14 December 2022

Setiap Blog Post Ada Perjuangannya

“Gue mau jadi blogger dong kayak lo.”

Bukan sekali dua kali saya mendapat komentar seperti ini, karena teman yang melihat blog saya berdua Dudu. Namun memang konsistensi itu sulit. Lalu, setelah mengatasi rasa malas dan niat meluangkan waktu menulis, masih ada hal-hal lain yang harus dikerjakan sampai sebuah blog post yang baik itu ter-publish.


Blog buat saya adalah ‘reportase’, meskipun terkadang tulisannya opini atau pengalaman sendiri. Tapi yang ideal tetap saja perlu research atau setidaknya hadir event/ melakukan kegiatannya sendiri. Dan ketika dilakukan berdua anak, ternyata prosesnya tidak seindah hasil tulisannya haha.


Kok gitu?
Soalnya Blog ini melibatkan si anak yang berarti kalau bikin postingan ya menunggu mood si anak bagus, atau momen yang tepat. Tidak bisa posting setiap saat, setiap waktu juga.

Lalu, apa dong reportase yang berkesan?
Saya dan Dudu pernah ikutan acara launching susu UHT. Sebenarnya tidak ada kewajiban apa-apa dari acara tersebut, tapi saya merasa bahwa ceritanya seru dan bisa jadi cerita lebih panjang. Jadilah selesai acara tersebut, saya dan Dudu hunting kemasan susu UHT demi sebuah postingan yang lebih memuaskan target pribadi.

Perjuangannya lumayan. Saya meluangkan waktu seharian di akhir pekan untuk berburu bahan tulisan dan mengabadikan gambarnya. Tapi worth it banget, kan demi #DateWithDudu juga.

Yang tidak kalah berkesannya adalah ketika saya menulis tentang pengalaman journaling beberapa waktu lalu. Penuh perjuangan karena sebelum membuat postingan itu saya harus beneran journaling, bikin gratitude journal dan daily habit journal selama setidaknya sebulan penuh. Setelah itu, barulah saya tulis reportasenya. 

Bagaimana kabar teman-teman saya?
“Duh, gue mau update tapi malas menulis.”
“Ngedit foto ternyata lama ya.”
“Gimana sih caranya biar bisa rapih gitu tulisannya? Harus dari laptop ya?”
Nah kan. Hahahaha.

Ini bukan berarti saya tidak pernah malas. Buktinya blog ini juga bolak-balik vakum. Dengan makin besar-nya si Dudu plus pandemi yang di rumah aja itu, bingung mau menulis apa. Ada ide, malas mengejar fotonya, malas ngedit layoutnya. In the end, ya jangan biarkan rasa malas itu menghalangi postingan blog di depan mata sih.

Kalau tulisan tentang liburan sama Dudu gimana?

“Kebanyakan foto, lo enjoy jalan-jalannya nggak sih?”
Pertanyaan penasaran dari seorang teman yang bikin saya berpikir juga. Kalo liputan event kan kerja ya, wajar kalau foto sana sini, mencatat semuanya dan mengamati sekitar. Gimana kalau liburan, kan kita maunya enjoy tanpa beban. Eh, ini malah ada PR untuk bikin tulisan perjalanan.



Menulis perjalanan dan tidak melupakan detailnya adalah sebuah perjuangan juga. Untungnya sekarang internet bisa banyak membantu. Informasi tinggal di Google search aja lalu muncul semua jawabannya. Biasanya saya memfoto informasi, mengambil brosur atau menandai sebuah tempat di Google Maps. Lalu yang saya catat adalah rasa, kesan dan hal-hal yang terpikirkan saat berada di tempat tersebut. Mungkin celoteh si Dudu, mungkin ada milestones dia waktu kecil yang terjadi ketika jalan-jalan. Soalnya yang itu kan tidak ada di internet. Justru sayalah yang mau menuliskannya di internet.

Setiap tulisan adalah perjuangan.
Tapi yang bikin blogging jadi seru dan berkesan ya cerita keribetannya itu kan.

06 December 2022

Kumpulan Lagu Penyemangat Hari di Spotify Wrapped 2022

Spotify Wrapped tahun ini isinya sama lagi haha. Top artists saya tetap dia lagi dia lagi. Backstreet Boys dan/atau Super Junior di peringkat pertama dan kedua. Lalu yang ketiga L'Arc-en-ciel. Nomor Empat dan Lima yang baru: Lady Gaga dan Boyce Avenue. Agak kaget karena Linkin' Park nggak masuk.

Emang, lagu apa sih yang didengarkan berulang kali sampai masuk Spotify Wrapped? Segitu menginspirasinya buat seorang single mom?


You Say - Boyce Avenue

Lagu ini sebenarnya bukan punya Boyce Avenue. Tapi karena versi Lauren Daigle tidak bisa buat karaoke, alias suara saya tidak sampai, jadi versi Boyce Avenue inilah yang saya sering pasang di mobil.

Yang bikin lagu ini inspirational adalah bagian chorusnya yang bilang bahwa kita ini ada artinya. Kita punya meaning, dan ada yang selalu perduli sama kita. Jadi, lagu ini bagus karena mengingatkan saya bahwa ketika semuanya bubar, ada anak yang selalu membutuhkan keberadaan dan kasih sayang kita sebagai ibunya.
"What matters is what you think of me
In you I found my worth, my identity."

 

Stay Away - L'Arc-en-Ciel

Lagu ini nadanya ceria tapi liriknya kena. Kalau kata Google Translate, lagunya tentang menemukan kebebasan dan menyuruh masalah jauh-jauh aja dari kita. "I just wanna say I'm lucky" dan "I just wanna say I'm happy." Buat saya sih ini matra buat single mom banget

Lagu yang dirilis tahun 2000 ini ada cover version yang dinyanyikan oleh Daniel Powter (buat yang merasa kenal, dia ini yang nyanyi "cos you have a bad day…") dengan lirik yang senada. Intinya tentang percaya pada diri sendiri dapat membawa perubahan dalam hidup kita. Harus percaya bahwa jadi ibu tunggal ini kita kuat. "No looking back or second guessing, I think by now I've learnt my lesson. Feeling lucky, feeling lucky. Feeling really lucky."

Lady Gaga' songs

Lagu-lagu penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini selalu relatable. Mulai dari Poker Face sampai Sour Candy. Lagu terbarunya, Hold My Hand, yang dirilis buat Soundtrack film Top Gun: Maverick pas banget didengarkan kalau lagi overwhelmed kebanyakan urusan. Namanya single mom kan semua diurus sendirian lalu capek. Pengennya ada yang paham tanpa harus cerita.
"That fear that's inside you will lift, give it time
I can see everything you're blind to now
Your prayers will be answered, let God whisper how"

Bagian itu terutama, mengingatkan saya kalau pas semua rusuh dan bingung gimana lagi nih kok kayak nggak ada jalan keluar, bahwa tunggu aja ntar juga ada titik terangnya. Mungkin saya tidak bisa lihat karena lagi tenggelam dalam masalah. Give it time, nanti juga terjawab doanya.

Suju sama Backstreet Boys ya udahlah ya. Tiap tahun mereka muncul, rebutan peringkat pertama dan kedua di hati saya, eh Spotify Wrapped saya. Dan Backstreet Boys sudah menemani saya melewati masa remaja, patah hati, jatuh cinta, gagal move on, jatuh cinta lagi, lalu capek sendiri.

Skip.

Satu lagu yang masuh honorable mention adalah Just Because yang dinyanyikan Dido. Liriknya bagus dan beatnya asyik. Coba cek bagian ini:


"Just because everybody does it
Doesn't mean we need to
Just because everybody wants it
Doesn't mean we want it too (sing your song)
Just because everybody's talking
We don't need to share"

Cuma karena semua keluarga lengkap bapak-ibu, bukan berarti saya harus nikah juga. Cuma karena semua orang pengen liat saya punya pasangan, bukan berarti saya harus cari pacar. Cuma karena semua orang kepo dan bertanya-tanya, bukan berarti saya harus cerita.

Sing your song. Nyanyiin aja lagu saya sendiri, tidak usah pusing sama lirik lagu orang lain.

Udah gitu aja pokoknya. It's a wrap!

24 November 2022

Menjawab Penasaran Tentang Blogger Itu Apa Sih?

Title “blogger” biasanya saya gunakan ketika saya tidak ingin atau tidak bisa menyebutkan pekerjaan utama yang sedang dilakukan sekarang. Soalnya Blogger ini adalah satu “pekerjaan tetap” yang sudah saya lakukan sejak sebelum Dudu lahir. Bahkan beberapa kali, pekerjaan ini lah yang Dudu sebutkan ketika ditanya Mama-nya kerja apa.

Terus reaksinya gimana?


Yuk kita mulai bloggingnya

Generasi Opa-Oma

Kalau cerita ke generasi orde lama dan orde baru, misalnya orang tua dan om tante saya, ya kata “blogger” ini masih sangat asing. Jadi, kalau ditanya sama temannya Mama atau sama orang tua teman saya, awalnya saya bilang “jurnalis tapi punya website sendiri.” Lalu ketika saya tunjukin blog saya, mereka biasanya komentar “oh, penulis ya.”

Jadi Blogger adalah Penulis.

Yang jadi masalah adalah ketika mereka bertanya lebih lanjut, “terus kamu dapat uangnya dari mana?” Soalnya para oma-opa ini kurang paham soal endorsement, paid promote dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya bilang kalau ada brand yang kerjasama, kita dapat uang untuk menuliskan tentang produk mereka. Ya, kurang lebih sama seperti iklan.

Generasi Saya

Yang ini lebih mudah karena tidak perlu menjelaskan arti blogger dan diskusinya bisa lebih seru. Reaksi pertama biasanya bertanya, apa isi blognya. Lalu berujung minta alamat blog-nya karena penasaran dengan tulisannya, atau penasaran dengan Dudu. Lumayan dong, jadi nambah traffic. Yang lebih penasaran akan bertanya awal mula bikin blog, susah atau nggak, lalu berujung konsultasi tentang blogging.

Perjalanan setiap orang untuk jadi blogger itu berbeda. Ada yang menggunakannya untuk buku harian, seperti saya pada awalnya, dan ada yang memang ingin mendapatkan penghasilan. Tapi, satu yang pasti, blogging membutuhkan komitmen. Saya baru benar-benar menggunakan title “Blogger” ini setelah blog saya berjalan beberapa tahun. Dan tidak ada yang instan, kalau mau bangun audience dan dapat penghasilan. Ini yang perlu diingat ketika hendak memulai sebuah blog.

Kalau jadi blogger bisa kumpul-kumpul dan ketemu banyak teman baru

Generasi Dudu

Karena Dudu sudah tahu saya ini penulis, dan sebagai generasi yang lahir tahun 2000an, tentunya sudah familiar dengan kata “blog,” maka tidak sulit menjelaskan ke orang-orang seumurannya tentang blogging. Berbanding terbalik dengan generasi opa-oma yang merasa bahwa blogging ini super advanced technology, buat para anak ABG ini, blogging itu ketinggalan jaman.

Sekarang jamannya short video, yang tentunya lebih cocok untuk attention span mereka yang singkat.

Jadi, bagaimana menjelaskan kepada mereka yang awam tentang profesi blogger? 

Selain menunjukan wujud nyata si blog kepada mereka yang bertanya, saya biasanya cenderung menjelaskan apa yang saya lakukan dan biarkan mereka membuat definisinya sendiri. Blogger bisa jadi penulis untuk para opa-oma, atau citizen journalist buat teman-teman saya, ataupun journal online buat anak-anak remaja masa kini.

Kenapa blogging? Kenapa bukan vlog atau podcast?


Jawabannya ya karena saya adalah seorang penulis, jadi menuangkan sesuatu pasti dalam bentuk tulisan. Lebih bisa merangkai kata daripada mengucapkannya.

Menulis blog juga bisa jadi terapi murah dan mudah yang bisa dilakukan kapan saja oleh siapa saja. Soalnya blog ini mirip sama jurnal, bisa jadi tempat mencurahkan isi hati dan mengenal diri sendiri. Ada banyak journal prompts di luar sana yang bisa digunakan sebagai ide menulis, yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan mental health kita misalnya self-healing journal, forgiveness journal atau gratitude journal. Yang tematik seperti ini juga bisa dikelompokkan menjadi satu blog bertema.

Bagaimana dengan blog yang menghasilkan uang? Kalau isinya curhat ya tidak bisa dimonetisasi dong. Well, karena tujuan saya blogging ini curhat, alias berbagi cerita saya dan Dudu, saya tidak begitu ambil pusing dengan pendapatan sebagai blogger. Tapi bukan berarti saya tidak menjaga image blog agar konsisten dan selalu ter-update. Niche blog-nya jelas: parenting. Lalu idealnya sih, bisa update sekali sebulan.

Ada yang tertarik mencoba jadi blogger juga?

24 October 2022

Menjawab Pertanyaan Anak Tentang Pinjol dan Cara Menghadapinya

Ketika sedang nonton episode terbaru Spy x Family sama Dudu hari Minggu kemarin, saya ditelepon sama seorang ibu yang mengaku dari pinjol bernama Akukaya. Ibu yang tidak sempat saya tangkap namanya ini menanyakan keberadaan seorang teman yang katanya mencantumkan nama saya sebagai kontak darurat. Nada suara si ibu yang khas dari daerah tertentu ini bikin percakapan jadi lebih menarik. Haha.

Biar nggak serius-serius amat, fotonya pake foto Dudu lagi angkat telepon

Yang unik, si ibu penagih pinjol ini pakai memperkenalkan diri terlebih dahulu. “Saya ibu xx dari Akukaya, Ibu kenalkah dengan yang bernama AABB?”

Setelah beberapa kali konfirmasi, barulah saya sadar kalau nama AABB ini terlalu umum, dan saya punya teman lebih dari 3 dengan nama yang persis sama seperti itu. Ketika si ibu pinjol menyebutkan alamatnya, saya tidak tahu teman-teman saya ini tinggal di mana. Bahkan ketika si ibu pinjol ini menyebutkan “Orangnya ini memakai hijab, Ibu?” Saya juga belum bisa memutuskan, yang mana yang dimaksud si ibu.

Hanya saja, siapapun yang dimaksud, saya sudah bertahun-tahun tidak bertemu mereka semua dan dulu sih semuanya tidak pakai hijab ya haha.
“Teman ibu ini mencantumkan nomor ibu ini sebagai kontak darurat. Dia meminjam uang lalu tidak membayar.”

“Ya terus?”

“Kita akan telepon Ibu untuk menyuruh teman Ibu untuk membayar hutangnya.”

“Ya, saya tidak bisa bantu apa-apa sih, Bu. Saya tidak tahu yang mana yang dimaksud. Dan semuanya sudah tahunan tidak kontak dengan saya.”

“Oh begitu?”

“Nomornya tidak bisa di-blok saja?”

“Nomor ini tidak bisa di-blok, Ibu?”
Nada suara si ibu ini selalu berakhir naik. Kayak artis yang kemarin pernikahannya ribut-ribut karena tanpa restu dari pihak orang tua perempuan itu. Jadi menarik.
“Kalau gitu saya laporkan saja ya.”

“Silahkan dilaporkan, Ibu, tapi nanti teman-teman saya akan tetap menelepon Ibu sampai teman Ibu lunas sudah hutangnya.”

“Oh ya nggak apa-apa sih. Kalau saya mood, nanti saya jelaskan lagi. Kalau nggak ya saya tutup aja teleponnya dan blok lagi.”

“Nomor ini tidak bisa di-blok, Ibu.”

“Oh, maksud saya nomor teman-teman Ibu yang saya blok kalau mereka telepon.”

“Oh iya silahkan, ibu.”

Aneh percakapannya mendadak jadi sopan haha.

Sepertinya karena saya cuek, si Ibu juga bingung sendiri. Toh, maksud dia menelepon sudah tersampaikan, dan saya tidak bisa membantu juga. Terus gimana? Mau mengancam juga, ya saya pikir itu SOP-nya mereka. Kalau mengganggu tinggal saya blok dan report.

Bagaimana mengajarkan konsep pinjol kepada anak?

Daripada pertanyaan si Ibu tersebut, lebih susah pertanyaan si Dudu.

Dudu: Pinjol itu apa?
Mama: Pinjaman online, jadi bisa hutang tapi bukan dari bank gitu kalau butuh uang.
Dudu: Lalu kenapa Mama ditelepon?
Mama: Jadi ada teman Mama yang pinjam uang, lalu tidak bayar. Katanya nomor Mama dicantumkan jadi kotak darurat. Lalu ya ditelepon.
Dudu: Terus bagaimana?
Mama: Ya, Mama tidak tau siapa yang dimaksud, kalau pun tahu juga terus benefitnya apa buat Mama? Kan si Pinjol tidak kasih Mama incentive untuk ikut bantu kejar-kejar client mereka bayar hutang. Mereka bayar orang-orang itu untuk telepon teman-teman si peminjam.

Dudu mengangguk-angguk saja sih sampai sini. Nonton lagi, lalu tahu-tahu bertanya,

Dudu: Itu bukannya data breach?
Mama: Ya, mau gimana lagi, memang pinjol kan begitu business modelnya. They lent some money but got access to your contacts. Just in case kamu tidak bayar, ya mereka bisa meneror teman-teman dan bikin kamu malu.

Bagaimana menghadapi pinjol?

Lalu saya posting kejadian ini di Facebook dan mendapatkan beberapa insight dari teman-teman.

  1. Bisa gunakan apps truecaller dan sejenisnya buat mendeteksi telepon dari nomor yang tidak dikenal. Apalagi kalau kita sudah pakai nomor ini sejak lama atau menggunakan nomor ini untuk point of contact online shop kita, networking dan sejenisnya, di mana potensi tersebar lumayan luas.
  2. Jangan langsung percaya sama si pinjol. Biasanya mereka menghubungi semua nomor yang ada di kontak tersebut dan bilang kalau dipasang sebagai nomor darurat, nomor penjamin dan sebagainya. Padahal tidak juga, ini hanya cara mereka untuk membuat kasusnya terdengar urgent.
  3. Kalau mendapatkan pesan lewat WA (bukan telepon langsung), segera blok dan report.
  4. Kalau terlanjur diangkat gimana? Ya kalau tahu ini pinjol, segera matikan dan blok nomornya. Atau ya, seperti saya tadi, tetap tenang lalu jawab tidak tahu. Para penagih ini memang bekerja sebagai penagih hutang. Mereka karyawan. Saya bukan karyawan pinjol jadi ya buat apa saya terlibat? Kecuali kalau ketika si teman saya bayar hutangnya, saya dapat incentive juga gitu karena bantuin nagih.
  5. Jangan takut kalau dapat message/ telepon dari tagihan pinjol milik “teman”. Kita tidak bisa mengatur apa yang dilakukan si pinjol dan apa yang dilakukan si teman, tapi kita bisa mengatur apa yang kita mau lakukan. Tutup aja teleponnya. Beres.
So, what we can do adalah bagaimana kita menyikapi situasi ini. Si temen bakal tetap pinjam uang, si pinjol tetap harus menagih, tapi kita tidak harus menjawab atau meladeni telponnya.

16 October 2022

Bikin Podcast Gimana Caranya?

Beberapa waktu lalu, ketika Dudu membuka sesi tanya jawab di grup Single Moms Indonesia, ada yang menyarankan untuk membuat podcast. Ini bukan pertama kalinya ada yang melemparkan ide bikin podcast kepada saya dan Dudu. Tapi sampai sekarang, ide ini belum terlaksana.

Padahal katanya bikin podcast gampang.

Ada teman saya yang punya podcast hanya dengan monologue iseng yang direkam. Lalu ada juga yang merekam obrolan berdua sahabatnya lalu diupload. Tidak pakai studio, tidak pakai peralatan profesional. Hanya pakai hape. Tanpa di-edit. Jadi, ini saya yang overthinking atau terlalu perfeksionis?

Pernahnya jadi penyiar Radio

Ketika ada seseorang yang meminta saya jadi project manager buat podcast-nya, saya mencari insight yang lebih serius tentang bagaimana seharusnya kita memulai sebuah podcast. Selain teknis, seperti equipment, ada beberapa hal yang memang perlu diperhatikan.

Misalnya bertanya pada diri sendiri, apa tujuannya bikin podcast? 


Apa yang kita mau share? Ada tidak audiencenya? Menjawab pertanyaan ini cukup mudah buat saya dan Dudu. Sama seperti status Facebook yang sering saya tuliskan, atau isi blog ini, podcast kami bisa jadi obrolan seru ibu dan anak tentang isi dunia. Tujuannya tentu saja berbagi, sharing tentang perspektif ibu dan anak. Audience-nya juga sudah pasti ada, karena sudah ada demand-nya. Banyak yang penasaran dan ingin mendengarkan dari sudut pandang anak namun tidak berani bertanya sama anak sendiri.

Setelah yakin bahwa kita mau memulai podcast, waktunya memilih nama.


Kalau saya, sudah pasti pakai #DateWithDudu. Karena memang sudah menjadi brandingan sejak awal. Namun bagaimana caranya memilih nama podcast? Kalau kita adalah publik figure terkenal, nama kita bisa langsung digunakan karena selain sudah punya fans militan yang akan mendengarkan, nama kita juga sudah menarik general public buat klik. 

Bagaimana kalau kita nobody alias bukan siapa-siapa. Nama podcast sebaiknya dicari yang catchy dan bikin orang penasaran namun masih sesuai konsep yang kita tetapkan. Apa niche podcast-mu? Bisnis? Lifestyle? Komedi? Bentuknya apa? Interview atau monologue atau ngobrol bareng co-host. Dari kedua hal tersebut, nama podcast bisa ditemukan. Kalau saya tidak menggunakan nama #DateWithDudu misalnya, mungkin saya akan memberikan nama "Podcast Bareng Anak" atau "Perspective Anak" atau "Oh, Ternyata Begitu" yang merepresentasikan isi podcast saya.

Terus bisa mulai?

Sebenarnya bisa, jika bikin podcast-nya buat happy-happy tanpa beban. Tapi jika ingin membuat podcast jadi sesuatu yang serius dan dimonetisasi, memulai episode nol atau episode pilot ini berarti sudah siap konsisten update episode secara berkala.

Ada yang bilang podcast ini mirip sama blog.


Saya sendiri menemukan setidaknya dua kesamaan, hal-hal yang saya kerjakan di blog ternyata bisa diaplikasikan ketika merencanakan sebuah podcast. Sama seperti ketika mau memulai one day one post, ketika hendak bikin podcast ya saya menuliskan 10 episode pertama yang mau saya rekam. Topiknya apa, mau membahas apa dan kira-kira perlukah saya mengundang pembicara lain. Semacam content plan beserta timelinenya.

Begitu juga dengan marketingnya. Sharing podcast itu ya per-episode. Sama seperti meninggalkan link blog ketika blogwalking atau sharing postingan di komunitas, yang saya share ya yang relevan dengan audience-nya. Sepertinya podcast juga sama. Setiap episode bisa jadi kesan pertama pendengarnya, dan setiap episode bisa di-share secara mandiri ke komunitas berbeda.

Jadi, kendalanya apa buat saya (dan Dudu)?

Yang pertama sekarang adalah waktu. Podcast membutuhkan komitmen berdua untuk bertemu, ngobrol, briefing, latihan dan akhirnya rekaman. Belum lagi kalau ternyata perlu editing, misalnya ada kata-kata kasar, nama orang lain yang tidak sengaja kesebut. Jadi, dibandingkan dengan blog, podcast tentunya membutuhkan investasi waktu yang cukup besar.

To recap apakah Podcast ini medium yang tepat untuk #DateWithDudu? Tujuan sudah ada, nama juga sudah dapat, yang belum tinggal menyediakan waktu untuk planning dan eksekusinya. Jadi, kayaknya belum sekarang deh.

04 October 2022

Dilema Ibu Tunggal Bekerja: Cari di Mana?

Cari kerja di mana?
Mom, gimana sih caranya ngelamar kerjaan?


Beberapa minggu terakhir, banyak pertanyaan begini masuk di inbox saya. Beberapa dari yang bertanya adalah (mantan) ibu rumah tangga yang ingin memiliki penghasilan tetap setelah menjadi seorang ibu tunggal. Beberapa lainnya punya pengalaman jualan online, jadi reseller tapi ingin mencoba peruntungan untuk bekerja dengan penghasilan tetap yang tentunya dirasa lebih menjamin kehidupan dirinya dan anak-anak.

Ini Dudu, ikut liputan opening Store LV di mall jaman saya masih jadi jurnalis

Saya menyadari bahwa mencari pekerjaan sebagai seorang ibu tunggal ini sulit. Beruntung waktu Dudu masih kecil, saya punya dua orang tua yang sangat supportive dan bisa mengantar si anak ke sekolah. Sehingga saya bisa fokus kerja cari uang. Lalu bagaimana saya melamar pekerjaan? Ada beberapa cara.

1. Referral teman. 

Kalo kata anak jaman sekarang ini "jalur ordal" alias sudah ada teman atau saudara yang bekerja di perusahaan tersebut, lalu kita masuk sebagai rekanannya. Ini cara paling gampang, apalagi kalau rekanan kita itu punya reputasi bagus di perusahaan tempatnya bekerja. Perusahaan merasa tidak perlu double check seketat orang asing karena ini kan referral karyawan sendiri. Temannya teman.

2. Lewat situs pencari kerja seperti JobStreet, JobsDB, Indeed, Glints dan sejenisnya. 

Kalau mau melamar lewat jalur ini sebaiknya siapkan CV yang mudah dibaca oleh sistem alias ATS friendly. Gimana caranya? Di Canva ada templatenya. Tidak paham cara pakai Canva? Ya intinya ATS friendly berarti tidak ada gambar maupun font yang sulit dibaca. Jadi gunakan font standar seperti Arial atau Times New Roman untuk membuat CVmu. Ingat, bikin CV jangan disingkat dan gunakan istilah yang umum untuk setiap section header misalnya "pengalaman kerja" atau "pendidikan". Meskipun bagus kalau bisa bikin CV dalam bahasa Inggris, jangan dipaksakan kalau memang tidak fasih. Lebih baik pakai bahasa Indonesia tapi CVnya tidak ada typo daripada bahasa Inggris tapi banyak salahnya. 

Kalau langganan newsletter dari situs pencari kerja biasanya kita akan dikirimkan email berisi lowongan sesuai keinginan kita setiap beberapa hari sekali. Ini sebenarnya bagus karena kita jadi terpacu untuk terus melamar kerja dan tidak menyerah.

27 September 2022

Do & Don’t Ketika Menginap di Hostel Bersama Anak

Salah satu pengalaman traveling yang paling berkesan buat saya dan Dudu adalah menginap di Hostel. Dari hostel kita banyak belajar, bukan hanya soal menginap di tempat baru tapi juga berbagi ruang dengan orang lain, menjaga keamanan barang dan tentunya lebih mendapat pengalaman bertemu dengan local culture.

Playdate di hostel

Hubungannya apa sama regenerative travel atau wisata berkelanjutan? Well, kalau dari kita berdua sih ada yang namanya tak kenal maka tak sayang. Wisata berkelanjutan ini kan erat hubungannya dengan bisnis dan usaha lokal, jadi ya minimal tinggal di hostel yang dijalankan oleh warga lokal. Selain memberikan pengalaman baru, tinggal di hostel juga menghemat budget. Bisa kok menemukan hotel murah terbaik yang ramah anak.

Di hostel juga kita akan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain terutama saat bertemu di kamar mandi, ruang makan maupun ruang santai (biasanya tempat nonton TV). Ini adalah kesempatan untuk mengajarkan anak berinteraksi yang baik, cara ramah namun tetap waspada pada orang asing. Siapa tahu ada yang bawa anak juga, dan mendapatkan teman baru.

Bagaimana memberikan pengalaman menginap di hostel paling seru untuk anak?

  • Do book the whole room. Saya membooking hostel kalau pergi rame-rame. Waktu itu playdate travelling ala backpacker bersama beberapa keluarga lain. Total ada 3 ibu dan 5 anak. Kita book 1 kamar hostel dengan 4 bunk bed. Jangan lupa memastikan bahwa pihak hostel menerima tamu keluarga dengan anak-anak.

  • Do ajarkan tata kramanya. Misal tidak boleh ribut di lorong. Setiap anak dapat 1 loker, jadi mereka bertanggung jawab atas barang masing-masing. Kalau mandi di shared bathroom harus hati-hati dan menjaga barang-barang yang dibawa. Jangan sampai becek dan banjir karena kamar mandi ini digunakan oleh banyak orang.

21 August 2022

Hidup ini Bukan Kompetisi, Fokus Pada Diri Sendiri

Kamu kapan?
Gondok denger pertanyaan itu? Iya saya juga.


"Si A udah punya anak dua, kamu gak mau kasih adik buat Dudu?"
"Kenapa nggak nikah lagi aja kayak si B, kasian kan anakmu?"
Atau satu pertanyaan yang terlontar di komunitas saya, yang membuat saya berpikir untuk menuliskan postingan ini:
"Kok sepertinya saya lama banget move on dari mantan suami? Teman saya bahkan sudah menikah lagi dan bahagia. Apa yang salah dengan saya?"

Jawabannya, ya tidak ada yang salah.

Kan hidup ini bukan kompetisi.

Kompetisi pertama yang diikuti Dudu, nggak jadi juara 1

Okelah, kita tidak bicara soal ranking di sekolah atau performance di kantor. Tapi yang namanya healing, move on dan perjalanan hidup tidak bisa dipandang sebagai sebuah kompetisi. Menurut saya, setiap orang ada timeline-nya sendiri dan kita bisa memilih untuk menghindari kompetisi. Apalagi kalau berpartisipasi di kompetisi perjalanan hidup ini membuat kita makin down.

Bagaimana kalau orang terdekat kita yang sibuk 'mendaftarkan' kita ke kompetisi? Orang tua yang menjodohkan kita dengan anak temannya atau circle pertemanan yang selalu membahas anaknya sudah bisa apa seperti sebuah lomba parenting. Mau quit susah, mau ikut juga salah.

18 August 2022

Basic Skills for Boys: Belajar Tanggung Jawab

Seorang single mom dengan anak laki-laki mengutarakan kekhawatirannya tentang membesarkan anak tanpa figur Ayah. Flashback ke belasan tahun lalu, mungkin saya juga mengalami fase yang sama. Sebagai seorang single mom by choice, alias memilih untuk tidak menikah, sosok ayah untuk si Dudu ya tidak ada.

Tanggung jawab cuci mobil

Beruntung saya masih punya adik laki-laki dan almarhum Papa masih ada saat itu, masih sempat mendampingi Dudu hingga usia remaja. Sampai suatu hari Dudu bilang "Mama ini seperti ayah, kerjanya cari uang dan main game bersama saya. Yang jadi Mama itu Oma, soalnya Oma memasak dan mengurus rumah. Well, kenyataannya memang begitu sih. Walaupun rambut saya panjang dan saya lebih sering pakai rok ala Disney Princess, tapi saya tomboy. Saking tomboynya, sampai pernah dapat nasihat biar lebih feminin dikit dari seorang peramal nasib biar jodohnya segera mendekat.

Balik lagi ke soal figur ayah. Masih di percakapan yang sama dengan teman-teman sesama ibu tunggal, ada yang beropini kalau anak laki-laki harus diajarkan basic skills agar kelak dapat bertanggung jawab terhadap keluarganya saat menjadi seorang ayah kelak.

Kalau harapannya adalah agar anak laki-laki dapat jadi pria bertanggung jawab, ya berarti anak wajib diajarkan tanggung jawab. Caranya?

10 August 2022

Keseruan Quality Bonding Time di Oreo 110th Birthday Celebration

"Du, mau snack apa?"
"Oreo saja deh, Ma."

Dari kecil begitu. Salah satu snack yang bertahan dari bekal TK sampai sekarang anaknya sudah SMA ya Oreo. Ulang tahun kemarin mintanya Oreo Cheesecake. Kalau Mama beli kopi, dia pesan Oreo Milkshake. Kalau jalan-jalan, yang dibawa ya Oreo Mini. Oreo semua ya.

'bonding time' bareng Oreo

Oreo kemarin mengeluarkan varian baru spesial ulang tahun, Oreo Birthday Cake Flavor. Bungkusnya lebih berwarna-warni daripada Oreo Classic yang biasanya kita beli.

"Ini kue ulang tahun di dalam Oreo?"

Dudu bingung. Saya juga. Jadi kita beli buat mencoba. Ternyata rasanya enak juga. Masih biskuit Oreo Classic yang sama, bedanya hanya di bagian icing putih di tengah ada sprinkle-nya. Rasanya sedikit banyak memang seperti kue ulang tahun. Oh, enak juga.

"Harusnya Oreo bikin yang icingnya cheesecake ya, jadi kamu kemarin tidak usah beli kue," kata saya.
“Tapi bagaimana saya bisa menaruh lilin di atas Oreo?”



Yang berbeda dari bungkus Oreo Birthday Cake Flavor selain kemasannya yang lebih ceria adalah QR Code di bagian kanan bawah. Oh ternyata kalo di-scan bisa langsung masuk ke filter Instagram Oreo yang bentuknya augmented reality (AR). Filter ini memungkinkan kita untuk meniup lilin yang jumlahnya banyak itu untuk merayakan #UlangTahunOreo bersama-sama. Jadi kalau mau tiup lilin tidak perlu menaruh lilin beneran di atas biskuit Oreo-nya. Hahaha. Kembali lagi ke masalah birthday cheesecake, Oreo sebenarnya juga melakukan kolaborasi dengan beberapa F&B outlet seperti Bittersweet by Najla yang mengeluarkan dessert box spesial bertajuk Cookies and Cream Special Anniversary. Semua keseruan ini adalah bagian dari rangkaian perayaan berjudul #WishOreo110.

"Oreo-nya sedang berulang tahun ya, Ma?"
"Iya, ke-110."
"Ternyata Oreo sudah sangat tua ya."
Oreo masuk ke Indonesia di tahun 1994, saya masih SD. Sekarang sudah punya anak, dan Oreo masih ada di rumah saya.

Yang namanya ngemil, tidak bisa dipisahkan dari saya. Dan ternyata, kebiasaan ini menurun juga ke anak saya. Meskipun si Dudu tidak se-lebay saya kalau beli dan makan snack, tapi dia tetap ada jadwal ngemil rutin di sore hari. Apalagi kalau sedang #DatewithDudu di rumah alias main PS4 seharian pas weekend. Yang namanya cemilan jelas tidak boleh absen. Enaknya Oreo, karena dia snack manis, jadi bisa sekalian dianggap pengganti dessert. Selain itu, Oreo juga bisa jadi teman baik saya kalau sedang ngopi. Lebih cocok daripada snack asin atau snack micin.

Ulang tahun Dudu kemarin pakai Oreo Cheesecake


Meskipun Dudu baru berusia 16 tahun, kemarin perayaan ulang tahunnya tidak kalah seru dengan Oreo. Tahun ini sedikit spesial karena biasanya hanya dirayakan secara sederhana di rumah, tiup lilin dan makan bakmi goreng bersama keluarga. Soalnya ulang tahun Dudu jatuh di pertengahan Juli, di mana tahun ajaran baru dimulai. Mau merayakan bareng teman-teman sekolah juga jadi sulit. Namun kali ini saya memutuskan untuk mengajak teman-teman se-gengnya untuk pergi birthday trip ke Bandung. Pengalaman pertama bawa anak-anak ABG jalan-jalan dan menginap semalam. Meskipun mereka tidak kemana-mana alias semalaman main PS4 saja, tapi Dudu bilang dia senang. Yang penting quality bonding time-nya terwujud.


Quality time itu penting untuk membangun ikatan emosional, dan snacking alias ngemil bisa jadi faktor penting dalam melakukan bonding. Merayakan momen spesial seperti ulang tahun juga salah satu cara untuk mendapatkan quality time dengan orang-orang tercinta. Dalam hal ini ya termasuk ikutan berpartisipasi dalam rangkaian #WishOreo110 yang merupakan bagian dari selebrasi #UlangTahunOreo.

06 July 2022

Cara Merubah Mindset untuk Berkembang

Adalah suatu kebanggaan melihat rekan sekerja saya di Single Moms Indonesia, Sagita Ajeng, naik panggung mewakili komunitas di acara Grab Access hari Sabtu, 2 Juli kemarin. Acara yang berjudul “Building an Inclusive Digital Economy for Indonesia,” ini menggandeng para ibu tunggal untuk bergabung bersama Grab, baik sebagai merchant maupun driver. Harapannya, kesempatan kolaborasi yang diberikan oleh Grab Indonesia ini dapat dimanfaatkan oleh para ibu tunggal untuk semakin berdaya.


Dari menjalankan program ini saya belajar tentang mindset dan prioritas.

Di bulan-bulan awal saya mencoba volunteer di bagian Learning & Development komunitas Single Moms Indonesia, saya sempat frustasi sendiri. Bikin program, yang dateng cuma sedikit. Tapi kalau tidak ada program juga kapan majunya? Bikin workshop soft skill salah, hard skill juga tidak mempan. Bikin acara curhat dan gathering online pun banyak yang hanya sekedar daftar lalu hilang ketika hari H datang. Padahal segala cara untuk reminder sudah dilakukan. Yang ada saya penasaran. Apalagi ketika menyadari bahwa masalah ini bukan hanya ada di komunitas saya.

“Tidak ada gunanya kita offer kelas pengembangan diri, kalau yang diajakin ikutan belum punya mindset untuk berdaya.” Begitu kata salah seorang teman saya. Maksudnya gimana tuh? Ya, mindset si ibu tunggal ini masih meratapi nasib jadi ‘korban keadaan.’ Mempertanyakan kenapa hidup saya begini, dan bagaimana saya bisa hidup untuk esok hari. Menyalahkan sekeliling dan lupa bahwa untuk merubah nasib itu perlu dorongan dari diri sendiri. Proses semua orang beda-beda lamanya. Ada yang beruntung bisa cepat move on dan fokus untuk berkembang, ada juga yang membutuhkan waktu lebih untuk berduka.

Apa yang harus kita lakukan agar tidak nyaman menjadi korban keadaan, dan mampu bangkit untuk masa depan? Change our mindset. Merubah cara pandang. Mindset ini adalah cara pandang kita terhadap dunia luar. Misalnya kalau kita memandang dunia ini jahat dan kita selalu menjadi korbannya lantas ketakutan untuk keluar, ya selamanya kita ada di rumah dan pasrah menerima nasib. Ini victim mindset. Atau yang paling sering didengar adalah fixed mindset versus growth mindset. Yang pertama adalah pasrah dengan kemampuan (“saya bisanya hanya ini”), sementara yang kedua ini mau berkembang (“saya bisa belajar hal baru dan menjadi lebih baik”).

Para ibu tunggal dari Single Moms Indonesia yang gathering di acara Grab kemarin

Okelah, kalau begini, saya jadi paham kenapa terkadang sulit maju. Tapi, mendengar cerita inspiratif para Lady Grab yang naik panggung juga hari Sabtu kemarin itu, mau tidak mau kita semua jadi merubah mindset. Salah satu mitra pengemudi, yang juga seorang ibu tunggal, menceritakan kisahnya membiayai 2 orang anak. Satu diantaranya penyandang disabilitas cerebral palsy yang butuh perhatian setiap saat. Namun si ibu ini sudah tidak meratapi nasib dan menemukan bahwa dengan menjadi mitra Grab, beliau bisa mendapatkan penghasilan sekaligus menjaga anak-anaknya. Kalau ada kemauan ya ada jalan.

Bagaimana caranya merubah mindset?
  • Apresiasi diri sendiri. Celebrate small victories. Jangan terlalu sering melihat keluar lalu jadi minder. Bisa bangun pagi setiap hari buat kita yang sering depresi adalah kemenangan yang bisa dirayakan.
  • Be thankful. Ini terkadang susah karena kita sering fokus untuk apa yang menjadi kekurangan kita. Uang kurang banyak, waktu tidak ada. Coba dibalik mindsetnya jadi bersyukur masih bisa jajan atau masih punya waktu untuk anak-anak. Rasanya hidup jadi sedikit lebih enteng.
  • Mau belajar dan nikmati prosesnya. Seringkali saya tidak sabaran dan ingin semua muncul secara instant. Padahal proses belajar ini juga sebuah bagian dari hidup yang bisa kita nikmati. Soalnya, kalau maunya instant, lama-lama kita jadi malas belajar karena tidak sabar. Padahal dengan belajar, kita bisa membuka peluang baru, mendapatkan keterampilan baru. Intinya sih jadi punya growth mindset dan tidak pasrah pada keadaan.
Sarananya sudah ada, seperti Grab Access yang membuka peluang bagi para ibu tunggal untuk mendapatkan penghasilan. Sekarang tinggal mindsetnya.

17 June 2022

Meskipun Hujan, Cucian Tetap Wangi di Bulan Juni

Ahhh, hujan lagi.

Sama seperti ending Korean Drama, langit bulan Juni tidak bisa diprediksi. Katanya summer, ternyata pancaroba. Hujan bisa datang sewaktu-waktu. Saya menyukai hujan, karena bau tanah yang basah itu menyegarkan. Namun hujan itu indah hanya ketika kita duduk sambil ngopi di dekat jendela, dan romantis hanya ketika payungan berdua dengan si dia. Kalau kita sedang mencuci baju di pagi hari lalu mendung datang, yang ada jadi sebal.

Soalnya cucian jadi belum tentu kering menjelang petang dan ada resiko cucian akan bau apek.

Baru-baru ini saya mencoba pewangi pakaian Korea. Apaan tuh? Ini pasti karena suka K-pop? Atau karena senang nonton K-Drama? Well, sebenarnya cuma karena penasaran sama wanginya. Haha. Bau apek adalah salah satu dari 7 bau membandel yang bisa dihilangkan oleh pelembut dan pewangi pakaian Molto Korean Strawberry. Yang lainnya adalah bau keringat, bau asap, bau polusi, bau badan, bau bawang, dan bau amis. Lumayan untuk menjamin bahwa pakaian yang dicuci di musim pancaroba ini tidak bau meskipun mataharinya menghilang setengah jalan.


Di rumah, keputusan tentang pembelian sabun cuci, pelembut pakaian, obat pel dan segala macam pembersih lainnya ada di tangan Oma. Saya dan Dudu biasanya tidak terlalu pusing dengan apa yang dibeli. Jadi, cucian bulan ini bisa bau bunga, bulan depan bau fresh, dan bulan depannya lagi bau buah. Karena Dudu terlibat dalam pekerjaan rumah, termasuk menjemur pakaian, dia akan laporan sehabis menjemur baju kalau “baju-bajunya kali ini tercium seperti bunga, Ma.” Tapi karena peraturan pertama dalam membeli pelembut pakaian keluarga adalah wanginya tidak diprotes satu rumah, maka terkadang saya atau Dudu juga ikutan sumbang saran bulan depan mau wangi apa. Sama seperti waktu mau mencoba Molto Korean Strawberry ini.

Peraturan kedua dalam membeli sabun cuci adalah produknya tidak menimbulkan iritasi. Soalnya kulit Dudu sensitif sama beberapa jenis chemical dan waktu dia balita dulu, mencari sabun cuci dan pelembut pakaian yang tidak menyebabkan iritasi lumayan challenging. Untungnya setelah dia besar, kulit sensitifnya banyak berkurang dan satu rumah bisa pakai sabun cuci yang sama. Jadi, biasanya saya mencari rekomendasi pewangi pakaian dari teman-teman lain yang sudah duluan menggunakan.


Kenapa perlu menggunakan pewangi pakaian terbaik? Pelembut dan pewangi pakaian ini ibaratnya kondisioner yang digunakan kalau kita keramas. Bikin pakaian jadi lembut dan wangi. Sekolah online sudah dimulai lagi, dan kegiatan mencuci seragam setiap hari juga sudah dilakukan lagi. Kerja juga sudah mulai WFO dan bau asap serta polusi tidak bisa dihindari. Jadi memang harus mencari pelembut pakaian terbaik dengan wangi yang segar. Selain itu pelembut pakaian juga membantu menghilangkan statis yang sering muncul ketika menggunakan dryer. Jaman masih anak kuliahan, pelembut pakaian adalah senjata andalan agar pakaian yang kering keluar wangi, segar dan tidak perlu disetrika lagi haha.

Ngobrolin soal Korean Strawberry, yang memang populer sebagai salah satu icon Korea itu, jadi teringat kalau salah satu member boyband K-Pop kesukaan saya senengnya minum susu strawberry haha. Jadi memang se-iconic itu Korean Strawberry ya.

Kalau sudah pakai Molto Korean Strawberry, kenapa tidak sekalian sabun cuci bajunya? Rinso Korean Strawberry terbukti ampuh menghilangkan noda membandel dan menjaga warna tetap cemerlang. Soalnya brand ini sudah ada di rumah sedari saya kecil. Seperti ilustrasi tadi di atas, deterjen dan pelembut pakaian ini seperti shampoo dan conditioner. Yang satu membersihkan noda dan bau tidak enak, sementara yang satunya lagi melindungi dan melembutkan pakaian. So, kenapa tidak dipakai bersamaan?



Selain Molto dan Rinso, Unilever juga mengeluarkan varian Korean Strawberry untuk Sunlight dan Superpell juga. Keduanya ikut masuk di peraturan pertama sabun cuci yang berbunyi “satu rumah harus tidak protes dengan wanginya,” karena saya dan Dudu juga kebagian tugas nyuci piring dan ngepel. Sunlight Extra Korean Strawberry membersihkan lemak membandel pada piring dan peralatan makan lainnya dengan ekstrak jeruk nipis asli dan memberikan wangi strawberry yang segar. Sementara Superpell Korean Strawberry membuat rumah jadi segar dan wangi seharian karena tahan lama hingga 8 jam. Plus teknologi power clean yang membuat lantai berkilau higienis maksimal.

Konon katanya buah strawberry biasanya dipanen di bulan Juni. Jadi, bolehlah kita ikutan euphoria kesegaran buah musim panas ini, sambil menunggu jemuran kering. Hujan bulan Juni, rumah jadi wangi strawberry.

05 June 2022

Mengajarkan Anak Agar Waspada Pesan Scam

Kemarin Dudu dapet pesan WA yang isinya spam. Menang giveaway dari Rans Entertainment dan diminta menghubungi nomor tertentu dengan menyerahkan pin yang dicantumkan.

“Who’s Raffi, Ma?”
“Oh, itu artis sinetronnya Oma.

Untungnya Dudu tidak kenal Raffi Nagita dan spam message tersebut tidak mention zombie.

Pesan scam yang diterima Dudu

Tapi hal ini membuat saya jadi waspada, karena ternyata spam tidak pilih-pilih tujuan. Hadiahnya juga uang, sesuatu yang membuat anak seumuran Dudu mudah tergiur. Soalnya dia sering butuh uang untuk beli diamond dan perlengkapan main game-nya. Meskipun karena dia tidak punya uang, mungkin penipunya juga tidak bisa apa-apa.

“Who wants to give up their pin?”

Komentar pertama Dudu ketika membaca pesan tersebut membuat saya lumayan lega. Soalnya dia sudah memahami keamanan digital. Setidaknya, scam model straightforward begitu tidak akan lolos. Namun bagaimana dengan pesan spam dan scam jenis lain, misalnya yang menganjurkan dia klik link tertentu lalu membuat akunnya jadi korban hacker? Terutama karena anak seumuran dia berkeliaran di dunia digital hampir 24 jam sehari. Iklan palsu, tawaran menggiurkan bahkan phising yang muncul di antara level game yang dimainkan juga bisa menjadi masalah.

“Kemarin teman saya ada yang terjebak scam.”
Ini cerita Dudu beberapa tahun yang lalu, sebelum pandemi. Ada satu teman sekelasnya yang tergiur iklan undian iPhone. Yang ada, setelah klik link, akunnya jadi kena hack dan ponselnya error. Scam tidak melulu soal uang, kadang yang dicuri adalah data pribadi. Kalau anak login dengan akun kita, atau shared account, bisa jadi data kita yang dicuri kan.
“Kok kamu tidak terjebak?”
“Karena itu too good to be true. Tidak ada yang mau membagikan iPhone dengan gratis.”

29 May 2022

Pilah-pilih Graduation Quotes untuk di Buku Tahunan

Minggu lalu, saya dan Dudu berdiskusi soal Graduation Quotes untuk ditaruh di bawah fotonya, di graduation album. Dudu mau yang lucu, sedikit nyeleneh dengan smart jokes. Dan Mama-nya yang overthinking takut kalau graduation quotes yang agak ngasal jadi jejak digital. Meskipun maksudnya main-main, quotes macam, “they say cheaters never win, but I graduated,” kan berbahaya kalau suatu hari muncul di google search.

Graduation quotes yang saya ajukan semuanya datang dari game. Yang pertama tentu saja dari Horizon Zero Dawn.
“She said, "Elisabet, being smart will count for nothing if you don't make the world better. You have to use your smarts to count for something, to serve life, not death." ~Elisabet Sobeck
Tapi Dudu tidak tertarik. Soalnya nilai dia pas-pasan hahahaha.

Lalu ada satu quotes dari Dragon Quest XI, yang menurut saya lumayan pas karena pas SD dia sering kena bully, bahkan kena cubit teman perempuannya sampai biru tanpa alasan. Yang waktu saya tertawakan, saya bilang si classmates naksir, dia malah marah ke saya hahahaha.


“Don’t waste your time bearing grudges, and live life with love in your heart.” ~Chalky
Lalu ada beberapa quotes lain yang datang sebagai inspirasi seperti “We must never give up the fight. The minute we do, we have lost.” Ezio Auditore da Firenze. Bahkan saya dan Dudu sampai mencarinya di buku jokes yang kami temukan di coffee shop. Tapi belum ada yang beneran cocok untuk dia kirimkan sebagai graduation quotes.

Emangnya, apa sih yang dibutuhkan untuk memilih graduation quotes?

Kalau Googling, saya tidak menemukan dos and don’ts untuk graduation quotes, jadi agak bingung juga. Apalagi graduation quotes ini biasanya tempat anak-anak remaja menulis dan mengekspresikan diri sebebas-bebasnya. Tetap saja, buat saya, ada beberapa peraturan yang saya pegang, meskipun akhirnya ya terserah Dudu saja.

Graduation quotes harus memorable. Diingat orang, tapi kalau viral jangan sampai merusak reputasi di masa depan. Kalau bisa lucu, smart tapi tidak garing atau terlalu standard sampai sering ditemukan di buku tahunan lain. Susah kan ya? Sebisa mungkin jangan offensive.

Akhirnya Dudu pilih apa?
Quotes setengah ironis macam: “I’ll see you at McDonald’s. Be sure to say ‘hi’ and I’ll give you extra ketchup.”

Hah? Maksudnya gimana tuh?
Buat yang tidak paham, jadi kadang Dudu suka bercanda kalau nanti sulit dapat pekerjaan karena nilai dia yang pas-pasan dan akan terpaksa kerja di McD buat membayar student loans. Ya udahlah, lebih mendingan daripada dia menulis quotes tentang how he cheated to graduate atau yang aneh-aneh semacam “what if you woke up tomorrow and you’re a chicken nugget?”


20 May 2022

Jadi Mama Sambil Kerja: 13 Ide Freelance dari Rumah

“Kerja apa ya yang bisa sambil mengurus anak?”

Selama 16 tahun jadi Mama Dudu, saya cukup beruntung punya support system yang memungkinkan saya bisa kerja kantoran. Tapi bagaimana dengan yang harus mengurus anak atau membawa anak ke kantor? Ada beberapa yang juga cukup beruntung bisa bekerja di sekolahan, yang sambil anaknya sekolah, ibunya juga bekerja sebagai guru atau tata usaha. Atau ada juga perusahaan yang menyediakan daycare, sehingga anak bisa dititipkan selama ibunya bekerja.

Oh, Mama lagi freelance?

Tapi bagaimana dengan yang ingin mengurus anak secara full-time? Pekerjaan freelance apa saja yang bisa dikerjakan seorang ibu? Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan dari rumah sambil mengurus anak. Idealnya pekerjaan bisa dikerjakan di waktu senggang, seperti ketika anak di sekolah atau ketika anak sedang tidur siang. Kalau anaknya sudah cukup besar, bisa dikerjakan bersama anak juga. Yuk, kita list down.

24 April 2022

Ampas Kopi Jadi Pupuk, Apa yang Harus Diperhatikan?

"Ini apaan?"
Tanya Mama saya ketika melihat bungkusan yang sedikit janggal di dekat alat berkebun yang biasanya dia gunakan.
"Ampas kopi, buat pupuk."
"Gimana pakainya?"


Hm… iya juga. Gimana pakainya?

Mama saya adalah tipe orang yang gampang menumbuhkan tanaman. Semua yang dia tanam sukses tumbuh lebat. Mau bunga, sereh, bawang merah, kangkung, sampai pohon pisang dan pohon mangga, semuanya tumbuh lebat. Padahal ya sebenarnya tidak diapa-apakan. Katanya begitu.


"Kayaknya sama deh, Ma, dengan kalau buang ampas kopi harian ke tanaman. Ini cuma dikumpulin jadi banyak aja.
Oh jadi hanya untuk pupuk biasa saja ya."

Ampas kopi Starbucks yang bisa dibawa pulang

Saya, sebagai penyumbang terbesar ampas kopi di rumah, jadi berpikir juga. Selama ini kan kalau minum kopi, ada ampasnya lalu saya buang ke tanaman di kebun secara random. Kadang bunga kebagian, kadang si nanas, kadang pohon pisang. Paling-paling hanya bawang merah yang saya lewatkan karena katanya tidak boleh kebanyakan air. Apakah yang saya lakukan sudah benar? Apa sebenarnya fungsi ampas kopi pada tanaman?

Halo Google, coba tolong berikan jawabannya.
Jawabannya iya. Ampas kopi mengandung potasium dan fosfor yang baik untuk composting. Jadi, ampas kopi ini paling baik digunakan sebagai pupuk. Caranya adalah dengan meletakkan sedikit ampas kopi dan dicampur dengan tanah. Soalnya ampas kopi yang dibiarkan kering di permukaan tanah dapat menghalangi penyerapan air oleh tanah yang ada di bawahnya. Jadi jangan lupa diaduk ketika menambahkan ampas kopi ke bagian tanah di sekitar tumbuhan. Rasio yang paling ideal untuk tanah dibandingkan kopi adalah 4:1

Yang perlu dihindari adalah memberikan ampas kopi yang fresh, alias bukan bekas diseduh. Soalnya ada kandungan caffeine yang kurang baik untuk perkembangan tumbuhan.

Bunga depan beranda jadi lebay begini tumbuhnya

Tanaman apa saja yang bisa mendapatkan manfaat ampas kopi?
Tanaman bunga adalah yang pertama disebutkan oleh seorang expert di homesandgardens.com. Pantesan bunga-bunga di kebun ini kok gampang sekali tumbuh. Terutama satu bunga yang lokasinya ada di depan pintu kamar kerja saya, yang paling sering kebagian ampas kopi. Sementara tanaman induknya berbunga hanya satu, yang ini bisa sampai 5 pucuk.

Kopi juga mengusir siput. Pernah di suatu waktu, beranda saya diserbu siput. Bisa sampai ada 12 siput berkumpul seperti sedang konferensi. Sejak ada bunga yang rajin saya sirami ampas kopi ditanam di dekat beranda, siputnya hilang sama sekali. Konon, siput dan lintah tidak menyukai kopi karena teksturnya yang kasar.

Tanaman lain yang ditanam Mama: Kangkung (kiri belakang) dan bawang merah (depan) 
Plus bonus kenangan panen ubi dan nanas jaman dahulu (gambar bawah)


Tapi, kok saya bisa dapat ampas kopi Starbucks sebanyak itu? Jadi, pertengahan pandemi tahun lalu saya mampir ke Starbucks yang lokasinya di perumahan dan menemukan bungkusan yang tidak biasa. Ketika saya tanyakan ke Baristanya, katanya ampas kopi tersebut boleh diambil secara cuma-cuma. Wah, saya merasa dapat harta karun. Sejak itu, saya suka meminta disimpankan oleh Starbucks langganan. Kalau pas lihat di Starbucks yang saya kunjungi pun, saya suka bawa pulang.



15 April 2022

Film Adaptasi Novel Agatha Christie: Death on The Nile

“Ada Death on the Nile, Du.”
“Mau menonton?”
“Atau Murder on the Orient Express?”
“Mama bagaimana sih, itu kan kita sudah menonton bersama-sama.”
“Oh, Mama lupa. Nontonnya sama kamu ya?”

Di tengah kebingungan mau nonton apa di Netflix karena Spy Family baru ada 1 episode, Inuyasha adanya yang Final Act dan sisanya tidak ada yang menarik, akhirnya kita pindah ke Disney+. Mumpung masih ada langganannya hehehe.

(Cerita kita langganan Disney+ Hotstar lewat Telkomsel di sini)

Sambil setengah complain-complain karena saya fans Miss Marple dan bukan Hercule Poirot yang sombong, saya nonton juga cerita klasik Agatha Christie tersebut. Kata Dudu: “Ini film yang ada Wonder Woman-nya.” Maksud dia si Gal Gadot. Sementara saya lebih sibuk sama Armie Hammer yang pernah main di Lone Ranger barengan Johnny Depp sampai Dudu berkomentar kalau saya hanya inget aktor ganteng saja. Hahaha.

Death on The Nile
127 menit
Cast: Kenneth Branagh, Gal Gadot, Armie Hammer, Annete Bening, Tom Bateman, Letitia Wright, Russel Brand


Ini sinopsisnya, according to Dudu:
Death on the Nile adalah sekuel untuk film Murder on The Orient Express, di mana Detective Hercule Poirot mengurus kasus pembunuhan di kali Nile di Egypt di saat pesta pernikahan. Awal filmnya agak pelan tapi memberi waktu untuk mengetahui karakter-karakter film dan melihat semua lokasi yang indah di London dan Egypt, seperti Thames River, the Sphinx dan Pyramid of Giza. Pada akhirnya, awal yang pelan membantu membuat akhir yang asyik dan penuh dengan mystery. Sampai akhir banyak bagian dari awal dimana kita harus mengingat detail kecil-kecil untuk membantu mengerti hal-hal yang terjadi nanti, jadi harus tetap vigilant untuk menebak pembunuhnya!

07 April 2022

Mengenal Jenis Jurnal dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Konon, journaling itu baru terasa manfaatnya kalau konsisten. Jadi, sebulan kemarin saya coba untuk konsisten.

Ada dua jenis jurnal yang saya buat: Progress Tracker Journal, yang saya modifikasi jadi Daily Habit Journal, dan Gratitude Journal. Keduanya adalah oleh-oleh dari acara yang saya ikuti. Beda jurnal, beda isi, beda fungsinya juga. Coba kita telaah lebih jauh bedanya masing-masing jurnal.



Daily Habit Journal
Idealnya jurnal ini dibikin di buku tulis, digambar dan dikasih warna agar terasa personal. Saya bikin di Excel online, dan terbagi ke dalam beberapa kategori. Kenapa di Excel? Soalnya nggak punya spidol warna-warni yang memadai. Lagipula pilihan warnanya lebih banyak di excel juga kan. Ide untuk membuat Daily Habit Journal datang dari Progress Tracker Journal yang saya lihat di acara launching buku Empowered ME (Mother Empowers) oleh Puty Puar bulan lalu. Ada beberapa tipe jurnal lain yang dibahas di acara tersebut seperti Action Plan Tracker atau Wheel of Life, tapi Progress Tracker inilah yang paling do-able, alias mudah dilakukan untuk saya.

Kalau Progress Tracker lebih spesifik, misalnya ketika saya sedang belajar Bahasa Korea maka saya akan pakai tipe jurnal ini untuk melihat seberapa jauh ‘perjalanan’ saya. Namun karena saya masih building habit, alias membangun kebiasaan belajar Bahasa Korea secara rutin, jadi yang saya gunakan adalah Daily Habit Journal. Tujuan saya membuat Daily Habit Journal ini juga sedikit berbeda di bulan pertama, karena saya sebenarnya ingin melihat habit apa yang sudah terbentuk dan apa yang sulit dimulai

Dari Daily Habit Journal yang saya buat selama sebulan kemarin ini, saya melihat bahwa ada beberapa hal yang sudah mengalir dengan sendirinya. Seperti minum air putih setiap pagi. Atau menulis blog dan baca komik yang meskipun tidak teratur tapi sering dilakukan. Sementara masak dan stretching sudah masuk kategori tidak ada harapan, dan saya berencana mengganti kedua hal tersebut dengan habit lain yang mungkin lebih doable, seperti mulai menulis fiksi.

Daily Habit Tracker Journal saya di bulan Maret kemarin

Ketika kemarin saya evaluasi, saya mencoba mencari pola dan menemukan bahwa di akhir pekan, saya cenderung lebih tidak produktif haha. Lupa minum vitamin, ngeblog juga bolong, belajar juga tidak. Yang dilakukan di Sabtu-Minggu biasanya hanya baca komik dan rebahan. Wah, jadi kepikiran. Akhir pekan ini ‘me time’ dan sering dihabiskan untuk bepergian atau event komunitas. Tapi seharusnya ada hal-hal yang ingin tetap saya lakukan seperti ngeblog atau minum vitamin agar waktu yang digunakan berasa optimal.

Gratitude Journal

Yang ini saya bikin di buku catatan. Minimal menuliskan satu hal yang membuat saya bersyukur setiap hari. Kebiasaan ini dimulai ketika mengikuti workshop bertema “Gali Potensi Diri” dari Komunitas Single Moms Indonesia di bulan Februari. Mengusung tema ‘self love’, Gratitude Journal mengajarkan kita bersyukur atas kebahagiaan yang diterima hari itu. Kesempatan mengapresiasi dan berterima kasih pada diri sendiri. Cara ini lumayan berguna menetralisir hal-hal negatif yang terjadi di sekitar saya.

Gratitude Journal saya di bulan Maret

Saya menuliskan Gratitude Journal ini ketika hendak menutup laptop dan mengakhiri hari. Meskipun sebenarnya tidak ada waktu khusus untuk menuliskan jurnal ini, tapi ketika hari berakhir dan menuliskan 1-2 hal baik yang ingin saya syukuri hari itu, hati jadi lebih tenang. Mengakhiri hari dengan hal-hal baik. Menulis isi Gratitude Journal juga tidak perlu kebanyakan mikir. Bersyukur bisa dimulai dari hal kecil, misalnya bisa punya waktu mandi lebih lama atau kebagian hibah durian dari tetangga. Tidak perlu menunggu menang undian dulu untuk bisa menuliskan isi Gratitude Journal.

Gratitude Journal tidak saya evaluasi. Hanya saya baca ulang di akhir bulan agar menyadari bahwa bulan kemarin itu not so bad dan bulan depan bisa lebih optimis lagi. Dari peserta workshop kemarin itu, ada yang cerita kalau Gratitude Journal yang dijalankan membawa positivity dan optimisme dalam hidupnya, lalu ada saja rejeki yang datang. Wah, hebat!

Tapi selain kedua jurnal tadi, saya juga keep jurnal yang isinya curhatan kalau sedang galau. Haha. Yang itu fungsinya untuk materi buku fiksi saya suatu hari kelak. Lalu ada juga healing jurnal, yang biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan terhadap diri sendiri yang perlu dijawab. Misalnya “apakah yang membuatmu kecewa?” atau “apa yang membuatmu tidak bisa memaafkan diri sendiri?” Jenis jurnal yang terakhir ini tidak secara rutin saya gunakan, hanya ketika sedang dibutuhkan saja. Misalnya ketika habis patah hati. Eh?

Bisakah digunakan untuk anak?

Saya baru mau menyarankan ke Dudu untuk pakai tracker seperti ini. Tapi kalau untuk Dudu sepertinya lebih cocok yang digital atau bentuknya apps ya. Kalau untuk anak yang lebih kecil, bisa dijadikan permainan dan diberikan reward ketika berhasil dilakukan. Misalnya puasa. Bisa dibuatkan papan untuk ditempelkan stiker di hari-hari si anak berhasil puasa. Lalu di akhir bulan sama-sama dievaluasi dan kalau memang ada reward yang dijanjikan di awal ya bisa diberikan.

Wah, bisa jadi proyek liburan sekolah bersama Dudu nih!

Apapun jenis jurnalnya, yang penting adalah konsistensi dan evaluasi. Kalau tidak konsisten, agak sulit mencari pola di Daily Habit Journal dan biasanya impact Gratitude Journal juga kurang terasa. Jadi memang harus konsisten setiap hari.