NCT 127 di Spotify on Stage |
Di tengah kericuhan itu saya iseng mencolek anak setinggi bahu saya, yang kebetulan terdesak ke belakang bersama saya saat NCT 127 diumumkan akan hadir sesaat lagi.
“Dek, umur berapa?”
Si Adek bingung. Lalu ada anak perempuan lebih besar di sebelahnya yang tadi asyik main HP, lalu berhenti dan memandangi saya. Tapi si Adek akhirnya menjawab.
“Umur 11, Kak.”
Wait, si Adek ini seumuran Dudu, anak saya. Astaga.
Saya dalam hati tetap salut, sampai segitunya si adek datang demi NCT 127. It’s amazing what K-Pop Fans do to support their idol.
Tapi tunggu dulu, perjalanan jadi fans Kpop tidak melulu mulus. Ikut berebutan tiket Spotify on Stage, lalu tiket KBEE baru-baru ini, saya menyadari banyak yang bersitegang di media social. Alias, ribut. Yang tidak dapat tiket ada yang “menyarankan,” agar teman se-Fandomnya yang mampu untuk beli tiket Music Bank saja dan berhenti berebutan tiket gratisan. Yes, NCT 127 termasuk di line up Music Bank Jakarta tanggal 2 September. Dan sebagai fans yang baik memang seharusnya kita beli tiket dan mendukung performance artis kesayangan kita dong.
Sebagai fans yang sudah senior, yang kalau nonton konser lebih senang duduk, saya lebih berusaha mensupport idola saya dengan membeli tiket konser, CD dan lainnya. Agak sulit memang karena di beberapa channel kita harus berdomisili di Korea atau memahami bahasa Korea untuk bisa “support” artis K-Pop kesayangan kita yang rata-rata tidak bisa (atau tidak diizinkan) berbahasa Inggris itu. Dan karena saya sudah senior juga, saya tidak pernah ikut fanwar, meskipun sebagai seorang emak-emak saya sering gatel dengan perseteruan di IG si artis, mulai dari yang hanya mengomentari gelas wine yang diupload hingga perang sungguhan membela idolanya sesuai pemikiran dan latar belakang masing-masing fan.
Aduh, ya plis deh. Ini semacam saya punya anak kembar trus yang satu ngambek guling-guling di lantai Zara ketika yang satunya menuding-nuding sambil mengamuk sementara saya sibuk memilih baju. Untuk yang satu ini saya ikut kesal dan ikutan petisi yang harus mengirimkan email entah ke mana pakai bahasa Korea itu sih, meskipun akhirnya si member yang dipersoalkan bebesar hati mengikhlaskan comebacknya demi grupnya didukung oleh fans Korea.
Sedih deh sesegukan.
Apa yang pernah saya lakukan, sebagai fans K-Pop untuk idolanya? Yang paling extreme mungkin ketika nonton CN Blue di Singapura bulan Juli lalu, hanya karena jadwal konser mereka di Jakarta bentrok dengan nikahan sepupu saya. Rebutan tiket gratisan sudah biasa. Ikut jemput ke airport juga sudah biasa. Beli merchandise juga sudah biasa. Beli barang dari toko milik si artis juga sudah biasa. Nonton konser K-Pop sampai meninggalkan anak juga sudah bolak balik terjadi hahaha. Dudu, anak semata wayang saya, sampai benci sekali sama bias saya karena merasa tersaingi cintanya. Meskipun dia tidak sebal sama grupnya, dan bisa menyanyikan lagu-lagunya, tapi kalau saya sudah mulai stalking IG bias, lihat foto bias, biasanya dia manyun lalu bertanya:
“Mama lebih sayang Yesung atau aku?”
Ups.
“Dek, umur berapa?”
Si Adek bingung. Lalu ada anak perempuan lebih besar di sebelahnya yang tadi asyik main HP, lalu berhenti dan memandangi saya. Tapi si Adek akhirnya menjawab.
“Umur 11, Kak.”
Wait, si Adek ini seumuran Dudu, anak saya. Astaga.
Saya dalam hati tetap salut, sampai segitunya si adek datang demi NCT 127. It’s amazing what K-Pop Fans do to support their idol.
Tapi tunggu dulu, perjalanan jadi fans Kpop tidak melulu mulus. Ikut berebutan tiket Spotify on Stage, lalu tiket KBEE baru-baru ini, saya menyadari banyak yang bersitegang di media social. Alias, ribut. Yang tidak dapat tiket ada yang “menyarankan,” agar teman se-Fandomnya yang mampu untuk beli tiket Music Bank saja dan berhenti berebutan tiket gratisan. Yes, NCT 127 termasuk di line up Music Bank Jakarta tanggal 2 September. Dan sebagai fans yang baik memang seharusnya kita beli tiket dan mendukung performance artis kesayangan kita dong.
Sebagai fans yang sudah senior, yang kalau nonton konser lebih senang duduk, saya lebih berusaha mensupport idola saya dengan membeli tiket konser, CD dan lainnya. Agak sulit memang karena di beberapa channel kita harus berdomisili di Korea atau memahami bahasa Korea untuk bisa “support” artis K-Pop kesayangan kita yang rata-rata tidak bisa (atau tidak diizinkan) berbahasa Inggris itu. Dan karena saya sudah senior juga, saya tidak pernah ikut fanwar, meskipun sebagai seorang emak-emak saya sering gatel dengan perseteruan di IG si artis, mulai dari yang hanya mengomentari gelas wine yang diupload hingga perang sungguhan membela idolanya sesuai pemikiran dan latar belakang masing-masing fan.
[Mau tau rasanya terjebak fanwar? Coba baca cerita Vita Masli di sini]
Fans akan melakukan apa saja untuk idolanya, termasuk fanwar. Ada Army (fans BTS) vs EXO-L (fans EXO) yang legendaris itu. Lalu biasanya antar agency macam Sone (fans SNSD) vs Blackjack (fans 2NE1) yang kalau tidak salah karena warna fandom yang mirip itu. Tapi yang masih membekas di kepala saya adalah perbedaan pendapat K-ELF dan I-ELF tentang comeback Super Junior. Ada yang menginginkan Kangin dan Sungmin untuk ikutan comeback di album terbaru grup mereka, namun ternyata di mata fans local (Korea) kedua orang ini sudah cacat moral. Fans lokal lantas mengancam untuk tidak mendukung Suju comeback kalau Sungmin masih diikutkan dalam album berikutnya.
Fans akan melakukan apa saja untuk idolanya, termasuk fanwar. Ada Army (fans BTS) vs EXO-L (fans EXO) yang legendaris itu. Lalu biasanya antar agency macam Sone (fans SNSD) vs Blackjack (fans 2NE1) yang kalau tidak salah karena warna fandom yang mirip itu. Tapi yang masih membekas di kepala saya adalah perbedaan pendapat K-ELF dan I-ELF tentang comeback Super Junior. Ada yang menginginkan Kangin dan Sungmin untuk ikutan comeback di album terbaru grup mereka, namun ternyata di mata fans local (Korea) kedua orang ini sudah cacat moral. Fans lokal lantas mengancam untuk tidak mendukung Suju comeback kalau Sungmin masih diikutkan dalam album berikutnya.
Ini "keributan" kemarin yang bikin sedih.
Aduh, ya plis deh. Ini semacam saya punya anak kembar trus yang satu ngambek guling-guling di lantai Zara ketika yang satunya menuding-nuding sambil mengamuk sementara saya sibuk memilih baju. Untuk yang satu ini saya ikut kesal dan ikutan petisi yang harus mengirimkan email entah ke mana pakai bahasa Korea itu sih, meskipun akhirnya si member yang dipersoalkan bebesar hati mengikhlaskan comebacknya demi grupnya didukung oleh fans Korea.
Sedih deh sesegukan.
Apa yang pernah saya lakukan, sebagai fans K-Pop untuk idolanya? Yang paling extreme mungkin ketika nonton CN Blue di Singapura bulan Juli lalu, hanya karena jadwal konser mereka di Jakarta bentrok dengan nikahan sepupu saya. Rebutan tiket gratisan sudah biasa. Ikut jemput ke airport juga sudah biasa. Beli merchandise juga sudah biasa. Beli barang dari toko milik si artis juga sudah biasa. Nonton konser K-Pop sampai meninggalkan anak juga sudah bolak balik terjadi hahaha. Dudu, anak semata wayang saya, sampai benci sekali sama bias saya karena merasa tersaingi cintanya. Meskipun dia tidak sebal sama grupnya, dan bisa menyanyikan lagu-lagunya, tapi kalau saya sudah mulai stalking IG bias, lihat foto bias, biasanya dia manyun lalu bertanya:
“Mama lebih sayang Yesung atau aku?”
Ups.
Lumayan buat latihan baca Hangul kan. |
[Baca juga positive - negative fangirling buat mama-mama macam saya]Sejujurnya ada banyak cara untuk mengambil sisi positif fanwar. Yes, masih ada kok positifnya. Ini diantaranya:
- Dapat teman yang lebih muda. Ini serius berguna banget, terutama karena dulu ketika awal ngefans K-Pop saya bekerja di majalah remaja. Lalu sekarang mereka berguna karena ketika ada event atau PO CD album dan merchandise mereka sering mengajak saya. Ikut kegiatan rame-ramenya aja, lumayan nambahin follower social media, tapi kalo lagi war kita ngumpet dulu biar ngga disamber.
- Stalking IG untuk memperlancar membaca Hangul. Karena umur yang sudah kepala 3, kemampuan belajar bahasa saya menurun dan sejujurnya saya sering merasa terlalu lambat membaca Hangul di kelas bahasa Korea. Fanwar terakhir memaksa saya membaca dan memahami Hangul karena yang "dimusuhin" adalah K-Elf, jadi perangnya juga lintas bahasa. Lumayanlah jadi semakin lancar.
- Latihan tahan emosi. Sebagai orang yang sudah masuk dunia kerja, kita kerap dapat wejangan “hati-hati dengan postingan social media,” soalnya HRD suka cek, agency suka cek dan lain sebagainya. Terjebak di fanwar sebenarnya memberikan kesempatan kita untuk refleksi, memilah mana yang bisa kita posting, mana yang sekedar emosi dan sebaiknya dihapus saja. Sebagai reminder supaya kita tidak salah publish status.
Nu'est jaman debut. (courtesy of kpopmagz) |
Mungkin saya akan sedikit bertengkar dengan anak 11 tahun yang idolanya bukan NCT tapi zombie karena saya dianggap buang-buang uang.
Biarlah. Namanya juga ngefans.
Biarlah. Namanya juga ngefans.
Sedih ya Super Junior ga lengkap kali ini. Kangin apalagi yang bener-bener menghilang, aku sampe ga tau dia sekarang ngapain ya?
ReplyDeleteIya itu gimana ya? Kmaren ada postingan bareng2 makan, cuma ga ada Sungmin rasanya sedih banget.
Delete