Kok bisa?
Well, kalau melihat iklannya, susu kental manis (yang seharusnya disebut krimer kental manis itu) memang terlihat menyasar keluarga menengah di kota besar. Padahal harganya relatif murah. Inilah yang kemudian menjadi concern dalam Fun Discussion yang diadakan oleh Kelompok Kerja Jurnalis Penulis Kesehatan (K2JPK) bersama Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI pada 14 Desember yang lalu. Dengan tema “Cukupi Kebutuhan Gizi Keluarga, Jangan Salah Pilih Susu. Bunda Indonesia Bisa!” diskusi yang melibatkan berbagai kalangan ini bicara masalah nutrisi dan tumbuh kembang anak.
Lenny N. Rosalin, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak |
Susu kental manis hanya satu dari beragam masalah yang ada dalam pergeseran pola diet masyarakat saat ini. Lenny N. Rosalin, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak membuka diskusi dengan satu concern yang menarik: materi yang ada sekarang cenderung terlalu sulit atau terlalu sederhana dan menimbulkan multi tafsir. “Misalnya pada rokok ada gambar tengkorak. Untuk kita yang dewasa gambar tersebut mengerikan, tapi ternyata pas disurvey, itu lambang macho buat anak muda. Jadi mereka dapat messagenya beda,” jelasnya.
Begitu pula dengan iklan produk yang menggunakan model anak-anak seakan-akan produknya aman untuk dikonsumsi, “padahal kandungan gulanya berkali lipat dari rekomendasi WHO,” tambah Lenny.
Iya juga sih, kalau diperhatikan memang banyak iklan yang memposisikan produk sebagai bagian dari tradisi keluarga. Tidak salah juga karena memang mungkin target mereka seperti itu. Tapi sebagai konsumen yang cerdas sebaiknya kita mengajarkan anak untuk tahu dan membaca label makanan. Jadi anak juga aware akan apa yang mereka konsumsi.
Hmm, kadang sulitnya adalah untuk anak-anak, makanan sudah terhidang di meja dalam bentuk jadi dan siap santap. Kalau sudah begini mungkin mengajak anak berbelanja bisa jadi solusinya. Yang jelas kita sendiri harus paham apa yang ada di label makanan itu, jangan sampai si anak bertaya (yes, si Dudu pasti nanya) dan kita kewalahan jawabnya.
Emang kenapa kalau kebanyakan konsumsi gula? Pernah denger sugar high? Anak kecil (atau orang dewasa juga bisa sih) yang mengkonsumsi gula lalu jadi punya ekstra energi untuk sementara? Itu jangka pendeknya. Habis itu kita jadi drop karena efeknya sudah hilang. Jangka panjangnya, menurut pemaparan Andi Khomeini dari Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) bisa menimbulkan berat badan berlebih, bahkan obesitas. Kerusakan gigi, masalah pada tulang dan kurang nutrisi juga bisa jadi masalah bagi yang mengkonsumsi banyak gula.
Dr. Marya W. Haryono,dokter spesialis gizi klinik |
Tapi gula itu ada banyak. Dudu bukan anak yang suka pudding dengan vla atau minuman manis. Tetap saja dia mendapatkan banyak gula dari sumber lainnya. Dr. Marya W. Haryono, seorang dokter spesialis gizi klinik, mengingatkan peserta diskusi akan bahaya gula tersembunyi seperti dari makanan dan minuman kemasan termasuk biskuit, roti dan cokelat. Kalau begini bukan anak-anak saja yang terancam oleh gula dong, orang dewasa juga.
Dari gula, diskusi beralih ke gizi seimbang. Salah satu cara untuk membatasi gula, garam dan minyak adalah dengan memperhatikan gizi seimbang, bukan lagi konsep 4 sehat 5 sempurna seperti yang kita kenal waktu kecil. Kenapa berubah? Konsep 4 sehat 5 sempurna menyebutkan susu sebagai pelengkap, sementara pada tumpeng gizi seimbang, susu ada bersama-sama ikan, keju, telur, daging dan protein hewani lainnya. Di sini kita jadi mengerti bahwa meskipun susu diperlukan, kita bisa menggantikannya dengan makanan lain.
Yang jelas jangan banyak gulanya.
Soalnya kita sudah manis.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.