22 November 2018

Liburan Musim Dingin di Provinsi Gangwon-Do, Korea Selatan

Jalan-jalan ke mana lagi kita, Ma?
Wah iya, Du. Sudah waktunya planning traveling lagi. Mau ke mana?
Yang pasti tempat yang cold dan ada saljunya, Ma.

Waduh.

So let's start making a list of places we would like to visit in winter time. Di Korea Selatan. Iya, kita belum puas dan ingin balik lagi.


Pemandangan dari atas bus yang membawa kita ke Sokcho awal tahun kemarin.

Exploring (More) Gangwon-do

Waktu kemarin ke provinsi Gangwon-Do, Korea Selatan, fokusnya hanya Gunung Sorak. Padahal di provinsi kampung halaman Heechul ini ada banyak kegiatan musim dingin yang bisa dilakukan selain berkeliling Sokcho. Dengan status yang sekarang sebagai tuan rumah Winter Olympics, tentunya Pyongchang dan sekitarnya jadi lebih mudah diakses dengan fasilitas lebih lengkap daripada sebelumnya. Jadi masih ada beberapa tempat yang jadi to-do list saya dan Dudu di Korea Selatan.



Pemandangan dari atas kereta Chuncheon - Seoul. Jadi pengen turun kan?

20 November 2018

Stop Mom War: Prioritas Jadi Bahagia

Satu setengah bulan lagi, kita akan masuk tahun baru. Apa kabar resolusi 2018?

Tahun ini saya cukup senang karena resolusi saya menulis buku tercapai. Meskipun secara tidak sengaja karena awalnya saya hanya ikut lomba yang diadakan oleh komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan DivaPress, dan tidak sendirian karena berbagi cerita dengan emak-emak lainnya. Tapi tetap saja, terbitnya buku ini berarti satu resolusi saya tercapai. Hore!



Bukunya berjudul “Stop Mom War”, isinya kumpulan curhat dan cerita para ibu-ibu yang sedang atau pernah terjebak Mom War. Apa sih Mom War? Buat yang belum pernah mendengar istilah ini, Mom War ini adalah pertengkaran (yang menurut saya tidak perlu) antara para mama yang memiliki pola pengasuhan berbeda. Soal ASI atau susu formula, soal jadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja, soal melahirkan normal atau operasi dan sejenisnya. Yang satu merasa lebih baik dari yang lainnya.

Sadar atau tidak sadar, kita semua punya sisi kompetitif dalam diri kita sendiri. Dan sebagai seorang mom, kita ingin melakukan yang terbaik bagi anak kita. How do you know you’re the best if you don’t compare it with others? Bagaimana saya tahu kalau saya melakukan yang benar, yang terbaik buat Dudu, kalau tidak ada mama-mama lain sebagai perbandingan. Mengutip tulisan Gail O’Connor di Parents.com, “tidak ada seorang mama pun yang yakin 100% bahwa apa yang dilakukannya ini benar. Dan ketika ada artikel tentang mom war, ibu bekerja vs ibu rumah tangga, kita tidak bisa memungkiri bahwa kita jadi mempertanyakan diri kita sendiri.”


Dari semua war yang pernah saya alami, saya memutuskan untuk menulis tentang gadget. Disebut gawai dalam bahasa Indonesia.

10 October 2018

Blogging dan Impian Masa Depan

“Kenapa nge-blog?”Pertanyaan standar yang malah bikin bingung setelah sekian lama malang melintang di dunia blogging. 

Alasan kenapa saya ngeblog sama dengan alasan kenapa saya makan. Saya makan karena saya lapar, dan kalau tidak makan nanti maagnya kambuh. Saya ngeblog karena saya ingin menulis, dan kalau tidak nulis nanti saya stress. Semacam maag gitu. Jadi tidak konsentrasi mengerjakan hal lain, just because I felt the urge to write the thoughts I have in mind. Sama saja kan? Kalau lapar juga tidak punya energi untuk mengerjakan hal lain.


Menulis sudah jadi bagian dari hidup saya sejak SD. Meneruskan kuliah di jurusan jurnalistik, kemudian bekerja jadi wartawan, membuat menulis berubah dari hobi jadi beban studi dan pekerjaan. Di sinilah blog berperan. Ketika menulis jadi terbatas oleh banyak syarat & ketentuan, ngeblog menyelamatkan passion saya yang satu itu. Saya jadi bisa menuliskan hal-hal di luar yang disuruh editor atau yang dimandatkan masyarakat. Bahkan ketika saya sudah tidak lagi jadi kuli tinta, blog tetap setia menemani saya menuangkan ide dan curhatan hati.

I blog because I love to write. And I have to write those stuffs down. 

09 September 2018

Wiro Sableng: Cerita Dendam yang Terasa Kentang

Dudu sering kesal sama teman-temannya. Kesal di-bully, kesal diledekin. Dari situ dia selalu ingin balas dendam. Yah, sampai Sinto Gendeng bilang: Jangan dendam. Sekali kamu dendam, kamu akan terus terbawa dalam kegelapan.

Ngedate nonton Wiro Sableng sama Dudu punya 2 maksud. Yang pertama adalah mengenalkan Dudu pada jagoan lokal. “Tapi masih lebih seru Avengers, Ma,” dia protes. Memang sih. Tapi setidaknya kan dia tahu kalau ada jagoan yang namanya Wiro Sableng. Jagoan yang dulu sinetronnya selalu ditungguin sama Mamanya haha. Ups, ketahuan kan saya generasi berapa. Yang kedua adalah memuaskan rasa penasaran karena, konon, film ini melibatkan produksi Hollywood.



Ada rasa bangga ketika melihat film Indonesia punya intro 20th Century Fox di awalnya. Lalu melihat koreografi pertarungan dan sinematografi yang keren. Tidak sempurna memang, beberapa jelas terlihat green screen dan efeknya, tapi untuk ukuran film Indonesia, Wiro Sableng termasuk yang keren banget.

Efeknya.
Koreonya.

Warna lipsticknya Sinto Gendeng.
Tapi, jangan tanya pendapat saya soal ceritanya.

30 August 2018

3 Cara Sederhana Hidup Asyik Tanpa Toxic

Capek. Yang namanya kerja di Jakarta pasti akrab dengan macet, perjalanan jauh dan polusi udara. Tiga bulan terakhir ini saya bekerja di kantor baru, dan jadi bertemu dengan keseruan peraturan ganjil genap. Berangkat lebih pagi, pulang lebih malam dengan pekerjaan yang tidak lebih mudah. Untungnya saya belum sempat sakit.

Kalau saya cerita tentang pekerjaan, banyak yang menyarankan “start you day with honey lemon”. Mulai harimu dengan minuman madu lemon. Rutinitas yang sempat viral di Instagram dan sempat juga diikuti teman-teman saya. Bahkan ada satu mom yang saya kenal selalu menyempatkan diri menyeduh segelas air hangat dengan campuran madu dan lemon untuk keluarganya sebelum mulai beraktivitas. Kalau melihat dia dan keluarganya jadi jarang sakit sih sepertinya beneran pengaruh.

Tapi kalau saya punya waktu untuk duduk dan menyeduh sesuatu setiap pagi, saya memilih untuk membuat kopi.

16 August 2018

Tentang Menulis Sebuah Perjalanan

“It doesn’t matter if your writing is good, if your journey isn’t good, it’ll be hard to come out with a good travel writing.”

Begitu kata Agustinus Wibowo, seorang travel writer sekaligus penulis buku Ground Zero: When the Journey Takes You Home, di Travel Writing Workshop bersama The Jakarta Post Writing Center yang saya ikuti weekend kemarin. Setelah lama absen dari event dan kelas menulis, saya mulai sign up lagi. Kangen belajar, kangen ketemuan teman-teman baru.


Courtesy of The Jakarta Post Writing Center
Apa itu “Good Journey”? Harap diperhatikan bahwa good journey bukan berarti perjalanan mahal super mewah maupun perjalanan murah meriah ala backpacker. Yang memutuskan apakah sebuah perjalanan adalah good journey adalah kita sendiri. Dalam hal ini, saya dan Dudu. Ada 4 hal yang saya catat, yang bisa membuat perjalanan jadi sebuah good journey.

06 August 2018

Mewarnai dengan Augmented Reality Bersama Faber-Castell Colour To Life

Weekend ini ngapain ya, Du?

Pertanyaan itu sekarang sering muncul karena saya dan Dudu kehabisan ide. Kalau tidak ada event seru atau film bagus, saya dan Dudu kerjanya main PS4 di akhir pekan. Itu juga kalau ada game yang bisa dimainkan berdua seperti Overcooked atau Dragon Quest Builders. Kalau tidak ya kita beraktivitas masing-masing dengan gadget masing-masing.

Lalu saya kena judge netijen: kok main gadget terus? Hahaha...

Saya pertama kali melihat Faber-Castell Colour to Life saat sedang mampir ke acara Game Prime. Mewarnai? Hm… back to basic. Mungkin menyenangkan? Tapi saya dan Dudu bukan fans mewarnai. Dudu sering menggambar sejenis komik sih, tapi gambarnya juga tidak pernah diwarnai. Tapi mungkin, kita perlu melakukan hal-hal yang dulu sering dilakukan waktu Dudu kecil. Salah satunya ya mewarnai.

Seriusan? Buat anak SMP kayak Dudu?


Dudu: "Rambutnya harus pirang"

24 June 2018

Review: Jurassic World The Fallen Kingdom

Hah? Ngapain orang Indo beli dinosaurus begitu doang seharga 10 Juta dollar?

Saya kesal nonton Jurassic World The Fallen Kingdom ini. Bukan karena jalan ceritanya, tapi karena kesannya orang Indonesia hanya mampu beli dinosaurus lelet macam Ankylosarus (yang katanya seperti tank) dan tidak masuk negara yang dianggap mampu beli Indoraptor.

Padahal nama dinosaurusnya saja sudah Indoraptor.

Dan si Indoraptor hanya 28 juta dollar.



Dinosaurus di film sebelumnya juga namanya Indomie rebus, eh maksudnya Indominus Rex, yang seharusnya dijual di Indomaret. Haha. Nama Indoraptor ini entah bagaimana membuat saya membayangkan mie instant dengan saos super pedas yang seharusnya dijual di warung kekinian.

20 June 2018

Kampung Halaman Dudu

Kota kelahiran Dudu letaknya sekitar 6 jam dari Gotham City dan 4,5 jam dari Metropolis. Dan kita masih menyimpan mimpi untuk suatu hari kembali lagi ke sana. 


Tema ODOP yang kali ini agak sulit: Mudik. Soalnya saya sebenarnya tidak punya kampung halaman. Jaman kuliah dulu, ada satu kelas antropologi yang saya ambil, di mana orang-orang seperti saya ini disebut “lost generation”. Tidak punya kampung halaman, tidak bisa bicara bahasa asli dan sudah kurang lebih terputus sejarahnya dengan nenek moyang. Tapi sudah beberapa tahun belakangan ini, mudik identik dengan kembali ke Jakarta yang sepi, jalanannya lancar dan langitnya lebih cerah.

Mudik saya hanya dari Kelapa Gading ke Depok, setelah makan opor dan berhasil melewati obrolan kepo di meja makan Tante haha.

Kalau mudik maksudnya pulang, maka ketika Lebaran datang, saya sering bertanya-tanya mau mudik ke mana? Yang paling sering jadi tujuan tentu saja “kampung halaman” Papa di Semarang. Pernah juga ke kampung halaman Dudu di Amerika, meski bukan ke kota kelahirannya.

Oh, Dudu dari Amerika. Di mananya?
Missouri

17 June 2018

4 Website Seru Yang Bikin Semangat Menulis

Jenuh menulis? 100 kata saja tidak sampai-sampai? Well, saya sempat dan masih mengalami hal itu. Padahal ide dan tema ada banyak bertebaran, tapi menulisnya kok berat. Sudah pindah café dan ganti suasana juga tidak membantu. Lalu gimana? I forced myself to write. Saya mengharuskan diri sendiri menulis sesuatu setiap harinya. 


Ada beberapa fun “free writing” tools yang bisa membantu kita membiasakan diri menulis setiap hari. Kalaupun tidak jadi satu blogpost, tulisan-tulisan random tersebut bisa kita simpan untuk “dilanjutkan” di kemudian hari ketika ada mood dan waktu posting yang tepat.

750words.com

Website buatan suami istri, Buster & Kellianne, ini menantang kita menulis setidaknya 750 kata setiap harinya (24 jam menggunakan timezone Amerika jadi dimulai jam 12 siang WIB). Tampilan websitenya minimalis. Halaman Homenya hanya berupa penjelasan tentang 750words.com dan siapa saja yang sedang menulis, lalu siapa saja yang sedang ikutan tantangan menulis setiap hari selama sebulan dan lain sebagainya. Kalau kita sudah sign up dan login, kita akan berhadapan dengan halaman kosong hanya berisikan tanggal jumlah huruf yang berubah sesuai dengan ketikan kita.

15 June 2018

Menjawab Kekepoan di Kumpul Keluarga

Yang paling harus dipersiapkan menyambut Lebaran adalah mental dan segudang jawaban penangkal pertanyaan keluarga yang penuh perhatian.

Bahkan saya dan keluarga yang tidak berlebaran pun merasakan hal yang sama ketika Tante yang satu ini sudah memposting undangan “makan opor ayam” di grup chat keluarga. Opor ayamnya enak. Si Tante memang jago masak. Percakapan yang terjadi di meja makan ketika kita sedang sibuk mengunyah juga dahsyat. Topiknya bisa beragam, dari pacar, jurusan kuliah hingga rencana traveling. Meskipun sering harus melakukan persiapan ekstra, saya tetap menunggu seri sharing session keluarga ini. 


Ngumpul setiap tahun sekarang sepupu yang ini sudah pada mau kuliah.
Tahun lalu obrolannya tentang sekolah. Masuk SD, masuk SMP, masuk kuliah sampai ke pekerjaan pertama seorang sepupu yang baru lulus. Tahun ini sepertinya akan fokus ke pernikahan adik bungsu saya yang tinggal menghitung bulan ini. Untungya si adik sedang di luar negeri jadi dia terselamatkan dari pertanyaan kepo para Tante.

Dan meninggalkan saya sebagai juru bicaranya.

Setelah itu pasti pertanyaannya jadi berubah: “kamu kapan nyusul?”
“Anak saya sudah SMP, Tante.”
“Ya, makanya, nanti keduluan Dudu dapat pacar lho.”
Yha, terus kenapa gitu?

04 June 2018

Coffeegasm: Coffee Shop Rasa Drama Korea

Pernah terbayang adegan drama Korea di mana si pelanggan cewek masuk ke coffee shop dan disambut sapaan ramah tokoh utama di belakang kasir? Ya kurang lebih begitu rasanya kalau masuk ke Coffeegasm. Hanya saja, coffee shop yang ini adanya di deretan ruko-ruko Mall of Indonesia Kelapa Gading. 


Lokasinya strategis, Coffeegasm terletak persis di sebelah pintu Lobby 8 Mall of Indonesia. Di blok yang sama ada beberapa coffee shop, café dan bakery yang saya pernah kunjungi semuanya karena tempat ngopi langganan di mall persaingannya sengit. Mulai dari anak ABG sekolahan, ibu-ibu arisan dan suster bawa stroller (isinya bayi tidur sementara majikannya belanja) semuanya memenuhi tempat duduk dan ikut sharing wi-fi. Jadilah di satu hari libur, saya dan Dudu keliling Mall of Indonesia dengan misi mencari tempat ngedate alternatif.

13 May 2018

Book Review: Sad Girls by Lang Leav

“We all need to follow our intuition, even if it takes us down the wrong path. Otherwise, you’ll always be second-guessing yourself.”

Sepotong nasihat tersebut diberikan seorang publisher kepada tokoh utama yang bekerja menjadi seorang jurnalis di korannya. Audrey, sang tokoh utama, saat itu sedang galau dan memutuskan untuk resign dan pergi ke Colorado untuk memulai hidup baru. Sebuah perjalanan jauh mengingat setting cerita ini adalah Sydney, Australia.


Menyelesaikan buku karya Lang Leav ini jadi prestasi sendiri untuk saya, karena saya jarang baca buku yang terlalu cewek. But I think if I can finish this, then the book is not girly enough. Haha. Tokoh utamanya cewek, punya sahabat dekat cewek. Lalu konfliknya seputar pacar, ekspektasi orang tua dan mengejar mimpi. Lah, apa serunya? Yang membedakan buku ini dan mungkin buku-buku “coming-of-age” lainnya adalah di sini ada yang mati. Iya, mati. Dan karena saya selalu bilang kalau saya akan baca buku dan nonton film drama jika ada yang mati atau adegan tembak-tembakannya, saya meniatkan diri baca buku ini. 



Sad Girls
Pengarang: Lang Leav
Halaman: 362
Paperback
Tahun: 2017

Tapi sebelum lanjut, untuk yang sudah pernah baca puisi karya Lang Leav sebelumnya, jangan expect too much dari karya fiksinya. Baca saja, enjoy ceritanya dan abaikan bagian yang menurut kalian aneh.

01 May 2018

Overcooked!: Game buat Mama yang Tidak Bisa Masak

Lupa kalau sedang menanak nasi di ujung sebelah sana, saya sibuk memotong lalu menggoreng ayam dan membuat kebakaran setempat. Lalu saya disalahkan Dudu yang harus mengulang masak nasi. Padahal burritonya hampir jadi, diserving dan kita tidak perlu kehilangan poin.

Yah, mau di dapur beneran atau di game Overcooked! PS4, saya memang gagal melulu kalau memasak.

Overcooked!
Rated E for Everyone
(Mild Cartoon Violence)
Developed by Ghost Town Games 



Kerjaan saya dan Dudu di hari libur kejepit kemarin adalah main Playstation 4. Console yang sudah jadi penghuni rumah saya selama kurang lebih 10 bulan itu sekarang sudah ditemani banyak game. 90%nya game zombie, open world dan first-person shooter punya Dudu. Tapi ada satu game lucu dengan rated E (alias semua umur) diantara game yang harusnya untuk 17 tahun ke atas itu. Judulnya OVERCOOKED!.

08 April 2018

Merencanakan Playdate Jelajah Nusantara dengan Fitur Eksplor Skyscanner

Saya sedang mentok mau liburan ke mana lagi.

Baru juga awal tahun kemarin saya dan geng Mama Playdate pulang dari Korea, tapi kami sudah mau merencanakan liburan berikutnya. Dan tidak seperti playdate sebelumnya, kali ini kami bertiga mentok ide.


Singapore mahal, kata teman saya. Dalam negeri aja gimana?
Tapi dalam negeri mau ke mana? Bromo lagi? 



Beberapa tahun lalu, kami bertiga beserta keluarga masing-masing pernah “terjebak” 16 jam di gerbong kereta Gajayana menuju Malang. Trip playdate perdana keliling Malang, Batu dan niat melihat sunset di Gunung Bromo. Tidak kesampaian karena terlalu berkabut. Dari situ, playdate dalam bentuk liburan jadi semacam tradisi. Kemudian para Mama dan anak-anak Playdate ke Singapura. Main-main ke Universal Studio di Pulau Sentosa, Legoland di Malaysia dan menginap ramai-ramai di satu hostel dengan bunk bed. Awal tahun ini, berkat tiket pesawat Garuda Indonesia dengan harga terjangkau yang kebetulan available pas malam Tahun Baru, kita berangkat Playdate ke Korea.

Sekarang kita blank mau pergi ke mana lagi buat Playdate berikutnya. Tapi tujuannya sudah pasti: dalam negeri alias jelajah nusantara aja.

Udahlah, Bromo lagi aja kan kemaren kena kabut jadi belom liat matahari terbit. Mending kita beli tiket pesawat ke Surabaya trus nyewa mobil ke Malang.


Not a bad idea sih.

Tapi tetap saja saya merasa basi kalau harus mengulang satu destinasi. Terus, mau dibawa ke mana dong liburan kita? Dalam merencanakan #DateWithDudu versi liburan, saya selalu mulai dari tanggal. Setelah tahu ada berapa hari yang bisa digunakan jalan-jalan, maka saya baru memilih destinasi. Selalu begitu sampai saya mengenal fitur eksplor yang ada di Skyscanner. 

06 April 2018

K-Drama with Dudu Episode 2: Menuju Matahari Terbit di Laut Musim Dingin

Sokcho?

Ahjumma penjaga loket bis sampai bengong dan menuliskan S-O-K-C-H-O dengan alfabet. Tidak yakin bahwa tujuan kami memang ke sana. Buat yang penasaran, tulisan Sokcho dalam Hangul itu
 속초.

Ne, Sokcho.

Oh, mungkin karena hari itu 1 Januari dan udaranya minus beberapa derajat. Makanya aneh kalau ada yang mau ke pantai. Maka saya segera menambahkan,

Seorak-san-e kago shipoyo. 

Kita mau ke Gunung Sorak. Barulah si Ahjumma menanyakan jumlah tiket yang akan dibeli, dan mengarahkan kami untuk kembali ke tempat menunggu bis sekitar 30 menit sebelum jam keberangkatan. Setelah mengucapkan terima kasih, kami (rombongan 9 orang dengan 4 anak kecil super excited dengan udara winter Korea ini) segera menyeberang kembali dari platform 9C ke dalam arrival hall di Incheon Airport. 





Soalnya badannya masih kaget dari cuaca Jakarta yang super panas. Dan berharap kali aja berpapasan dengan bias kesayangan di airport, meskipun dari instagram postnya saya tahu mereka semua ada di rumah. 

17 February 2018

Arti Film Perjuangan Untuk Anak Jaman Sekarang

Sebelum bertanya pada Dudu, saya mencoba mengingat kembali film perjuangan apa yang pernah saya tonton? Mungkin ada, tapi saya tidak ingat satu pun.

Astaga.

Lalu bagaimana saya expect Dudu untuk menonton film perjuangan? Mungkin satu-satunya yang bisa menghubungkan Dudu dengan “film perjuangan” adalah bagaimana para survival di The Walking Dead berjuang bebas dari kepungan zombie. Dudu mungkin aware bahwa bangsa Indonesia pernah dijajah Belanda. Tapi karena Dudu sekolahnya internasional, tidak pernah ada penekanan bahwa sejarah tersebut penting dan seharusnya menjadi bagian dari dirinya.


Atau tidak. 




Toh, Dudu bukan orang Indonesia. Kan dia keturunan sekutu yang ikut mengebom Hiroshima dan Nagasaki, lalu meratapi kapal-kapal yang tenggelam di Pearl Harbor. Mungkin sebenarnya perjuangan Martin Luther King Jr. lebih berfaedah buat sejarah Dudu kelak.

Kalau saya tidak ingat satu pun film perjuangan yang saya tonton, bagaimana saya mau mengkritisi atau memberi saran bagi para pembuatnya?

11 February 2018

Ikutan Trending di Dunia Blogging

Paling enak itu jaman dulu, belum banyak yang ditemukan. Coba kalau Alexander Graham Bell hidup di jaman sekarang, dia pasti pusing melihat benda ciptaannya malah menjauhkan yang dekat bukan mendekatkan yang jauh. Padahal mungkin dulu dia menciptakan telepon supaya komunikasi lebih mudah. 

Jadi blogging itu gini ya Om, Tante...
Graham Bell menciptakan telepon, sesuatu yang baru pada masanya. Dan sampai sekarang, secanggih-canggihnya ponsel, tetap saja merupakan pengikut trend komunikasi. Iya sih, ada tambahan fitur A, teknologi B dan lain sebagainya. Tapi pada intinya kan benda tersebut tetap sebuah telepon (meskipun fungsi yang paling sering dipakai adalah Whatsapp dan Instagram).

Blogging juga begitu, terutama setelah banyak yang menyadari bahwa “profesi” ini menjanjikan. Banyak yang latah punya blog (terutama kategori lifestyle) dan mendadak jadi blogger. Ikutan trend. Tidak salah dong? Well, it’s okay to follow but we do have to create something that’s uniquely ours. Sebutan simplenya “identitas”. Sama seperti brand ponsel yang sering datang menghampiri para blogger itu. Ada yang kameranya bagus, ada yang punya fitur waterproof, ada yang tahan banting, dan lain sebagainya.

10 February 2018

Resolusi Untuk Jatuh Cinta

Resolusi 2018 ini sebenernya cuma daur ulang dari tahun sebelumnya. Isinya ya begitu-begitu aja: mau bikin buku, mau jalan-jalan ke luar negeri sama Dudu dan mau kuliah lagi. Terus kalau ditanya mana yang urgent mau diwujudkan tahun ini? Well, tidak ada sih. Semuanya sama saja, mungkin malah sama urgent-nya karena sudah resolusi tahun sebelumnya.

Tapi tahun ini sedikit berbeda. Soalnya saya mengawali tahun dengan liburan ke Korea, yang berarti #DateWithDudu ke luar negeri yang bukan cuma Singapore/Malaysia itu kesampaian. Itu satu resolusi yang begitu ada teriakan “Happy New Year!” sudah langsung terlaksana. 

Jalan-jalan lagi yuk!
Resolusi berikutnya adalah mau bikin buku. Sudah ada wacana dari jaman saya senang menulis fanfiction, ikutan kelas-kelas menulis buku sampai numpang baca teenlit di toko buku, tetap saja tidak terlaksana. Ada beberapa buku yang saya beli spesial untuk jadi inspirasi, tapi tidak kunjung terwujud juga. Buat resolusi yang ini sih kendalanya saya tidak tahu mau mulai dari mana.

06 February 2018

K-Drama With Dudu Episode 1: Bukan Winter Sonata

Akhirnya saya dan Dudu ke Korea juga.

Pas winter.
Pas suhu di Korea Selatan sedang dibawah 0 derajat.


Dengan segala drama akhir tahun mulai dari asam lambung yang kambuh H-1 dan membuat saya harus minum 3 macam obat sebelum makan kimchi, sampai packing dan pembuatan itinerary yang tidak selesai-selesai karena pekerjaan saya yang mendadak menumpuk di bulan Desember.


But let me start with how it all began: teman seperjalanan.

Kita berdua pergi ber-9, dengan tim yang sama dengan Playdate ke Singapura 2 tahun lalu. Harusnya ber-10, tapi yang satu gagal dapat visa dan kalau saya ceritain di sini nanti orangnya baper lagi haha. Total 5 dewasa 4 anak dengan persiapan khusus karena kita perginya 1 Januari 2018.

Tidak mudah buat cari teman seperjalanan yang cocok, apalagi kalau kita jalan bawa keluarga masing-masing. Untungnya kita ber-9 survive perjalanan ke Korea ini haha. Ya kita sudah survive Playdate ke Singapura dan 16 Jam stuck di kereta Gajayana jadi kayaknya winter sonata di Korea tidak sesulit itu.

Januari 2017, sebuah tawaran tiket murah datang menghampiri. Ke Korea PP naik Garuda hanya 3,5jt/orang. Mau dilewatkan sayang, mau diambil juga tanggalnya masih jauh banget: 31 Desember 2017 malam. That means kita akan tahun baruan di pesawat. Things might change over the year and we might not depart at all. Tapi yang namanya resiko harus diambil dan akhirnya kita ber-10 nekat beli tiket.

05 February 2018

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Kunci berdamai dengan diri sendiri adalah mencari tahu apa yang harus diketahui, melakukan apa yang harus dilakukan dan melepaskan apa yang memang bukan milikmu.

Terdengar pasrah tapi bukan.

Soalnya pelajaran itu saya dapat di kelas Buddhism yang saya ambil waktu kuliah dulu. Jadi ini salah satu pelajaran paling kompleks dan kalau disuruh bikin paper, saya bakalan berputar-putar lalu bingung sendiri dan akhirnya menyerah menjelaskan. Pokoknya ya gitu deh. Tapi ketika saya paham maksudnya, meskipun tidak bisa jelasin lagi ke orang lain, saya jadi lebih ikhlas sama hidup yang harus dijalani.

Sekarang, 13 tahun kemudian, bolehlah saya mencoba menjelaskan lagi untuk menjawab tantangan One Day One Post dari Komunitas ISB.

Mencari tahu apa yang harus diketahui mengacu kepada diri sendiri. Untuk tahu apa yang bikin marah, saya harus kenal diri saya sendiri. Menjawab pertanyaan "siapa saya?" biasanya menghasilkan jawaban yang tidak jauh dari kepribadian, pandangan hidup, perasaan, niat, dan kesadaran. Nah, ini semua harus disadari sebagai beban. Bagian ini agak kompleks karena memang ultimate goal dari ajaran Buddha yang ini adalah "selfless" alias bebas dari keterikatan duniawi tentang diri sendiri. Aduh nyerah jelasinnya.

Mungkin bisa pakai contoh begini: kita tahu niat kita baik dengan meminjamkan uang pada teman yang membutuhkan. Jadi awalnya kita tahu dan sadar bahwa kita memang punya niat meminjamkan kepada orang tersebut. Kita merasa harus meminjamkan karena teman memang butuh dan kita punya dananya. Jadi kita melakukan apa yang kita harus lakukan, yaitu meminjamkan uang. Tapi begitu kita tahu itu uang dipakai judi togel kita jadi kesel. Well, kalau sudah kita pinjamkan, pemakaiannya kan bukan urusan kita lagi. Jadi sebaiknya kita lepaskan apa yang harus kita lepaskan. Toh awalnya kan kita niat meminjamkan. Makanya niat itu ujung-ujungnya jadi beban.

Niat saya kan baik, kok akhirnya tidak happy ending?

Well, lihat niat sebagai niat. Bukan sebagai awal dari satu kisah berkepanjangan. Kita tahu niat kita meminjamkan uang, jadi seharusnya happy ending terjadi ketika kita benar-benar meminjamkan uang. Dan semuanya jadi lebih indah juga kan, kalau kita berhenti dan melepaskan apa yang ada di luar kemampuan kita?

Seringkali yang membuat saya marah adalah hal-hal yang tidak bisa saya kendalikan. Misalnya kalau saya kena macet di perjalanan pulang dari kantor. Padahal jalanan yang padat, kecelakaan dan lampu merah yang rusak ada di luar kuasa saya. Tetap saja saya frustrasi dan kesal kenapa itu semua ada di luar kuasa saya sampai saya bisa kena macet. Padahal kalau kita mau ikhlas bahwa kita memang terjebak macet, lalu memutar radio, mungkin semuanya jadi lebih baik. Atau kita bisa memutuskan mampir ke restoran bersama teman sambil menunggu macet. Kita tidak bisa mengendalikan macetnya, tapi kita bisa mengendalikan kegiatan kita di saat macet.

Dan ketika kita sadar bahwa kita tidak bisa mengendalikan macet lalu melepaskannya, maka kita bisa lebih lega dan fokus sama apa yang ada di sekeliling kita. 

So, let me close this train of thoughts with a quote from Buddha:
"Holding on to anger is like grasping a hot coal with the intent of throwing it at someone else; you are the one who gets burned."

17 January 2018

Menjadi Single Mom Bagi Kids Jaman Now

Seorang teman saya bertengkar dengan anaknya yang masih duduk di kelas 3 SD. Dudu yang kebetulan ada di lokasi diminta tolong untuk menasihati si anak agar mau mendengarkan perkataan orang tuanya. Tapi, Dudu malah menjawab, “Om, aku tidak tahu permasalahannya jadi aku tidak bisa mengatakan siapa yang benar. Bisa saja Om yang salah. Aku harus tahu dulu bagaimana ceritanya.”


Let me introduce you to “Kids Jaman Now” yang kerap jadi bahan pembicaraan dengan sikap mereka yang cuek terhadap lingkungan tapi peduli teknologi. Kurang paham etika tapi hafal lokasi café dengan wi-fi. Anak-anak yang hidup serba instant, kalau buat PR tinggal Googling dan baca Wikipedia.


Memang benar begitu? Well, biar adil, saya tanya si Dudu (11 tahun). Menurut dia, seperti apa sih Kids Jaman Now? Ini ciri-cirinya:

  1. “Anak-anak ABG main gadget, yang kalau jalan bisa tabrakan kalau mereka terlalu fokus. Tapi aku rasa mereka belum segila itu.”
  2. “Susah dikontrol karena mereka akan selalu meminta sesuatu yang baru. Jika Handphonenya rusak mereka akan complain dan minta handphone yang baru.”
  3. “Pakai kacamata karena terlalu sering main gadget.”
  4. “Susah keluar rumah karena hanya mau main di rumah yang ada wifi.”
  5. “Bertarung sama ibunya dan ayahnya juga. Ya karena hal-hal yang berbeda.”
Yang jadi pertanyaan tentu saja bagaimana kita sebagai orang tua menyikapi perkembangan Kids Jaman Now ini?