06 March 2024

Permainan Tentang Hidup: The Game of Life

Bagaimana jika seluruh perjalanan hidupmu dirangkum dalam sebuah permainan papan atau board game? The Game of Life, atau yang lebih dikenal dengan LIFE, mengajak pemainnya untuk menjalani hidup secara realistis. 

Perjalanannya dimulai dari apakah kita akan kuliah, atau langsung mulai bekerja. Kalau kuliah berarti kita akan berhutang, namun memiliki pilihan karir yang lebih luas. Sementara jika langsung bekerja, kita memiliki pilihan karir terbatas, namun tidak ada hutang yang harus dibayar. Setelah itu kita harus memilih rumah, menikah, punya anak, dan pensiun.

Permainan ini awalnya dibuat pada tahun 1860 oleh Milton Bradley. LIFE yang kita mainkan sekarang adalah versi modernnya, hasil desain dari Reuben Klamer and Bill Markham di tahun 1960. Pemain mengendarai mobil sendirian, mendaki gunung dan melewati lembah. Ketika menikah dan punya anak, penumpang mobil akan bertambah. 

Foto dari Amazon

Jaman sekarang, LIFE punya versi online dan versi aplikasi. Namun, yang saya mainkan bersama Dudu tetap versi board game offline karena lebih seru ketika dimainkan bersama. Apalagi ketika bermain dengan anak-anak remaja seumuran Dudu yang masih belum memulai Game of Life mereka. Bermain game ini mengajarkan bahwa hal tidak terduga bisa terjadi karena saat kita bekerja sesuai passion, gaji kita belum tentu mengikuti. Lalu kita jadi tidak bisa membayar rumah yang diidamkan. Belum lagi ketika mengendarai mobil, kita berhenti di titik “career change” atau “you’re fired” yang mengharuskan kita ganti pekerjaan dan gaji yang diterima. Atau ketika harus membayar sekolah sesuai jumlah anak yang dimiliki. Bisa juga rumah yang kita sudah cicil dan bangun ternyata hancur terkena badai, dan kita harus membangun ulang karena tidak membayar asuransi.

Rasanya seru melihat anak-anak usia remaja dan pra-remaja mulai memikirkan bagaimana membayar pajak. Mereka juga menghitung jumlah anak yang diinginkan karena takut membayar sekolah mahal. Harus menghitung apakah gaji yang dimiliki cukup untuk membayar cicilan rumah, mengembalikan hutang uang kuliah atau membeli saham. Semuanya seperti realita. Namanya juga The Game of Life.

Main Game of Life di rumah

Versi yang saya miliki masih sangat sederhana. Diterbitkan pada tahun 1991. Konon, LIFE yang baru sudah ada adopsi hewan peliharaan, dan versi-versi kolaborasi dengan tokoh populer seperti Hello Kitty, Star Wars, My Little Pony dan lainnya. 

Permainan ini seru untuk dibawa di pertemuan keluarga, terutama jika ada banyak anak remaja dan pra-remaja di acaranya. Orang tua tentunya bisa mendampingi, sambil memberikan petuah dan penjelasan kalau ada pertanyaan tentang perjalanan hidup. Buat orang tuanya gimana? Sekarang rasanya saya lebih mengerti permainan ini setelah melewatinya sendiri di kehidupan nyata, jadi yang bentuknya permainan tetap seru karena tidak memiliki konsekuensi di realita. Kesempatan untuk mengambil keputusan nekat seperti membeli saham, atau mengambil pekerjaan impian tanpa memusingkan gaji.


24 February 2024

Konferensi Perempuan Indonesia dan Akar Permainan Tradisional

Diadakan pada 9 - 11 Februari 2024 di Royal Orchid Garden Hotel and Condominium, Batu, Malang, Jawa Timur, Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) offline masih mengangkat tema “Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia”. Mendengar KPI diadakan secara offline tahun ini oleh Ibu Profesional, sebenarnya saya ingin ikut. Namun, karena lokasinya yang cukup jauh dari domisili saya saat ini, dan waktunya yang bertepatan dengan Chinese New Year, saya jadi hanya bisa memantau lewat beritanya. 

Yang membedakan kedua konferensi tentunya adalah pertemuan tatap muka dan sejumlah kegiatan seru yang diadakan di lokasi. Misalnya prosesi SARUNGAN (SAmbutan dan ngeRiUNG awalAN) yang mengawali kegiatan ini, di mana masing-masing peserta mengenakan kain tradisional yang dibawa dari rumah. 

Photo: Warta Jatim

Selain Sarungan, ada banyak kegiatan lain yang mengajak para peserta untuk kembali ke akarnya masing-masing. Sama dengan KPI Online yang diadakan pada 20-22 Desember 2023, ada Forest Walk yang dibuat peserta, bedanya kali ini peserta bisa beneran jalan-jalan melihat peta konsep yang dipajang di papan. 

Sesi Betengan yang dibawakan oleh Pak Dodik Maryanto, Founder dan Inisiator Komunitas Ibu Profesional bersama Istrinya Ibu Septi Peni Wulandari, memberikan pengetahuan sejarah pergerakan perempuan di Indonesia kepada para peserta. Di sesi Bekelan, para peserta mengumpulkan makanan khas daerah masing-masing di sebuah meja panjang sambil saling berkenalan satu dengan yang lainnya. 


Photo: Instagram KPI

Hari kedua, games Sapintrong yang dibawakan Fasilitator sekaligus Ketua Yayasan Ibu Professional, Dzikra Ulya mengajak peserta untuk maju merencanakan masa depan. Lalu diikuti sesi pembelajaran lainnya yang terinspirasi dari permainan tradisional seperti Congklak, Balapan, Galasin, Bakiak dan lain sebagainya. Bukan hanya membawa pulang ilmu, tetapi para peserta juga membawa pulang networking serta relasi baru dari konferensi tersebut. 

Melalui KPI, Ibu Septi mengajak para perempuan Indonesia untuk bersama-sama membangun ekosistem yang sehat melalui akar peran kita sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga maupun sebagai anggota komunitas.

Yang menarik dari Konferensi Perempuan Indonesia ini, selain menggunakan permainan tradisional yang tentunya akrab dengan para peserta, peserta juga diajak bertukar layangan di akhir sesi. Kalau biasanya kita bertukar post-it, notes atau surat, sekarang bentuknya layangan. Kenapa layangan? Tentunya agar mimpi dan harapan para perempuan Indonesia ini dapat diterbangkan tinggi ke atas awan.

KPI Offline ini dihadiri oleh 130 peserta dari seluruh Indonesia dan luar negeri. 

Photo: Instagram KPI

Mengintip keseruan acara Konferensi Perempuan Indonesia, saya merasa bahwa pertemuan seperti ini memang diperlukan setidaknya setahun sekali. Kok begitu? Yang biasanya terjadi adalah kita sibuk dengan kegiatan dan gerakan masing-masing, lalu jalan terus tanpa perencanaan yang matang. Padahal, jika mengambil jeda lalu menelaah kembali akar gerakan, kita bisa membuat dampak yang lebih besar. Kenapa harus konferensi offline? Soalnya kalau online, biasanya saya suka tidak fokus. Namanya ibu-ibu kan multitasking ya. Nonton Netflix saja suka disambi kegiatan lain, bisa bahaya kan kalau materinya serius dan saya malah tidak bisa konsentrasi. Nah, kalau offline kan biasanya ponsel masuk tas dan bisa hadir secara penuh di acara.

Melihat jalannya acara yang menggunakan permainan tradisional itu, saya jadi paham kenapa tema itu yang dipilih. Waktu kecil, saya tidak punya gadget. Ponsel pertama saya adalah ketika saya kuliah. Otomatis ketika tumbuh besar, mainan saya adalah bekel, congklak, lompat karet dan layangan. Meskipun katanya layang-layang lebih banyak dimainkan anak laki-laki. Semua permainan ini akrab dalam diri saya, dan merupakan bagian dari akar gerakan saya juga. Seperti yang diingatkan pada KPI Online yang saya ikuti beberapa waktu lalu, untuk mengenali diri sendiri, saya harus banyak berinteraksi dengan diri sendiri. Salah satunya ya lewat permainan itu.

Konferensi Perempuan Indonesia diadakan setiap 2 tahun sekali. Karena terlewat tahun ini, sepertinya saya harus menunggu yang berikutnya diadakan. Semoga lain kali bisa ikutan.


11 February 2024

Pelajaran Menjadi Sempurna dari Doraemon: Nobita's Sky Utopia

Film Doraemon: Nobita's Sky Utopia adalah salah satu tontonan long weekend saya dan Dudu. Film yang sebenarnya ingin disaksikan di bioskop ini malah jadi tontonan rumah di Netflix. 

Salah satu ciri khas film Doraemon adalah adanya pelajaran hidup yang diambil, dengan cerita yang mudah dimengerti anak SD. Sekarang, nonton film Doraemon dengan Dudu yang sudah remaja, kesannya jadi sedikit berbeda. 

gambar diambil dari Youtube

Doraemon: Nobita's Sky Utopia
Durasi: 1 jam 47 menit

Mendengar dari Dekisugi tentang Sky Utopia, di mana semua orang bisa jadi sempurna dan baik hati, Nobita yang baru mendapat nilai nol, payah dalam olahraga dan selalu jadi korban kenakalan Giant, berharap bisa pindah ke sana. Impiannya agar jadi seorang anak sekolah yang sempurna.

Ketika akhirnya geng petualangan Nobita ini sampai di Sky Utopia dan tinggal di sana selama beberapa hari, Giant, Suneo dan Shizuka mulai berubah. Mereka mampu mengerjakan soal hitungan dengan lebih cepat dan tidak lagi kasar pada Nobita. Tetapi Nobita tetap saja payah. Pertengkarannya dengan Doraemon yang disebutnya robot payah, membuat Nobita menyadari bahwa ketidaksempurnaan bukanlah sesuatu yang buruk, jika kesempurnaan membuat kita kehilangan jati diri.

Filmnya bagus?

Menurut Dudu, meskipun message-nya keren, tapi filmnya sendiri kurang menarik. Soalnya penjahatnya langsung ketahuan dan tidak ada character development-nya. Hanya diberikan info sekilas bahwa sosok ini adalah si penjahat dan back story-nya dalam bentuk narasi singkat melalui monolog si penjahat sendiri.

Saya lebih mempermasalahkan ending yang gantung, karena sampai akhir, salesman penjual balon udara yang dibeli Doraemon secara cicilan itu tidak datang menagih hutangnya. Haha. Namun, ada beberapa momen kejutan di filmnya yang membuat ceritanya secara keseluruhan jadi menggugah hati.

Gambar diambil dari netflix

Yang bisa dibawa pulang dari film ini adalah pesan moral bahwa setiap anak itu berbeda. Meskipun terlihat tidak sempurna tetapi keunikan setiap anak inilah yang menjadikan mereka seorang manusia. Kalau semua sama ya jadinya robot dong. Robot saja berbeda-beda. Di sini, saya melihat bahwa meskipun ibunya Nobita selalu marah-marah soal nilai nol, tetapi dia tetap sayang dengan anaknya dan memikirkan anaknya. Begitu juga dengan Giant, Suneo, Shizuka, Nobita dan Doraemon. Meski sering bertengkar dan kasar, namun persahabatan mereka mampu melewati segalanya. Dan masing-masing menyayangi temannya apa adanya.

Jadi, kalau dituntut punya anak sempurna, saya jadi bertanya, kesempurnaan ini standard siapa?


15 January 2024

Oleh-oleh dari Konferensi Perempuan Indonesia 2023

Konferensi Perempuan Indonesia 2023 versi online, yang diselenggarakan oleh Ibu Profesional memang sudah berakhir. Banyak manfaat yang dibawa pulang dari kesempatan menghadiri tema Konferensi Perempuan Indonesia 2023, “Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia,” ini.

Meskipun dilaksanakan secara online, keseruan acara KPI tidak berkurang karena dilaksanakan secara interaktif. Ada tanya jawab dan ada diskusi langsung antar peserta lewat chat dan pengisian peta konsep yang dilakukan secara bertahap setiap selesai acara.

Di bidang pendidikan ada sebanyak 75 peta konsep yang dibuat, lalu di bidang kesehatan ada 33 peta konsep. Selanjutnya di bidang ekonomi ada 16 peta konsep, bidang sosial budaya ada 6 peta konsep, dan di bidang lainnya ada 35 peta konsep yang terkumpul. Saya ada di “bidang lainnya” karena bingung mau menempatkan peta konsep saya yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan khususnya ibu tunggal ini di sebelah mana.



Selain peta konsep, ada juga padlet sinergi, yaitu diskusi dengan sesama peserta yang memiliki peta konsep di bidang yang sama. Bersinergi ini seru karena kita yang ada di dalam kelompok, merencanakan gerakan dan berdiskusi dalam waktu 3 jam saja. Kolaborasi ini menghasilkan 18 aksi yang siap dieksekusi. Meskipun dilaksanakan secara online, ternyata bisa juga membuat sebuah rencana nyata.