21 October 2014

Never Too Early For Christmas

Setiap malam, kalau masih bertemu dengan anak sepulang kantor, saya biasanya menyempatkan ngobrol. Kemarin topiknya tentang hadiah natal, kebetulan Karena si daddy juga baru email nanya Dudu mau hadiah apa. 

Tradisi buka kado di hari Natal.
Ngga ada pohon, tempelan dinding pun jadi.
Mama: Kalo buat Mama, kamu mau kasih hadiah apa?
Dudu: Apa ya? Kalung yang harganya Rp.80ribu.
Mama: Hah? Kalung apaan tuh?
Dudu: Yang Mama pernah liat-liat itu loh.

Emang Mama pernah lihat-lihat kalung?

Well, memang kalau jalan-jalan saya suka bercanda pura-pura mau shopping dan bikin dia panik berat karena shopping itu buang-buang waktu dan uang. Padahal dia sendiri juga kalau beli mainan bisa lama banget pilihnya. Nah, kalau belanja online?

Satu-satunya belanja online yang pernah dilakukan Dudu adalah beli game di Playstore haha. Jadi dia ngga ngeh kalau belanja hadiah juga bisa online.
Dudu: Aku suka kalau Mama pakai kalung.
Mama: Mama yang ngga suka pakai kalung.
Dudu: Aduhhh Mama ini gimana sih? Aku mau belikan Mama kalung hati yang waktu itu kita lihat di Ahpoong.

Padahal kalung hati ataupun hadiah Natal lainnya bisa dicari di online store. Bukan cuma game loh yang online haha. Si Daddy juga kalau beliin Dudu hadiah selalu online, trus tinggal dikirim ke rumah. Maklum tinggalnya jauh, jadi lebih praktis kasih nama barangnya aja dan tahu-tahu datang bungkusan dari online store. Kartunya dikirim terpisah. Jadi sekarang gantian tanya, soalnya harus kasi tau si Daddy apa yang Andrew mau buat Natal.

Mama: Kamu mau hadiah apa buat Natal?
Dudu: iPad
Mama: Ngga boleh gadget.
Dudu: Aku maunya iPad…
Mama: iPad itu gadget.
Dudu: Oh, kalo gitu PSP.
Mama: Itu juga gadget.
Dudu: Ribet amat sih.

Emang memilih hadiah itu ribet. Makanya hadiah Natal sudah harus dipikirkan dari sekarang. Afterall, it should be the most wonderful time of the year dan bukan bertengkar memikirkan hadiah.

Merry Snowy Christmas!

17 October 2014

Kidzania di Mata Andrew

“Hah? Ke Kidzania lagi?”

Biasanya itu reaksi saya ketika Andrew (Dudu) minta ke Kidzania. Soalnya kalau liburan trus ngga ada rencana, yang paling sering dia request itu pergi ke Kidzania. Sayangnya karena dia ngga punya gank main yang tetap, dan saya juga ngga bisa menemani dia masuk ke dalam jadi kita jarang main ke Kidzania.


Andrew siap main di Kidzania
Tapi itu tidak menyurutkan semangat Andrew untuk ke Kidzania. Kalau Mama alasan “belum gajian”, dia usaha sendiri ikutan kuis. Kalau Mama alasan ngga ada teman, dia sibuk bertanya apa si A, si B, si C ada rencana ke Kidzania. Atau memaksa sampai menyogok saya supaya mau ikutan. Waktu Daddy-nya visit dari Amerika pun, dibawa dong ke Kidzania seakan-akan “pamer” tempat mainan. Pokoknya, ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak cara membawa Mama main ke Kidzania. 


Salah satu establishment Kidzania
Trus saya penasaran, ada apa sih di Kidzania sampai segitunya dibelain? Jadi saya coba ‘interview’ si Dudu tentang Kidzania.

Mama: Apa serunya Kidzania?
Dudu: Bisa berlatih akan menjadi cita-cita apa, sambil bisa memilih mau jadi apa cita-citanya. Dengan Kidzos bisa membeli beberapa hal, dan itu yang aku paling suka dari Kidzania, bisa belanja sepuasnya pakai Kidzos. Tapi aku masih bingung mau jadi cita-cita apa.

Mama: Establishment apa yang paling kamu suka dari Kizdania?
Dudu: Establishment itu apa Ma? Ooo Mainannya… Aku suka Magic Cane, artinya seorang pesulap, Ma, soalnya dapat 30 Kidzos jadi kita bisa cepat kaya dan belanja sepuasnya.

Mama: Kalau yang paling seru dimainkan bersama teman-teman apa?
Dudu: Pegawai hotel itu seru, soalnya bisa makan gratis. Pegawai hotel kerjanya melayani orang dengan sesuatu yang palsu… maksudnya kita anterin buah-buahan ke tamu tapi buah-buahannya ngga beneran. Aku juga suka jadi penjual nugget, soalnya makan gratis. Aku jadi ingin main terus agar bisa makan sepuasnya. Kalau main di Kidzania bisa main 12 kali bisa dapat 24 nugget, sekantong besar hahaha…

Mama: Pekerjaan apa yang menurut kamu berguna untuk diketahui anak kecil?
Dudu: Boxing.

Mama: Hah? Di Kidzania ada boxing?
Dudu: Tidak ada, tapi aku mau buat. Aku mau bilang sama oom dan tante di Kidzania untuk membuat pekerjaan boxing. Selain boxing… tentara juga perlu ada. Soalnya aku suka tembak-tembakan. Lalu harus ada permainan professor yang menciptakan barang.

Mama: Cita-cita yang sulit?
Dudu: Agen rahasia… susah. Aku selalu gagal. Main ngga boleh kena laser, mencari kartu terus menginjak angka ganjil. Aku padahal sudah berhasil, tapi temanku kena. Jadi kita gagal. Angka ganjil bikin harus berpikir soalnya angka ganjil itu tidak bisa dibagi 2. Lalu kita harus masuk terowongan, tapi harus yang benar.

Mama: Lalu, kalau kamu masuk ke Kidzania, permainan apa yang pertama kamu datangi?

Dudu: Membuat kue… supaya punya bekal cemilan pas main yang lain hahaha…

Sampai sini si Mama protes kok jawabannya terdengar asal, kometar Dudu: "Kan jujur, Ma. Ntar yang jujur yang disukai pembaca." Eaaaa...

Mama: Kenapa anak kecil harus main di Kidzania?
Dudu: Bisa belajar melakukan cita-cita. Menurut aku itu penting karena itu bisa mengajari anak yang belum mengerti tentang cita-cita, belum mengerti tentang cari uang dan pekerjaan. Belajar antri giliran dan harus benar-benar sabar soalnya kalau pas rame, banyak banget yang datang ke Kidzania, Ma. Biar anak-anak belajar menabung dan tidak menghamburkan uang.

Oalah, bijaksana amat. Padahal sendirinya juga baru 8 tahun.

So, for those who are having the same “problem” as me, punya anak yang minta ke Kidzania terus, di bawah ini ada barcode yang dapat digunakan untuk mendapatkan diskon 30% untuk masuk Kidzania yang berlaku sampai dengan 1 November 2014. Tinggal tunjukkan saja ke petugas Airport Kidzania. Have fun!





14 October 2014

My Adventure: Female Daily Blogger Workshop

Stumbled upon this workshop on Female Daily Twitter, I signed up for it right away. Kalau Dudu suka bilang “Mama itu ngetik-ngetik bisa dapat duit” ya kenapa ngga diseriusin belajar cara cari uang lewat blog? Jadilah hari Sabtu, 20 September 2014 itu Mama ‘sekolah’ lagi, belajar tentang blogging dan branding di ArtOtel Jakarta bersama Female Daily.

ArtOtel itu unik, dari depannya juga sudah beda
Satu topic yang menarik adalah tentang consistency. Semua narasumber setuju bahwa update blog dan microblog harus konsisten, baik soal isi atau jadwal posting. Bahkan Instagram disarankan rutin untuk say Good Morning dan Good Night oleh Mariska Pruedence. Toh sekarang postingan Blog bisa dijadwal, jadi tidak perlu harus selalu dengan urutan ide-tulis-posting. Kalau ada waktu bisa ditulis dan dijadwal jadi blog tetap udate.



Check out the event on this video:


Tetap aja susah buat saya… hahaha….

Kemudian ada sesi branding dari Emily Quak dan Luxola. Bocorannya, para brand ternyata tidak melulu mencari blogger yang visitornya ribuan, tapi mereka juga suka sama blogger pemula yang berpotensi mendatangkan sales. “All we need is the media kit,” kata Simon Torring, Head of Content Luxola.com.


Pembicara "Blogger Meets Brand"
In the end, it was the workshop which was divided into “Product Review that Matters” by Affi Assegaf, the Business Director Female Daily Network and “Writing Attractive Content” by Leila Safira, the Chief Community Officer of Cleo Magazine. Jujur susah milihnya… tapi akhirnya saya memilih yang Product Review karena saya orangnya ga detail jadi ini pasti lebih susah dilakukan buat saya.

Terakhir ada photography workshop dari Raiyani Muharramah. Jadi iri liat hasil fotonya… seandainya foto di blog saya bisa sebagus itu haha.

Selain ikutan conference dan workshop, para peserta juga berkesempatan mengikuti mini-blogging workshop yang berhadiah tablet Lenovo. Waktunya mepet banget. Pulang workshop malam, blog sudah harus disubmit hari Senin. Tantangan banget buat yang ngeblognya paling sebulan sekali seperti saya. Soalnya memang sudah dibilang sih, kalau semakin sering posting, pasti semakin banyak yang berkunjung. Ups.

Yang surprise adalah workshop fotografi ternyata juga ada mini competitionnya dengan hadiah sama. Kita harus foto seputaran ArtOtel, menggunakan tips and trik yang sudah diajarkan oleh Mbak Raiyani. Ternyata susah loh. Mencari angle, menunggu moment… apalagi dengan keadaan yang selepas magrib dan indoor yang minim lighting. Untungnya sukses… foto saya, entah yang mana soalnya saya kirim 3, ternyata nyangkut dapat tablet. Shock sih pas dapat. Tapi bersyukur banget. 


Foto yang saya ikutkan lomba Mini Blogging Photo Competition

Soalnya Android saya pilihan apps-nya dodol dan kameranya ngga oke buat foto. Horeee bisa blogging lebih sering dan syukur-syukur kesampaian monetize the blog.

Thanks to Female Daily Network, Lenovo, ArtOtel dan semua sponsor dan pembicara. Ditunggu event blogging workshop berikutnya. Sehari ternyata ngga cukup.


=================================================================
This is one half of the No-date Saturday post. Today, Mama and Dudu went separate ways to attend different events. Check out what Dudu did on the same day here.

13 October 2014

Dudu's Adventure: Jadi Penyiar Cilik di 94.3 Woman Radio

Once upon a time, Andrew audisi untuk jadi penyiar cilik dengan mengirimkan video. Meskipun cadel… dan videonya cuma perkenalan diri aja, ternyata Andrew terpanggil menjadi salah satu finalis. Wow.

Proses audisi juga tidak mudah, soalnya Andrew harus mengirimkan video yang sampai beberapa kali take. Tapi dia tidak menyerah. Sebelum saya ke kantor dan dia ke sekolah, sesudah saya pulang kantor sebelum dia tidur... dia selalu mencoba, sampai akhirnya berhasil ada 1 video yang jadi.

Dan masalah dimulai dari kelolosan dia ke final karena ternyata prosesnya panjang dan jatuh di minggu ujian si Dudu. Waduh! Hari Kamis dia ijin sekolah ikut pelatihan dan rekaman suara di Woman Radio di Menara Imperium Kuningan. Sesuatu banget sih karena katanya dia diajarin banyak hal seperti sejarah radio, belajar siaran, dan termasuk kenalan ala Indonesia dengan kegiatan ice breaking. Dan dia protes karena menurut dia ice breaking buang-buang waktu. Hahaha… dasar Dudu.




Waktu mengantar, saya ditanya kenapa Andrew diikutkan di audisi. Saya bilang, saya ingin dengan siaran radio, Andrew belajar mendengarkan. Entah itu instruksi produser, telepon dari pendengar atau apalah. Yang jelas kalau selama ini dia cerita ngoceh tanpa henti dan tanpa arti, setidaknya di radio dia bisa cerita.

Trus dia ngga bisa ikutan yang ke museum telekomunikasi di Taman Mini. Sayang banget sih. Tapi gimana dong, pas dia ujian. Sedih deh. 

Sebagian penilaian berasal dari SMS dan socmed.
Ini poster yang disiapkan Woman's Radio.
The best part itu pas final, yang diadakan di Pejaten Village untuk perayaan ulang tahun Female Radio. Toh ngga akan menang, karena kita sudah absen dari 1 kegiatan sementara penjurian itu terdiri dari 50% penilaian juri, 25% sms dan 25% socmed. Oh well, dicoba saja. Ternyata finalnya (selain disuruh hafalin lagu Frozen dan Sherina) juga disuruh siaran. Finalis lain semua baca teks panjang. Andrew yang memang ngga menyiapkan apa-apa improv sendiri dong ngomongin sekolah, mata pelajaran di sekolah dan cerita macam-macam. Untung dia ngga mengulang kampanye presiden yang disebutkan waktu siaran di radio sebelah. Lumayan lah untuk anak yang tampil tanpa persiapan. Saya malah bangga dia bisa ngomong sepanjang itu tanpa script tertulis.

Grand Final Penyiar Cilik Female Radio di Pejaten Village
In the end memang ngga menang, tapi goody bag dan piagamnya sudah membanggakan. Kalau ada acara lagi jadi pengen ikutan. Soalnya Andrew bilang “awalnya aku ngga suka. Soalnya bosan, siaran yang ngomong-ngomong hanya sedikit saja. Trus ketika disuruh menghafalkan lagu Frozen, lagunya yang punya Demi Lovato, aku ngga suka punya Demi Lovato. Kenapa bukan yang dinyanyikan Elsa saja? Tapi aku suka finalnya, menari dan menyanyi sama teman-teman lalu aku bisa ngomong-ngomong seperti siaran biasa.”

Dan, saking excitednya, dia menulis ini untuk Om dan Tante Panitia Woman's Radio:



Thanks to Woman Radio 94.3 untuk kesempatan belajar yang memang tidak tergantikan ini.


==================================================================

This is one half of the No-date Saturday post. Today, Mama and Dudu went separate ways to attend different events. Check out what Mama did on the same day here.

08 October 2014

Bisnis Mainan (yang Masih Jadi) Impian

Yang namanya bisnis, percaya atau tidak, si Dudu lebih jago dari Mamanya. Oh ya? Coba cek cerita berikut ini.

Dudu: Ma, aku mau mainan baru
Mama: Ga ada uang.
Dudu: Kalo aku jual mainan yang lama trus uangnya bisa buat beli yang baru?
Mama: Bisa. Kamu singkirin dulu mainan yang udah ga kepake trus kamu jual.
Yang tidak disangka, ternyata dia memikirkan cara cari uang ini dengan serius.
Dan dia come up dengan sebuah ide: barter mainan.
Konsepnya simple "kalo ada anak butuh mainan baru kan daripada orang tuanya bellin mendingan dia tukar sama anak lain yang juga bosan sama mainannya."

Make sense.
Jadi inilah bisnis impian si Dudu.


Dudu: Nama tokonya Pinjampinjam.com, Ma
Mama: Seharusnya sih barter ya... Kalau pinjam ngga ada duitnya dong.
Dudu: Tapi kan pinjam. Kita pinjam punya teman, teman pinjam punya kita. Kalau sudah bosan kita pinjamkan lagi ke teman lainnya lagi.

Kurang lebih header site-nya seperti ini
Waktu ditanya mau seperti apa toko impian si Dudu, jawabannya simple: dia mau pajang mainan dia di online, lalu orang bisa klik Dan pilih apa yang mau dibeli atau ditukar mainan baru. Either way, dia dapat mainan baru dan tujuan dia tercapai. Jadi buat dia itu sudah untung. Namanya juga anak-anak. 

Challenge terbesar dari bisnis ala Dudu ini adalah perbedaan jalan pikiran. Kalau dari jalan pikiran anak-anak, yang penting mereka mendapatkan yang mereka mau yaitu mainan. Jadi bisnis ini harus kids friendly. Bukan dari sudut pandang orang tua yang hitung-hitung untung rugi. Kok mainan Rp100rb ditukar sama yang Rp20rb? Sementara di mata anak-anak, mainan ya mainan. Mahal murah bukan dari harga tapi dari seberapa kepengennya mereka sama mainan itu.

Resikonya juga besar, gimana kalau ada yang sudah dikirimin barang trus ngga mengirimkan barterannya? Atau yg pengen mengembalikan barang karena tidak sesuai gambar? Atau masalah teknis seperti rumah tujuan susah digapai JNE jadi kiriman ngga sampe? Kalo mikirin resiko kayaknya kok ribet banget ya.

Tapi buat Dudu, Pinjampinjam.com ini adalah "bisnis" impian. Sesuatu yang bisa menghasilkan, walaupun hasilnya bukan berwujud uang. Orang dewasa ngomongin uang melulu sih ya hahaha... Sementara buat saya, "bisnis" ini jadi sesuatu yang memberikan pandangan baru tentang untung-rugi yang selalu saja jadi hitung-hitungan dunia orang tua. Saya jadi disadarkan bahwa untuk anak-anak yang belum mengerti cari uang dan nilai uang, memandang "keuntungan" dari sudut berbeda dan mengartikannya ke dalam pemahaman mereka sendiri. 

Mainan dan buku waktu bayi begini kan sudah tidak terpakai lagi
Trus kalo untung secara bisnis gimana dong? Namanya juga bisnis impian berarti ujung-ujungnya duit dan untung dong. Nah itu tugas (dan impian) si Mama yang ngga bakat bisnis ini untuk memikirkan gimana caranya bisa jadi untung beneran. Dan kalau bisa, jadi pengumpul mainan bekas untuk disumbangkan. Bisa kerjasama dengan perusahaan yang mau CSR, mengumpulkan mainan ditukar voucher belanja. Atau bisa jadi komunitas, wadah untuk saling bertemu, playdate dan tukeran mainan. Wah kok jadi seru ya?

Dan kenapa si Dudu keukeuh mau bikin bisnis impiannya?
"Soalnya, Ma, mainan itu, kalau tidak dimainkan lagi kan kasihan. Coba Mama nonton Toy Story. Lagian kan mainannya sudah ada... tinggal taro di internet. Gratis pake wi-fi."

Errrr... Du, internet itu bayar loh....
*gubraks*

===========================================
Ide postingan ini didapat waktu baca lomba blog STIEBBANK berjudul "Bisnis Impian". Gara-gara ini jadi teringat obrolan Dudu, si anak untung-rugi, tentang impian dia untuk punya toko. Semoga suatu hari bisa diwujudkan ya.