Kalau mau dibuat list, ada banyak skill yang bisa dikembangkan untuk blog ini. Infografis, fotografi dan bahkan membuat video. Tapi saya mulai blogging karena saya suka menulis, jadi kalau ditanya fokus ya maunya ke tulisan saja. Jadi maunya belajar SEO. Haha. Belum kesampaian sih ikutan workshop SEO yang bukan hanya pengenalan. Kebanyakan saya belajar sendiri, baca-baca di internet lalu batal diaplikasikan karena saya penulis idealis yang suka merangkai kata secara otomatis dan bukan karena berharap hasil bagus di search engine. Masih jadi tantangan untuk saya, bagaimana mempertemukan keyword dan alur cerita. Mungkin satu hari nanti bisa ada jalan tengahnya.
Semangat Blogging di Musim Semi |
Apa lagi? Hm… Saya mau menulis buku. Buku yang bahannya dari blog saya. Seperti Trinity mungkin. Atau seperti My Stupid Boss.
Bulan lalu saya mendengar banyak cerita dari seseorang bernama Reza Pahlevi, yang sebenarnya sudah saya follow social medianya sejak lama tanpa tahu sebenarnya orang ini siapa dan bagaimana wujudnya. Reza, yang mungkin lebih dikenal sebagai Presiden ask.fm ini, sudah menuliskan sebuah buku tentang mantan pacarnya. Ya isinya buku yang berjudul (Ex)perience ini memang bukan cuma tentang mantannya sih tapi juga tentang perjalanan hidupnya yang bisa jadi pelajaran. Lalu, bagaimana caranya Reza menuliskan semuanya jadi buku? “Nulis itu nulis dulu, jangan langsung edit karena kalau kita nulis sambil ngedit, yang ada nanti bukunya tidak selesai-selesai,” begitulah sarannya. Benar juga sih, sama dengan blog post. Sudah ditulis tiga paragraph, kok kurang oke. Lalu edit lagi dari paragraph pertama. Akhirnya tidak jadi bisa posting sehari satu karena kebanyakan edit.
Apa lagi? Saya mau punya travel blog. Yang niche. Menggunakan bahasa Inggris.
Postingan tentang traveling ada cukup banyak di blog ini. Ada cukup banyak juga yang bentuknya draft, belum kesampaian untuk ditulis dan dipost. Tapi saya bertekad suatu hari nanti bisa aktif punya travel blog, dan buku tentang traveling sama anak. Ujung-ujungnya tetap buku ya. Haha. Tapi menulis tentang travel ternyata susah-susah gampang. Saya pernah ikutan workshop Travel n Blog yang memberikan banyak nasihat dan inspirasi tentang travel blogging. Pertama adalah memikirkan cerita. Ada cerita yang sudah muncul sebelum keberangkatan, tapi ada juga yang setelah sampai di destinasi baru ada ide tentang apa yang mau kita ceritakan. Jadi travel blog itu tidak dimulai dengan “pada suatu hari saya beli tiket ke...” tapi dimulai jauh sebelum itu atau mungkin malah setelahnya. Foto juga penting untuk sebuah travel blog, karena kalau fotonya bagus, orang akan mampir. Namanya juga traveling, biasanya fotonya menjual juga.
Last but not least, saya mau konsisten update.
Ada masanya di jaman dahulu kala saya punya waktu lebih (entah bagaimana) untuk ngeblog dan bisa update beberapa kali seminggu. Sekarang update seminggu sekali saja sudah untung. Bukan karena tidak ada topic, tapi karena tidak ada waktu untuk duduk dengan mengetik. Terutama kalau topiknya berat. Ada satu tulisan saya sudah sebulan tidak selesai juga karena saya belum duduk manis dengan mood dan internet bagus untuk menyelesaikannya. Berapa lama? Menurut artikel-artikel tentang blogging yang saya temukan di Google, setidaknya seminggu sekali. Kenapa? Update yang konsisten menaikkan search engine ranking. Blog yang update juga menunjukkan bahwa kita dapat diandalkan, soalnya selalu ada konten baru dan cerita baru. Jadi yang berkunjung, baik pembaca, agency atau brand, tidak akan bosan untuk kembali.
Saya pernah mencoba membuat kalender, lalu merancang tema seperti “Monday Movie” atau “Thursday Travel” tapi tidak jalan juga haha. Mungkin bisa masuk ke wishlist saya juga.
Bulan lalu saya mendengar banyak cerita dari seseorang bernama Reza Pahlevi, yang sebenarnya sudah saya follow social medianya sejak lama tanpa tahu sebenarnya orang ini siapa dan bagaimana wujudnya. Reza, yang mungkin lebih dikenal sebagai Presiden ask.fm ini, sudah menuliskan sebuah buku tentang mantan pacarnya. Ya isinya buku yang berjudul (Ex)perience ini memang bukan cuma tentang mantannya sih tapi juga tentang perjalanan hidupnya yang bisa jadi pelajaran. Lalu, bagaimana caranya Reza menuliskan semuanya jadi buku? “Nulis itu nulis dulu, jangan langsung edit karena kalau kita nulis sambil ngedit, yang ada nanti bukunya tidak selesai-selesai,” begitulah sarannya. Benar juga sih, sama dengan blog post. Sudah ditulis tiga paragraph, kok kurang oke. Lalu edit lagi dari paragraph pertama. Akhirnya tidak jadi bisa posting sehari satu karena kebanyakan edit.
Apa lagi? Saya mau punya travel blog. Yang niche. Menggunakan bahasa Inggris.
Postingan tentang traveling ada cukup banyak di blog ini. Ada cukup banyak juga yang bentuknya draft, belum kesampaian untuk ditulis dan dipost. Tapi saya bertekad suatu hari nanti bisa aktif punya travel blog, dan buku tentang traveling sama anak. Ujung-ujungnya tetap buku ya. Haha. Tapi menulis tentang travel ternyata susah-susah gampang. Saya pernah ikutan workshop Travel n Blog yang memberikan banyak nasihat dan inspirasi tentang travel blogging. Pertama adalah memikirkan cerita. Ada cerita yang sudah muncul sebelum keberangkatan, tapi ada juga yang setelah sampai di destinasi baru ada ide tentang apa yang mau kita ceritakan. Jadi travel blog itu tidak dimulai dengan “pada suatu hari saya beli tiket ke...” tapi dimulai jauh sebelum itu atau mungkin malah setelahnya. Foto juga penting untuk sebuah travel blog, karena kalau fotonya bagus, orang akan mampir. Namanya juga traveling, biasanya fotonya menjual juga.
Last but not least, saya mau konsisten update.
Ada masanya di jaman dahulu kala saya punya waktu lebih (entah bagaimana) untuk ngeblog dan bisa update beberapa kali seminggu. Sekarang update seminggu sekali saja sudah untung. Bukan karena tidak ada topic, tapi karena tidak ada waktu untuk duduk dengan mengetik. Terutama kalau topiknya berat. Ada satu tulisan saya sudah sebulan tidak selesai juga karena saya belum duduk manis dengan mood dan internet bagus untuk menyelesaikannya. Berapa lama? Menurut artikel-artikel tentang blogging yang saya temukan di Google, setidaknya seminggu sekali. Kenapa? Update yang konsisten menaikkan search engine ranking. Blog yang update juga menunjukkan bahwa kita dapat diandalkan, soalnya selalu ada konten baru dan cerita baru. Jadi yang berkunjung, baik pembaca, agency atau brand, tidak akan bosan untuk kembali.
Saya pernah mencoba membuat kalender, lalu merancang tema seperti “Monday Movie” atau “Thursday Travel” tapi tidak jalan juga haha. Mungkin bisa masuk ke wishlist saya juga.
So, let me end this post with an insight about when is the best time to publish a blogpost. Dan Zarrella dari Kissmetrics.com kebanyakan blog dibaca di pagi hari. Tapi bukan berarti di jam lain tidak ada pembaca. Mempublikasikan blog di saat ramai bukan menjadi jaminan blogpost Anda akan langsung mendapatkan banyak traffic karena bisa jadi postingan baru itu malah tenggelam di banyaknya hal (bukan hanya blog) yang dipost di jam yang sama. Statistik yang sama menemukan bahwa hari Senin jam 11 adalah waktu yang tepat untuk yang cari traffic, namun bagi para haus komentator, Sabtu jam 9 pagi adalah waktunya.
Kalau saya sih masih posting sebisanya. Yang penting update dulu.
Menarik uraian wishlist-nya.
ReplyDeleteSemoga bisa konsisten terwujud ya, Kak Nina. ^^
Terima kasih :)
Deletetravel blog nya ditunggu ya mbak. semoga segera terealisasi 😉
ReplyDeleteAminnnnn
DeleteAwal tahun lalu aku juga galau karena blog yang mau dibawa kemana. Sekarang aku pikir blog utama buat niche yang spesifik. Sekarang aku buat blog lagi buat cerita sehari-hari. Hehehehe.
ReplyDeleteMakin ke sini makin merasa harus dipisah kan ya. Jadi ada 1 yang general dan 1 yang niche.
DeleteSama nih... saya bisa posting seminggu sekali aja udah bagus. Padahal ide suka muncul. Makanya itu draft postingan saya sampe 60-an hehehe
ReplyDeleteKalo saya melihatnya blogger sekarang mulai membawa blognya ke arah komersil. Cara klasiknya dengan pasang adsense. Kalo yang tren sekarang dengan review procuct atau content placement.
Saya dulu ada kepikiran bikin buku tutorial blog, udah nyusun isinya. Tapi akhirnya nggak ada kelanjutannya ckckck.
Huaaa 60. Salut aku.
DeleteDibuat aja bukunya. Sekarang banyak yang mencari lho. Semua mau jadi blogger.