19 March 2014

Episode Snacking Sehat

Setiap weekdays, saya menghadapi masalah yang sama: pulang kantor pas jam makan, sampe rumah udah terlalu malam buat makan. Belum lagi harus ngurus anak dan nemenin dia tidur. Yang ada saya baru punya kesempatan dinner jam 10 malam. Tapi sekarang saya punya 'teman' berwarna hijau-ungu bernama Fitbar.

Dari mana saya tau Fitbar? Dari anak saya si Dudu. 

Fitbarnya jadi makanan Luigi
Suatu hari, anak saya ikutan lomba di Kalcare Pondok Indah Mall. Karena dia jadi salah satu pemenang lomba fashion show, ada goody bag Kalbe yang kita bawa pulang. Sampai rumah si Dudu sibuk bongkar-bongkar hadiah dan datang ke saya dengan satu box Fitbar Fruits dari dalam goody bag.

Dudu: Yang ini buat Mama.
Mama: Apaan nih, Du?
Dudu: (membaca boxnya) Fitbar. Fruit. Buah nih Ma, sehat pastinya.
Mama: Ah males. Mama ngga makan gituan.
Dudu: Bungkusnya hijau loh, Ma. Pasti enak ini.
Mama: Yaelah, itu kan cuma karena kamu suka warna hijau.
Dudu: Tapi ini bisa buat Mama biar ngga kelaperan terus tiap pulang kerja. Jadi bisa langsung temenin aku tidur.

Ih, saya paling benci makanan ginian. Dari sejak tinggal di Amerika saya belum pernah nemu snack berbentuk bar yang saya benar-benar suka sampe bisa jadi camilan tetap. Jadilah si Fitbar terabaikan sampai saya kelaparan di saat saya baru pulang kantor dan anak yang ngantuk maksa minta dibacain cerita sebelum tidur. 


Kalo lapar, Fitbar selalu ada within reach
Dan snack itu menyelamatkan saya…

Saya bisa mengunyah sambil tidur-tiduran, sambil baca cerita. Ngga khawatir makannya berceceran di tempat tidur karena snack ini compact banget. Ngga takut gemuk meski makan-nya jam 9 malam. Ngga kepikiran juga setelah makan karena setelah saya iseng ngeliat bungkusnya dan browsing di website, Fitbar itu mengandung Kalsium, Vitamin A, B12, dan C. Bener-bener snacking with no worries.

Sekarang ngga cuma pas mau tidur. Fitbar juga jadi sahabat saya di saat kelaparan melanda sore-sore sambil minum kopi. Soalnya Fitbar ngga manis dan ngga keras. Meski berharap varian rasanya bisa jadi lebih macam-macam... sekarang saya hanya suka yang fruit bar.

Anak saya komentar dong… begitu saya taro Fitbar sekotak di samping tempat tidur.

Dudu: Kok Mama beli ginian lagi? Kan kemaren ngga suka.
Mama: Habis lapar. 
Dudu: Yang kotak kemarin sudah habis?
Mama: Sudah tuh.
Dudu: Ooo… soalnya dimakan Om Onda sama Oma juga kan ya?

Pantesan cepet bener habisnyaaaa.

17 March 2014

The Lost Plane

Obrolan hilangnya pesawat MH370 sampai juga ke Andrew...

Dudu: Ada pesawat ilang, Ma?
Mama: Iya tuh.
Dudu: Dibajak kali.
Mama: Itu kamu yang kebanyakan nonton film.
Dudu: Masa pesawat bisa hilang? Kan besar?
Mama: Ngga tau.

Dan setelah teori pembajakan keluar dari statement resmi pemerintah Malaysia...

Dudu: (sambil main game, menyelak Mama yang lagi rumpi) Pesawat yang hilang sudah ketemu?
Mama: Belum. Dibajak katanya.

Dudu: Tuh kan aku bilang juga apa...

Entah kenapa saya semangat banget mengikuti pencarian si MH370 ini. Biasanya ada kecelakaan pesawat ya biasa aja. Mungkin karena misterius, mungkin karena ceritanya seperti film detektif yang siap di-filmkan stelah pesawatnya ketemu, mungkin karena saya jurnalis jadi gatel baca berita, mungkin karena.... mendengar orang tua penumpang dari Cina yang rata2 meratapi hilangnya penerus generasi mereka. 

One child policy.
And their only child is on that plane.

I only have one son.
I've flown Malaysia Airlines before

Semoga cepat ketemu  pesawatnya.

08 March 2014

Introducing #DateWithDudu

Setiap weekend atau hari libur, #DateWithDudu muncul di timeline saya.

Sebagai seorang ibu bekerja... Waktu bersama anak itu tidak tergantikan dengan apapun. Saya pergi pagi pulang malam, ketemu anak maksimal satu jam sehari (30 menit pagi 30 menit malam, syukur-syukur kalo masih ketemu). Jadi kalau weekend, saya sebisa mungkin full sama anak. Sejak saya aktif di Twitter, saya sering cerita (or tepatnya pamer) kegiatan saya sama anak. Semacam anak kecil dapat mainan idaman gitulah, kan pasti mau diceritain ke semua orang.

Dari situlah ada #DateWithDudu, hashtag twitter yang saya gunakan untuk pameran kencan saya dengan putra semata wayang saya si Dudu.

Surprise...
Itu yang saya rasakan waktu #DateWithDudu mulai dapat notice orang-orang sekitar, meskipun itu baru teman sekantor atau geng mami-mami tetangga. Teman playdate saya suka nanya, weekend besok, #DateWithDudu-nya ke mana? #DateWithDudu juga pernah eksis di timeline sebuah radio lokal dan saya sempat sharing via telepon loh. 




Baru-baru ini, hashtag tersebut mengantarkan saya menang kuis. 




Bukan sesuatu yang WAH! memang. Hadiahnya bukan jalan-jalan ke luar negeri, foto dan ceritanya juga biasa saja dibandingkan pemenang lain yang lebih romantis. Tapi ini sesuatu yang bikin saya happy dan bersyukur banget sampe harus nge-blog. Hehehehe...

Mau tau cerita Date With Dudu? Cek labels #DateWithDudu di blog ini.

05 March 2014

Mr. Peabody's Parenting Style

Weekend kemarin kita bangun pagi-pagi buat nonton Mr. Peabody and Sherman. Mama masi ngantuk vs Dudu yang semangat '45 berangkat menuju Kota Kasablanka.

Sepanjang perjalanan ada percakapan gini...
Dudu: Film apa sih Ma?
Mama: Sherman. Tentang anak kecil dan anjing gitu.
Dudu: Ceritanya apa?
Mama: Ngga tau. Nih, coba cek di wikipedia
Dudu: (ngecek wiki di layar BB super kecil) Ooo... yang anak kecil diadopsi sama anjing ya?
Mama: Hah? Anak kecil diadopsi anjing? Ngga kebalik Du?
Ternyata ngga terbalik dong.

Mr. Peabody and Sherman

Who is Mr. Peabody
Seekor anjing super cerdas berhasil jadi, well, seekor anjing sukses. Berawal dari pengalaman buruk saat kecil yang terlalu serius sampai ngga ada yang mau adopsi, Mr. Peabody jatuh kasihan pada anak kecil yang dia temukan di dalam kardus. Jadilah si Anjing serba bisa ini mengadopsi si anak kecil yang diberinya nama Sherman. Hubungan ayah (?) dan anak ini berjalan mulus sampai si anak masuk SD dan harus bergaul dengan anak manusia lainnya. Berkelahinya Sherman dengan seorang anak perempuan nyolot bernama Penny membuat Mr. Peabody terancam kehilangan hak adopsinya. Dalam usahanya mencegah kehilangan Sherman, Mr. Peabody mengundang Penny dan kedua orang tuanya dinner di rumah... dan berujung bencana waktu Sherman dan Penny main-main dengan mesin waktu milik Mr. Peabody.

Jadi?
I found Mr. Peabody interesting. Menemukan seseorang yang senasib dan merasa tergerak buat mengadopsi (meskipun itu melawan takdir). My favorite quote from the movie is this:
Judge: Mr. Peabody, you're a Nobel Prize-winning scientist, a world-renowned explorer, and you're an Olympic gold medalist in the long jump and the decathlon. You're sure you're capable of meeting ALL the challenges of raising a human boy? 
Mr. Peabody: Given all that I've accomplished, how hard could it possibly be?
Ternyata it's harder than all of the above. Membesarkan anak itu susahnya setengah mati. Buktinya Sherman berkelahi dengan temannya (meskipun dari kecil bolak balik ketemu Gandhi). Dari film ini saya belajar bahwa yang paling susah dari membesarkan anak adalah membiarkan si anak jadi besar. Anak sudah SD ngga bisa diharapkan nurut 100% sama kita karena mulai adanya pengaruh sosial di luar. It takes a village to raise a child.... it doesn't take an award-winning scientist.
Mr Peabody: Why can't children be simple?
Pertanyaan Mr. Peabody muncul setelah Leonardo Da Vinci menyarankan untuk merelakan Sherman bermain bersama Penny instead of helping them build a machine. Sebagai orang tua, kadang saya berpikir, anak tinggal dibilangin X ya ntar dia melakukan X. Ternyata ngga. Dia ada ide sendiri yang sering nekat dia jalanin dan akhirnya bikin bubar semuanya... In the end kita sebagai orang tua yang harus membereskan 'sampah' dan menyelamatkan anak kita dari kekacauan. 
Mr Peabody: (to Sherman) You used time-travel improperly... we must rewrite history in order to save the universe! 
Tapi semua sampah dan kekacauan itu adalah proses anak kita tumbuh dewasa, dan menjalankan semuanya tanpa kita cegah (kecuali fatal banget kali ya?) adalah persiapan buat mereka jika mereka harus hidup tanpa kita kelak. Dan yang lebih berat dari beresin sampah adalah kalau sudah tidak ada sampah lagi untuk dibereskan... alias anak sudah besar dan lepas dari kita. 

Mama: Kita mirip Mr. Peabody dan Sherman ya Du?
Dudu: Mama tuh mirip sama Mr. Peabody. Aku tidak mirip sama Sherman.
Mama: Dari mana? Kamu kan bandel gitu juga. Suka coba-coba juga.
Dudu: Aku ngga pake kacamata.
Mama: Ya Mama juga bukan anjing cowok yang menang nobel sih....
Dudu: Tapi Mama cerewetnya sama.

DUAR!

Mama Peabody dan Dudu Sherman