30 July 2014

A Different Angle

Caught in the act
Visiting Singapore to the –enth time, I figured I had to find something new for Andrew (apart from the new attraction Singapore always have in its agenda). So, on a visit to Singapore Zoo, I gave Andrew a camera. 

Here’s what he captured:


Then I told him what to capture: He has to focus on what he wants to get and put it as the target. He has to make sure the camera wasn’t moving so the pictures aren’t blur. He has to tell a story with his picture... there has to be a reason why he wants to capture that particular animal.

Then the pictures turned like this:


Second try - it's getting better
So, I decided to give him the camera beyond the Zoo... and have him take picture of Singapore from his perspective. Enjoy the pictures.


Capturing Singapore from Marina Bay Sands





==============================================================
Blog entry ini merupakan bagian dari rangkaian blog posting Libur Telah Tiba yang menceritakan kegiatan kita selama liburan sekolah 21 Juni -13 Juli 2014 kemarin.


24 July 2014

White, Jeans and an 8-year-old Boy


What's the story with this?
It's actually for a competition... and these are the shots I ended up not sending.
Inspired by the jeans and white pants combinations found online... and the clothing brand "bicycle" I bought for the competition. 
I just grabbed a camera one afternoon and snapped away. 

19 July 2014

Berburu Buku di Singapura

Untuk kesekian kalinya, duet Mama dan Dudu mendarat di negara tetangga. Universal sudah pernah, SEA Aquarium sudah pernah, dan akhirnya kita bingung mau pergi ke mana lagi. Lalu terbesit satu ide: Berburu buku.
Sit down and read - at Jurong Regional Library
Satu hal yang saya senangi dari Singapura adalah buku. Pulang dari negara berbahasa Inggris, koper saya kerap overweight dengan yang namanya buku. Kebiasaan saya sejak pertama ke Amerika 20 tahun yang lalu. Ternyata kegilaan saya berburu buku menurun ke Dudu yang juga senang membaca. 

(photo: kinokuniya.com.sg )
Singapore Main Store
391 Orchard Road ,#03-09/10/15 Ngee Ann City
Takashimaya Shopping Centre, Singapore 238872
Tel: +65 6737-5021 / Fax: +65 6738-0487
Opening hours: Sun to Fri: 10am to 9.30pm & Sat:10am to 10pm
Tujuan pertama tentu saja Kinokuniya Ngee Ann City, Orchard. Toko buku yang besarnya satu lantai sendiri ini memiliki children section yang sangat lengkap. Saya tinggalkan Andrew di situ lalu sibuk mondar mandir di bagian fiction. Ngga berapa lama terdengar panggilan untuk datang ke informasi. Rupanya si Andrew sudah selesai browsing buku dan sudah menemukan mana yang hendak dia beli. Apalagi kalau bukan Geronimo Stilton. Dibandingkan Indonesia (Rp80,000an), di sini buku Geronimo sedikit lebih mahal: SGD10. Ya tergantung kurs juga. Kalo SGD jadi Rp7,000 jelas murahan di sini.

(Photo: www.popular.com.sg)
BRAS BASAH COMPLEX - POP@Central
Blk 231 Bain Street level 2 to 5 Bras Basah Complex Singapore 180231
Tel: +65 6338 2339 / Fax : +65 6339 2103
Email : popcentral@popularworld.com
Opening Hours: Mon - Thu : 10.00am - 07.00pm, Fri - Sun & PH : 10.00am - 09.00pm
Lain hari saya mampir Popular. Toko buku yang isinya banyak buku pelajaran ini juga seru untuk dikunjungi karena stationary-nya yang lucu-lucu. Harga buku cerita juga sama (sepertinya standard negara kali ya). Tapi tujuan saya ke sini tak lain adalah untuk borong soal latihan UAN si Dudu yang naik ke kelas 3, terutama untuk mata pelajaran Mandarin. Maklum... sekolahnya kurikulum Singapore. Kalau mau cari buku bahasa Mandarin, termasuk kamus sederhana dan buku bacaan anak, Popular adalah tempatnya. Popular ada di banyak mall (saya mampir ke Union Square, Novena dan Northpoint, Yishun), tapi yang terbesar tentu saja di Bras Basah Complex.

“Aku paling senang beli buku.”

(eh anaknya muncul dari kamar nih, ikut nongkrongin saya yang lagi ngetik)

Ngomong-ngomong soal Bras Basah, buat saya dan Dudu ini surga buku. Popular di sini besar dan banyak toko buku bekas di sekelilingnya. Nah, di toko buku bekas inilah kita dapat banyak harta karun. Buku Geronimo Stilton (yang dibeli itu melulu yak) hanya SGD5-7 tergantung kondisi dan ada tambahan diskon 20%. Total belanja saya di situ SGD28 untuk 5 buah buku. Lumayan. Hanya saja kita harus benar-benar jeli, mau bongkar-bongkar rak dan mengaduk-aduk bak untuk menemukan buku idaman. Siap-siap bersin-bersin juga hahaha...

Berburu buku bekas di Bras Basah
Tapi yang paling membahagiakan adalah menemukan public library yang kids friendly. Gedung utama National Public Library ada di sebelah Bras Basah Complex. Cuma 5 menit jalan kaki dari MRT Bras Basah. Kalau mau naik bis bisa berhenti di depannya. Public Library buka sampai jam 9 malam dan koleksinya lengkap. Banyak juga aktivitas anak-anak di sana. Selain library utama, ada regional library dan perpustakaan lainnya yang lebih kecil. Kami sempat mampir ke Jurong Regional Library yang letaknya diantara Jurong East MRT dan Singapore Science Center. Lantai Basementnya dibuat khusus untuk anak-anak, dari bayi hingga 12 tahun dengan koleksi buku lengkap bahasa Inggris, India, Mandarin dan Melayu. Ada stage juga dan ruangan khusus untuk poetry reading. Wow!
Jurong Regional Library - tempatnya kids friendly banget!
Lantai Basement yang khusus anak-anak dan pre-teen.
Banyak anak sekolah belajar di sini juga.
“Di library aku membaca buku tentang bio superdog yang ada musuhnya. Musuhnya itu kebalikannya dari mereka. Kalau si Bio Superdog bisa mengeluarkan es dari mulutnya, musuhnya bisa mengeluarkan api. Musuhnya punya sayap yang berlobang-lobang, sementara yang baiknya punya sayap yang rapi.”

Kita juga sempat duduk berdua membaca komik Sherlock Holmes.

Dudu senang menemukan perpustakaan... saya juga senang karena saya sempat mengajarkan etika pergi ke perpustakaan. Next time mungkin kita bisa cek duluan kegiatan di library dan ikutan storytelling.

Saya jadi kangen pinjam buku nih!


=============================================
Blog entry ini merupakan bagian dari rangkaian blog posting Libur Telah Tiba yang menceritakan kegiatan kita selama liburan sekolah 21 Juni -13 Juli 2014 kemarin.

14 July 2014

Singapore Science Center: The Museum for a Curious Boy

“Ma, kita ke Science Center yuk.”

Andrew tidak pernah ketinggalan untuk mengunjungi tempat yang satu ini kalau pergi ke Singapore. Begitu juga kali ini ketika kita kembali mengunjungi Singapore di akhir Juni 2014. Science adalah mata pelajaran favoritnya di sekolah dan cita-citanya adalah menjadi seorang professor penemu alias inventor. 


"My dream is to be a professor!"
Singapore Science Center adalah museum iptek yang sudah menjadi tujuan wisata sejak saya masih kecil. Sekarang, lebih dari 20 tahun kemudian, giliran anak saya yang tergila-gila sama museum ini. Meskipun sebagian besar exhibitionnya mirip dengan apa yang ada diingatan saya yang masih SD itu, Singapore Science Center (seperti iptek itu sendiri) berevolusi menjadi tempat yang tidak pernah bosan untuk dikunjungi baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. 


Singapore Science Center
15 Science Centre Road, Singapore 609081
Tel: (65) 6425-2500
Opening Hours: 10 AM – 6 PM
Admission Rate: SGD12 (Orang Dewasa) SGD8 (Anak-anak) 

http://www.science.edu.sg 
Apa sih yang membuat tempat ini menarik? Well, yang pertama tentu saja kesempatan pegang-pegang bahkan mencoba membuat sesuatu. Membiarkan anak yang super penasaran ini pegang-pegang barang sesuka hati berarti melepas stress buat saya. Coba kalo di toko kan deg-degan. Tapi di sini anak bebas bereksplorasi dan mencoba sesuatu sambil belajar melihat hasilnya. Untuk saya, museum ini sudah seperti playground. 


Exhibitions at Singapore Science Center
Waterworks: Sambil main air sambil belajar
Tempat favorit Andrew tentu saja Waterworks. Arena yang baru dibuka jam 3 sore ini sudah jadi kesukaannya sejak pertama mampir ke sini pada usia 13 bulan. Yang kedua adalah exhibition Sound, lalu yang terakhir adalah exhibition Defending Science yang mengajarkan bagaimana militer menggunakan iptek untuk mempertahankan dan mengamankan negara. Kami sempat mampir ke kelas “heat camera” dan belajar tentang kegunaan kamera panas tubuh tersebut. Seru! 


Kamera pendeteksi panas ini berguna untuk
mendeteksi musuh saat di medan pertempuran
Saat berkunjung kemarin sedang ada exhibition KidStop yang isinya kurang lebih seperti Kidzania. Exhibition ini untuk anak usia 18 bulan sampai 8 tahun. Karena Andrew umurnya juga sudah di limit atas maka kami memilih untuk tidak masuk dan menghemat tiket tambahan.

Pesan kami untuk Singapore Science Center adalah supaya tidak pernah berubah, dalam arti tetap menghadirkan yang terbaik bagi pengunjungnya. Exhibition boleh ganti tapi fun and educational-nya tetap sama. IMAX yang ditayangkan harus seru untuk anak-anak juga. Soalnya kebanyakan cerita documenter yang membuat anak saya bosan (meskipun saya enjoy banget nontonnya). Exhibition tidak tetap menjadi daya tarik tersendiri walaupun harus membayar extra untuk masuk. Dan guidance umur menjadi sesuatu yang memudahkan para orang tua untuk mengarahkan anaknya.

Tidak seperti Andrew, science bukan mata pelajaran favorit saya. Tapi saya selalu senang berkunjung ke Singapore Science Center. Museum ini mudah dijangkau, cukup naik bis nomer 66 atau jalan kaki dari MRT Jurong East. Gift shopnya juga menjual berbagai barang menarik yang akan menggelitik keingintahuan si kecil. Oleh-oleh kali ini adalah sebuah jam pasir dan kompas. Cocok untuk si anak yang selalu pernasaran ini.



Oleh-oleh dari Science Center jadi "gadget" seru
untuk petualangan kita di Singapore
==================================
Blog entry ini merupakan bagian dari rangkaian blog posting Libur Telah Tiba yang menceritakan kegiatan kita selama liburan sekolah 21 Juni -13 Juli 2014 kemarin.

“Ini Boleh Diminum Ngga, Ma?”

Travelling sama anak pasti seru. Soalnya pasti dapat banyak pertanyaan dari si kecil. Salah satunya tentang perbedaan kebiasaan. Jadi boleh deh kali ini kita ngeblog tentang salah satu pertanyaan itu: misteri air minum.

Air minum itu penting buat anak saya. Soalnya, ngga seperti saya yang peminum kopi, bubble tea dan jus, Dudu hanya suka air putih. Saya harus mencontoh dia nih sepertinya. Saat pertama kali ke Singapore, Andrew kehabisan air minum. Maklum, banyak aktivitas dan seringnya kita jalan kaki membuat kita jadi cepat haus. Kalau si oma sering mengingatkan untuk minum minimal 8 gelas sehari, Mayo Clinic merekomendasikan extra 1,5-2,5 gelas untuk memenuhi kebutuhan cairan kita.

Minum air keran, jadi tidak usah beli air botolan
Saya kemudian menyuruhnya mengisi botolnya dengan air keran. 

Dudu: Loh kok air keran? Kan air keran bikin sakit perut.
Mama: Air keran di Singapore bersih kok. Boleh diminum.
Dudu: Kok bisa? Kok kalau di rumah cuma boleh buat cuci piring sama cuci tangan?
Mama: (bingung) Soalnya...
Dudu: Kan sama-sama bersih, Ma. Ngga ada warnanya.

Saya jadi harus putar otak menjawab pertanyaan dia: Apa sih syarat air minum layak konsumsi? Yup, jaman sekolah dulu kan kita belajar tentang air yang layak dikonsumsi: tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Yang saya ingat cuma 3 syarat itu. Selain bahwa sumur harus berjarak minimal 15 meter dari kamar mandi. Jadi, ya itulah yang saya jelaskan ke Dudu waktu dia bertanya soal kenapa kalau minum air harus dari air botol yang dibeli di supermarket. Lalu kita bertemu air keran yang bisa diminum di Singapore. Jadilah saya terpaksa konsultasi dengan Mbah Google tentang air minum

Sertifikasi air aman untuk diminum
yang ada di kaca wastafel kamar hotel kita
Ternyata ada hal-hal yang tidak kasat mata. Misalnya, derajat keasaman atau mineral yang terkandung di dalamnya. Kesadahan air harus rendah (tidak mengandung kalsium dan magnesium) karena kandungannya berbahaya bagi tubuh kita. Tingkat kesadahan air juga dapat merubah rasa. Sebaiknya air juga bebas E.Coli karena bakteri yang satu ini bisa bikin sakit perut. Semua itu gimana liatnya? Selain melihat sertifikasi pemerintah tentang air (tiap negara ada sertifikasinya), kita juga harus menggunakan 3 syarat pertama itu. Kalau agak keruh atau berbau aneh kita harus curiga duluan.

Dudu: Kalau minum air keran kok tetep haus ya?
Mama: Ya soalnya air kan buat dehidrasi. Kalau air keran kan ngga ada mineral penghilang haus seperti air botolan

Si Dudu bengong. Ngga ngerti. Buat dia, mineral, bakteri, virus dan kandungan air itu semua sama saja. Yang dia tahu, kalau sudah lewat Pure It, air jadi bisa diminum.

Kok anak saya tahu Pure It? Ternyata dia sering nonton Iklan Pure It, yang ibu hamil minum air itu lho.

Ini yang namanya Pure it 
(photo: http://www.pureitwater.com)
Saya yang ngga pernah ngeh sama produk seperti ini jadi ketika Dudu bisa menyebutkan bahwa Pure It menghilangkan kotoran dan filter karbon aktifnya membantu menghilangkan parasit dan pestisida berbahaya, saya jadi kaget. Dari mana dia tau kata macam pestisida. Sebelum saya tanya, dia sudah tanya duluan...

Dudu: Apa itu pestisida, Ma?
Mama: Pestisida itu pembunuh kuman, tapi ya itu tadi, termasuk dalam hal-hal yang tidak terlihat namun bisa ada di air dan berbahaya jika kita minum.

Selain dua tekhnologi di atas, Pure it juga memiliki prosesor pembunuh kuman dan penjernih air. Ternyata kalau shopping ke supermarket dia suka mampir ke counter Pure It, minum air dan ngobrol sama mbak SPG. Sekarang dia jadi fasih menjelaskan kenapa air Pure It aman untuk dikonsumsi.

Teknologi Pure it
(photo: http://www.pureitwater.com)
Anak saya mau jadi professor… dan menurutnya Pure It ini salah satu ciptaan yang keren banget. “Dengan 4 tahap pemurnian air, air dari Pure It ini jadi bisa diminum. Kan hemat, Ma, praktis lagi ngga usah gotong air gentong.” 

Oke deh Professor Andrew…


===============================

Blog entry ini diikutkan lomba blog Pure It Indonesia dan merupakan bagian dari rangkaian blog posting Libur Telah Tiba yang menceritakan kegiatan kita selama liburan sekolah 21 Juni -13 Juli 2014 kemarin.