ada di atas dan pintu yang ke parkiran hanya digunakan untuk keluar. Museum yang aneh ini adalah museum tempat saya field trip waktu SMP. Namanya Museum Gajah. Familiar?



Dan sekali itu saya mengajak si anak bule, alias Dudu, ke Museum Nasional karena kita sudah mentok tidak tahu mau pergi ke mana lagi. Ah, kenapa harus dimulai dengan Dudu yang ngedumel? Untungnya seiring perjalanan dari satu lantai ke lantai berikutnya, Dudu sudah ceria lagi. Sudah lupa sama hal—hal yang merepotkan di depan tadi. Dari sini saya belajar satu hal: kalau masuk tempat wisata di Indonesia, jangan keburu jadi ilfil dengan apa yang ada di depan, tapi coba nekat masuk terus ke dalam karena bisa saja kita bertemu banyak benda dan pengalaman berharga.

Karena itu saya dan Dudu bertekad untuk lebih sering bermain ke museum yang ada di Indonesia.

17 July 2017

Cerita di Balik Kuis 10 Juta dan Playstation 4

Kalau kamu dapat 10 Juta, uangnya mau dipakai apa?

Akhir bulan kemarin saya menemukan pertanyaan itu di salah satu kuis radio. Saya isi jawaban iseng. Jujur. Tapi bukan jawaban yang menggerakan orang untuk kasihan. Saya tulis kalau saya mau belikan PS4 buat Dudu, yang sudah ingin punya console tersebut sejak lama.

Di akhir periode kuis, saya dapat telpon kalau saya masuk final. Satu dari lima yang harus berjuang untuk memenangkan uang tersebut.

HAH? YANG BENAR AJA?

Di tengah kebingungan kenapa saya yang mau membelikan PS4 ini bisa masuk final, saya mengiyakan semua persyaratan dan nekat menjalani babak final tersebut. Kegiatannya banyak, karena para finalis harus menginap 2 hari 1 malam di sebuah hotel. Saya baru memberitahu Dudu malam sebelum saya harus menginap, soalnya saya juga baru diberi tahu siangnya.

Mama: Coba didoakan itu, ditanyakan sama Tuhan, boleh ngga kita dapat 10 juta.
Dudu: (selesai berdoa) Kata Tuhan boleh, Ma.
Hahahaha, enak saja anak ini.

16 July 2017

Mengajak Anak Cowok Ikut Kelas Zumba

Kemarin Dudu berulang tahun yang ke-11. Ah, sudah bukan anak-anak lagi dong ya. Sebentar lagi jadi teenager lalu akan pergi jalan sendiri dengan teman-teman dan pacarnya. Aktivitas #DateWithDudu akan banyak berkurang. Tapi sebelum itu terjadi, saya mau membuat resolusi untuk mencoba banyak hal baru agar ngedate dengan anak pra-remaja ini bisa jadi lebih seru.

Date kita kemarin di National Gallery Singapore
Father and son? Mother and daughter? Forget that. Jadi seorang single mom dengan anak laki-laki kadang menjadi tantangan tersendiri karena katanya ada hal-hal yang menjadi "urusan bapaknya" atau kegiatan yang jadi kewajiban anak perempuan untuk menemani ibunya.

Seiring berjalannya waktu ternyata kompromi itu bisa diciptakan, meskipun separuhnya kadang saya memaksa Dudu buat mencoba ini itu seperti kemarin ketika saya secara sepihak mendaftarkan dia kelas Zumba di studio tempat saya olahraga. Sepulang Zumba, saya dan Dudu jadi ngobrol-ngobrol tentang kegiatan date kita, lalu menemukan beberapa hal yang ternyata bisa dilakukan oleh ibu dan anak laki-lakinya.

Zumba
"Kenapa Zumba isinya cewek-cewek semua, Ma?"

14 July 2017

THR itu Yang Penting Bahagia

Sebagai seorang single parent, yang namanya THR itu harus disayang-sayang. Tapi saya bukan orang yang bisa mengelola uang. Hidup saya simple: Pengeluaran, Tabungan dan Deposito.

Setiap gajian datang, langsung saya bagi untuk ketiga pos tersebut. Pengeluaran itu yang wajib ada seperti makan, transport dan biaya nge-#DateWithDudu setiap minggunya. Tabungan adalah untuk pengeluaran daurat misalnya ada yang ulang tahun harus urunan kado, mendadak harus bayar tiket atau hotel karena mau jalan-jalan. Sementara deposito adalah yang tidak bisa diutak-atik untuk keperluan yang lebih besar seperti biaya sekolah anak atau sebagai modal jika kelak ingin pindah ke luar negeri. Haha.

Kalau ada kebutuhan di luar itu seperti si Dudu yang minta PS4 sebagai hadiah atau saya ingin ganti HP, maka saya harus cari uang tambahan (atau yang jatuh dari langit). Dengan adanya THR berarti bisa bernafas sedikit lebih lega.

Lalu, tahun ini, THR saya digunakan untuk apa?





13 July 2017

Obrolan di Meja dan Opor Ayam

Lebaran selalu identik dengan opor ayam di rumah tante yang satu itu. Padahal kita tidak ada yang merayakan Lebaran. Cuma sekedar kumpul, makan dan ngobrol. Seru? Ya seru sih, habis kalau tidak begitu kan kita jarang ngobrol.

Obrolan kok tentang sekolah? Hehehe.
Obrolan yang wajib adalah tentang sekolah. Tahun ini satu keponakan saya naik ke TK B, sehingga percakapan memilih sekolah dasar menjadi topik hangat. Apalagi sepupu saya ini tinggalnya tidak jauh dari sekolah si Dudu. Memilih sekolah, apalagi sekolah dasar, menjadi hal yang sulit untuk beberapa orang tua muda. Soalnya banyak kriteria yang ingin dicapai. Anaknya sudah TK berbahasa Inggris, sayang kalau kemampuan bahasa Inggrisnya hilang. Kalau begitu sebaiknya masuk sekolah internasional. Tapi, sekolah internasional macam sekolah si Dudu bukannya perfect. Selain cenderung mahal, anaknya juga banyak yang datang dari keluarga kaya dengan attitude yang menurut saya kurang oke. Tapi entah kalau menurut orang tuanya. Hehe. Pernah nonton Meteor Garden? Ya seperti Taomingse kecil begitulah teman-teman si Dudu. Yang kalau tabletnya rusak, besoknya sudah dibelikan gantinya oleh orang tuanya. Sementara Dudu beli tablet susah payah dari mengumpulkan hasil kerja sendiri dan uang angpao Imlek.


17 June 2017

Kenapa Buka Puasa Bersama itu Spesial?

Selain ibu penjual kolak di pasar segar, salah satu hal yang saya tunggu bersama datangnya bulan puasa adalah kesempatan berkumpul dan update kabar dengan teman-teman, mulai dari teman sekolah hingga teman kantor. Kesempatan yang bernama buka puasa bersama.


Hari ketiga puasa, undangan buka puasa bersama sudah mulai berdatangan. Di setiap grup WA ada semangat untuk berkumpul dan buka puasa bersama. Terutama yang grupnya aktif tapi jarang berkumpul bersama di dunia nyata. Tapi pada setiap kesepakatan buka puasa selalu ada cerita begini:
Satu grup WA 30 orang.
Begitu diajak “bukber yuk!” yang semangat ada 25 orang.
Ketika tanggal ditentukan, ada 20 orang yang yakin ikut.
Ketika tempat dibooking tinggal 15 orang.
Hari H 12 orang yakin datang tapi yang beneran muncul hanya 8 orang.
Itu pun yang sedang puasa hanya 2 orang.
Sisanya antara memang tidak puasa atau sedang berhalangan.

Tapi tetap meriah, tetap seru dan tetap jadi momen yang ditunggu-tunggu. Kenapa?

11 June 2017

Pesan Budaya End of Black Era

End of Black Era adalah film bergenre fantasi yang hadir dengan sebuah misi untuk memperkenalkan budaya Indonesia, dalam hal ini kain lurik dan kerajinan tembaga dari Jogjakarta, kepada anak muda Indonesia. Minggu lalu, saya dan Dudu nge-date sambil memenuhi undangan menyaksikan screening film pendek dari seorang costume designer bernama Aryanna Yuris. Film pendek yang setelah selesai nonton jadi pengen ngomel-ngomel minta lanjutannya dibuat segera hahaha. 


Cerita End of Black Era termasuk sederhana. Neewa melarikan diri dari sang Malapetaka dengan membawa Talisman yang diwariskan kepadanya. Ketika putus asa, Neewa memohon untuk diselamatkan. Namun bukanya selamat, Neewa malah terperosok ke dalam jurang. Kalau dilihat lagi, jurang itu justru menyelamatkan Neewa karena si Malapetaka jadi lewat begitu saja dan tidak melihatnya. Di jurang itu juga Neewa bertemu 4 orang dengan kostum aneh yang hubungannya bisa dilihat di episode berikutnya.

Pesan yang ingin disampaikan film pendek ini cukup jelas, terkadang apa yang kita lihat sebagai kemalangan adalah upaya yang maha kuasa untuk menolong kita. Ketika kita bertemu malapetaka, bukan berarti lantas kita dapat cobaan, karena kadang melalui malapetaka itulah kita mendapat jawaban, jelas Yongki.

Kalau mengikuti Oscar alias Academy Awards, yang saya tunggu-tunggu bukan pengumuman Best Picture, Best Actress atau Best Actor tapi Best Costume, Best Soundtrack dan Best Screenplay. Soalnya, meskipun aktornya penting, tapi saya lebih senang memperhatikan kostum dan properti pendukung lainnya karena mereka pasti punya cerita dan pesan sendiri yang ingin disampaikan.

Sama seperti End of Black Era, yang ketika kita bertemu Neewa dan penduduk desanya, kita paham makna dan cerita yang ingin disampaikan kain lurik dan hiasan telinga yang merupakan detail kostumnya. Soalnya sebelum kita dipertemukan dengan Neewa, sang tokoh utama, di screening ini kita bertemu dengan dua tokoh dibalik kostumnya.

07 June 2017

Movie Review: Wonder Woman

For me, Wonder Woman helped put things into perspective. Meskipun saya bosan di tengah-tengah dan ternyata Dudu juga, tapi film ini mengajarkan beberapa hal tentang cinta dan bagaimana menemukannya di tengah kebencian yang ada. Sounds familiar? Mungkin karena saya juga nontonnya pas Hari Kesaktian Pancasila, film ini jadi membuat saya memikirkan nasib bangsa.

Really?



A general doesn’t sit behind a table, he goes out and fights. Kalimat Diana yang satu itu, terhadap para jendral Inggris yang sibuk merencanakan gencatan senjata dari balik meja, memang mengena. Di Themyscira, yang kita lihat selama setengah jam pertama (atau lebih) film Wonder Woman kita melihat Antiope sang jendral Amazon maju ke medan perang. Demikian pula dengan Hippolytta, sang ratu sekaligus ibu kandung Diana. Dari sini kita sedikit banyak belajar tentang para Amazon, kenapa hanya ada perempuan dan bagaimana Diana bisa jadi satu-satunya anak kecil di sana. Diana kecil selalu kabur dari pelajaran istana dan memilih belajar bertarung bersama Antiope, tanpa persetujuan ibunya yang sudah lelah dengan peperangan. 

Kedamaian di Amazon terusik ketika Captain Steve Trevor dan pesawatnya jatuh ke perairan Themyscira, menembus ilusi pelindung yang dibuat Zeus. Capt. Trevor, sang mata-mata Inggris dikejar-kejar pasukan Jerman yang ingin mengambil kembali buku rumus gas beracun yang dicuri dari dr. Maru. Karena inilah, Diana mengenal perang dan bertekad pergi ke dunia luar untuk membunuh Ares, sang Dewa Perang yang menurut legenda adalah penyebab semua keburukan hati manusia. Ketika berjalan bersama Capt. Trevor, dan grup kecilnya yang unik, inilah, Diana banyak belajar tentang dunia manusia yang ternyata jauh lebih rumit daripada sekedar menghunus pedang dan membunuh musuhnya.

Wonder Woman (141 menit)
Director: Patty Jenkins
Actor: Gal Gadot, Chris Pine, Robin Wright, David Thewlis
MPAA Rating: PG-13 (di Indonesia jadi Remaja 13+)

29 May 2017

Ngemil Sehat Bersama Cerelac Nutripuffs

Mama ini apa? Adiknya Koko Krunch ya? Boleh disiram susu juga?

Dudu melihat camilan baru saya, yang ada di samping laptop di meja kerja di rumah. 10 menit kemudian, Cerelac Nutripuffs sudah ada di mangkok bersama segelas susu dan dalam sekejap sudah dihabiskan Dudu. Setelah itu barulah anak kelas 5 SD ini melihat bungkusnya.


Dudu: Untuk anak 10 bulan. Ma, tapi aku sudah 10 tahun. 10 dikali 12 bulan jadi 120 bulan. Lalu minus 10 bulan jadi 110 bulan. Aku sudah jauh terlewatkan umurnya.
Mama: Lalu kamu akan tetap makan Cerelac Nutripuffs itu?
Dudu: Ya bisa jadi. Soalnya enak.


26 May 2017

Pirates of The Caribbean: Salazar's Revenge

Saya ingat Jack Sparrow sejak kunjungan ke Disneyland sekitar 20 tahun lalu. Pirates of the Caribbean. Naik kapal dan bertemu bajak laut. Beberapa tahun belakangan ini, pertemuan saya dan Captain Jack Sparrow hanya terjadi di bioskop. Hari ini mungkin jadi yang terakhir karena kabarnya Pirates of the Caribbean: Salazar’s Revenge adalah sequel terakhir dari kapten kapal Black Pearl ini. 


Dudu langsung ngefans sama Salazar. “Penjahatnya keren. Ada action figurenya? Kalau ada action figurenya saya mau beli.” Salazar adalah tokoh utama cerita ini. Salazar membawa kita kembali ke masa lalu Jack ketika pertama kalinya menjadi kapten kapal. Bukan Black Pearl karena kita tahu dia mencuri Black Pearl itu dari Babarosa. Jack yang masih muda berhasil menjebak Salazar ke Devil’s Triangle dan mengancurkan kapalnya di sana. Sejak itu Salazar dan crewnya terperangkap di sana dan menghantui setiap kapal yang masuk ke sana. Tapi karena dia mencari Jack Sparrow, dia selalu meninggalkan satu orang untuk menceritakan kisahnya. Because dead men tell no tales. Kali ini yang dilepaskan untuk mencari Jack adalah Henry Turner, anak laki-laki Will Turner dan Elizabeth Swan.

Jalan ceritanya sendiri bisa ditebak dengan mudah. Henry Turner bertemu seorang astronomer perempuan bernama Carina Smyth dan mereka lalu menyadari bahwa mereka sedang mencari benda yang sama yaitu trisula Poseidon. Carina sedang memecahkan misteri tentang siapa ayahnya sementara Henry ingin menggunakan trisula itu untuk melepaskan kutukan yang menjebak Will Turner di Flying Dutchman. Jack Sparrow kebetulan muncul di tengah kebingungan dua orang itu dan kekacauan yang terjadi di kota. Jack Sparrow yang menggadaikan kompas legendarisnya tidak sengaja melepaskan Salazar sehingga kapal Silent Mary bisa berlayar dan menguasai lautan dan mengancam Babaroosa yang sudah hidup makmur dengan 8 kapal dan harta berlimpah sebagai bajak laut sukses. Lagi-lagi Jack Sparrow jadi ujung simpul perang kekuasaan, kali ini di laut.



 “Aku paling suka saat pertarungan Salazar dengan Jack Sparrow.” Kalau Mama sih suka bagian di mana ada Jack Sparrownya hahaha. Dan adegan hukuman mati di tengah kota yang kacau itu. Pirates of The Carribean edisi terakhir ini meningatkan saya dengan film pertamanya. Mulai dari setting hingga pemainnya. Kalau edisi pertama ada Will Turner dan Elizabeth Swan, di sini ada Henry Turner dan Carina Smyth. Lalu ada angkatan laut Inggris dengan ambisinya yang masih tidak kesampaian itu. Konsistensi Johnny Depp dalam memerankan karakter Jack Sparrow boleh dibilang sempurna.

The Pirates of The Caribbean: Salazar’s Revenge
Also known as The Pirates of The Carribbean: Dead Men Tell No Tales
129 minutes / PG-13
Sutradara: Joachim Rønning, Espen Sandberg
Cast: Johnny Depp, Javier Bardem, Geoffrey Rush, Brenton Thwaites, Kaya Scodelario

14 May 2017

Menemukan Enak, Sehat dan Jus Wortel dalam Satu Botol

Jus wortel itu mengandung vitamin A yang baik untuk mata. Karena teori itulah Dudu, yang hobi main game, jadi terobsesi dengan sayuran yang satu ini. Apalagi ketika iseng ikutan periksa mata sama saya, ternyata dia sudah ada minusnya.

Minusnya masih nol koma sekian, belum signifikan. Tapi anaknya keukeuh kalau dia tidak mau berkacamata karena tidak suka melihat seluruh keluarga yang berkacamata. Jadi jus wortel jadi jawabannya. Sudah sekitar 2 tahun terakhir anak ini rutin konsumsi jus wortel, setidaknya seminggu sekali. Tapi ini bukan berarti lantas saya santai karena kebutuhan serat dan vitamin anak sudah terpenuhi. dr Rida Noor SpGK menjelaskan bahwa “tubuh kita membutuhkan vitamin untuk mencerna dan vitamin ini adanya di buah-buahan dan sayur-sayuran. Setiap buah dan sayur memiliki komposisi yang berbeda-beda, maka itu makan buah dan sayur pun harus beragam.”

Satu botol VegieFruit (300ml) memenuhi 100% kebutuhan vitamin C harian

Lalu saya jadi menghitung jumlah sayuran yang disukai Dudu dan setidaknya yang mau dia makan. Brokoli, Bayam, Kangkung, kadang-kadang kacang panjang dan buncis. Buahnya hanya apel, pir, jeruk dan kalau dicerewetin dia masih mau makan semangka dan pepaya. Selesai menghitung itu saya kembali mendengarkan penjelasan dr Rida, yang merupakan bagian dari acara perkenalan minuman baru milik PT Kalbe Farma bernama Vegie Fruit. Vegie Fruit Premium adalah jus sayur dan buah yang terdiri dari wortel, jeruk dan nanas. Varian yang ini namanya Carrot Squeeze. Kombinasi ketiga buah dan sayur itu dipilih, selain karena vitamin A, C dan Beta Karoten bisa didapatkan di sana, jus buah-sayur ini juga merupakan kombinasi favorit banyak orang. “Berdasarkan survey ke pedagang jus, kombinasi inilah yang banyak dibeli orang,” demikan penjelasan Adelia Pramasita, Brand Manager Juice Category, PT Kalbe Farma. Jadi kombinasi ini enak tapi sehat. Atau kalau mengutip semangat brandnya, “it’s deleasyousvegie – Delicious and easy way to have veggie.”

11 May 2017

Cara Survive Nonton Film Rating Dewasa Bersama si Pra-Remaja

“Guardian of The Galaxy aman ngga? Pengen ajak anak nih.” Pertanyaan semacam ini sering muncul di timeline social media dan layar chatting saya. Buat Mama-mama dengan anak pra-remaja seperti saya ini, nonton film adalah satu kegiatan yang membuat khawatir. 


Definisi aman di sini agak rancu. Aman dari apa? Adegan kekerasan? Adegan dewasa? Karena gaya parenting saya sering berseberangan dengan orang tua kebanyakan, biasanya jarang merespon permintaan rekomendasi film, kecuali film tersebut benar-benar aman. Seperti Beauty and The Beast.

Nonton film adalah salah satu kegiatan ngedate favorit kami. Kalau ada film bagus, bisa setiap minggu kita pergi nonton. Kebetulan kami juga cocok seleranya karena sama-sama menyukai genre thriller-crime-action-mystery. Saya bukan fans zombie, namun kalau bicara detective atau action saya juga suka. Dan biasanya zombie identik juga dengan tembak-tembakan (kecuali mungkin Train to Busan yang malah berderai air mata haha). Tapi fim kartun juga sering menjadi pilihan, karena biar bagaimana Dudu kan jiwanya masih anak-anak. Untuk film non-kartun, saya biasanya berhenti di rating PG-13 yang dipasang MPAA. Di Indonesia, PG-13 (wajib didampingi orang tua karena beberapa adegan mungkin kurang sesuai untuk pra-remaja) ini bisa berubah jadi Remaja atau Dewasa, tergantung keputusan lembaga sensor lokal kita.

Dan postingan ini akan terbaca seperti pembenaran atas keputusan saya mengajak Dudu menonton film yang secara rating usia tidak ditujukan kepada anak-anak seumuran dia. Haha.

02 May 2017

Mau Dibawa Ke Mana Bloggingnya?

Saya kangen dengan dunia blogging yang dulu. Ketika yang namanya update postingan itu hanya untuk update kabar kepada keluarga di negeri seberang dan sekedar kenangan agar tidak hilang. Tapi dunia blogging yang berkembang sekarang juga seru karena saya dapat teman baru, ilmu baru dan yang pasti motivasi baru untuk ngeblog. Sekarang saya sedang berhadapan dengan pertanyaan: Habis ini mau apa lagi?

Kalau mau dibuat list, ada banyak skill yang bisa dikembangkan untuk blog ini. Infografis, fotografi dan bahkan membuat video. Tapi saya mulai blogging karena saya suka menulis, jadi kalau ditanya fokus ya maunya ke tulisan saja. Jadi maunya belajar SEO. Haha. Belum kesampaian sih ikutan workshop SEO yang bukan hanya pengenalan. Kebanyakan saya belajar sendiri, baca-baca di internet lalu batal diaplikasikan karena saya penulis idealis yang suka merangkai kata secara otomatis dan bukan karena berharap hasil bagus di search engine. Masih jadi tantangan untuk saya, bagaimana mempertemukan keyword dan alur cerita. Mungkin satu hari nanti bisa ada jalan tengahnya.

Semangat Blogging di Musim Semi
Apa lagi? Hm… Saya mau menulis buku. Buku yang bahannya dari blog saya. Seperti Trinity mungkin. Atau seperti My Stupid Boss.

01 May 2017

Traveling Berdua Anak itu Lebih dari Sekedar Jalan-Jalan

Sama seperti kata pepatah bahwa gunung biasanya mengungkap sifat asli seseorang, sebuah perjalanan pun biasanya dapat membuat kita lebih mengenal satu sama lain. Jadi, apa yang lebih baik daripada traveling berdua anak, terutama untuk mama bekerja seperti saya. 

Traveling berdua anak... eh, bertiga sama boneka Panda itu.
Partner traveling saya adalah seorang anak laki-laki yag gila zombie. Kita sering traveling berdua. Kalaupun akhirnya ada ketempelan teman dan saudara, kita selalu punya momen yang kita melipir kabur berdua saja. Soalnya, di tengah rutinitas yang semakin sibuk, traveling berdua bagi saya adalah cara untuk bonding dan membangun kenangan bersama Dudu.

Traveling hanya berdua anak, apa tidak dua kali lebih repot? Well, sebenarnya, buat saya justru lebih mudah karena kita tidak melulu harus kompromi tujuan wisata karena toh si anak akan mengikuti saja. Tidak perlu sungkan kalau nyasar, tidak perlu dilemma kalau mau pergi ke tujuan wisata dan tidak pusing menyusun itinerary. Komprominya lebih ke jadwal makan dan tidur siang haha. Setelah anak besar, mungkin ada negosiasi sedikit di sini dan di sana. Misalnya ketika saya merencanakan trip ke Korea, Dudu yang fans berat zombie ini minta mencoba naik KTX ke Busan. 

Coba tanya Vita Masli bagaimana rasanya ngetrip berdua teman.

Saya dan Dudu lebih sering pergi backpackeran. Naik pesawat budget, nginep di hostel, jajan di pinggir jalan, jalan kaki dan naik transportasi umum ke mana-mana. Jaman di Amerika dulu lebih extreme sih, kita sering roadtrip berdua, tanpa booking hotel, lalu begitu gelap kita belok ke motel terdekat. Jaman masih pakai peta dan belum ada GPS jadi ya tinggal di penginapan seadanya, yang penting chain motel dan tidak terlihat seram. Tambah repot dong? Well, ini triknya:

Pergi Backpacker berdua anak, mulai dari mana?

29 April 2017

Singapura: Perdana Bertamu ke Rumah Saudara

Kalau boleh memilih Negara manapun di dunia untuk jadi tempat tinggal, saya memilih Singapura. Soalnya kalau di Asia Tenggara, Singapura itu ibarat G-Dragon (buat yang ngga paham boleh tanya Google kok haha). Bukan yang paling tua (umurnya), bukan yang paling tinggi (badannya) tapi inovatif, dan meninggalkan kesan mendalam ketika bertemu. Ya semacam kakak pertama yang cool tapi imut-imut gitu.
Taman di Gedung Catatan Sipil Singapura
Singapura ini sudah jadi “saudara” buat saya karena memang banyak kerabat yang pindah ke sana. Adik saya di sana, sepupu saya di sana, dan saya sendiri senang bolak-balik ke sana. Kalau sudah jenuh dengan suasana macet dan panas Jakarta, saya segera browsing tiket untuk berakhir pekan di Negara tetangga itu. Untuk saya dan Dudu, Singapura ini menyenangkan karena kita menemukan hal-hal yang tidak ada (atau masih dalam pembangunan) di Indonesia. Kalau dalam saudara, seperti punya kakak yang lebih pintar dan lebih kaya lalu kita bisa datang bertamu dan numpang ganti suasana di rumahnya.

Saya sering dapat pertanyaan, “kalau pertama ke Singapura, saya sebaiknya ke mana?” Ada banyak faktor yang menentukan tujuan Anda. Sama siapa, sukanya apa, dan berapa lama. Standar kunjungan orang Indonesia ke Singapura biasanya akhir pekan, jadi 3 hari 2 malam. Jadi, coba saya jawab rasa penasarannya ya.