Showing posts with label Technology. Show all posts
Showing posts with label Technology. Show all posts

10 August 2022

Keseruan Quality Bonding Time di Oreo 110th Birthday Celebration

"Du, mau snack apa?"
"Oreo saja deh, Ma."

Dari kecil begitu. Salah satu snack yang bertahan dari bekal TK sampai sekarang anaknya sudah SMA ya Oreo. Ulang tahun kemarin mintanya Oreo Cheesecake. Kalau Mama beli kopi, dia pesan Oreo Milkshake. Kalau jalan-jalan, yang dibawa ya Oreo Mini. Oreo semua ya.

'bonding time' bareng Oreo

Oreo kemarin mengeluarkan varian baru spesial ulang tahun, Oreo Birthday Cake Flavor. Bungkusnya lebih berwarna-warni daripada Oreo Classic yang biasanya kita beli.

"Ini kue ulang tahun di dalam Oreo?"

Dudu bingung. Saya juga. Jadi kita beli buat mencoba. Ternyata rasanya enak juga. Masih biskuit Oreo Classic yang sama, bedanya hanya di bagian icing putih di tengah ada sprinkle-nya. Rasanya sedikit banyak memang seperti kue ulang tahun. Oh, enak juga.

"Harusnya Oreo bikin yang icingnya cheesecake ya, jadi kamu kemarin tidak usah beli kue," kata saya.
“Tapi bagaimana saya bisa menaruh lilin di atas Oreo?”



Yang berbeda dari bungkus Oreo Birthday Cake Flavor selain kemasannya yang lebih ceria adalah QR Code di bagian kanan bawah. Oh ternyata kalo di-scan bisa langsung masuk ke filter Instagram Oreo yang bentuknya augmented reality (AR). Filter ini memungkinkan kita untuk meniup lilin yang jumlahnya banyak itu untuk merayakan #UlangTahunOreo bersama-sama. Jadi kalau mau tiup lilin tidak perlu menaruh lilin beneran di atas biskuit Oreo-nya. Hahaha. Kembali lagi ke masalah birthday cheesecake, Oreo sebenarnya juga melakukan kolaborasi dengan beberapa F&B outlet seperti Bittersweet by Najla yang mengeluarkan dessert box spesial bertajuk Cookies and Cream Special Anniversary. Semua keseruan ini adalah bagian dari rangkaian perayaan berjudul #WishOreo110.

"Oreo-nya sedang berulang tahun ya, Ma?"
"Iya, ke-110."
"Ternyata Oreo sudah sangat tua ya."
Oreo masuk ke Indonesia di tahun 1994, saya masih SD. Sekarang sudah punya anak, dan Oreo masih ada di rumah saya.

Yang namanya ngemil, tidak bisa dipisahkan dari saya. Dan ternyata, kebiasaan ini menurun juga ke anak saya. Meskipun si Dudu tidak se-lebay saya kalau beli dan makan snack, tapi dia tetap ada jadwal ngemil rutin di sore hari. Apalagi kalau sedang #DatewithDudu di rumah alias main PS4 seharian pas weekend. Yang namanya cemilan jelas tidak boleh absen. Enaknya Oreo, karena dia snack manis, jadi bisa sekalian dianggap pengganti dessert. Selain itu, Oreo juga bisa jadi teman baik saya kalau sedang ngopi. Lebih cocok daripada snack asin atau snack micin.

Ulang tahun Dudu kemarin pakai Oreo Cheesecake


Meskipun Dudu baru berusia 16 tahun, kemarin perayaan ulang tahunnya tidak kalah seru dengan Oreo. Tahun ini sedikit spesial karena biasanya hanya dirayakan secara sederhana di rumah, tiup lilin dan makan bakmi goreng bersama keluarga. Soalnya ulang tahun Dudu jatuh di pertengahan Juli, di mana tahun ajaran baru dimulai. Mau merayakan bareng teman-teman sekolah juga jadi sulit. Namun kali ini saya memutuskan untuk mengajak teman-teman se-gengnya untuk pergi birthday trip ke Bandung. Pengalaman pertama bawa anak-anak ABG jalan-jalan dan menginap semalam. Meskipun mereka tidak kemana-mana alias semalaman main PS4 saja, tapi Dudu bilang dia senang. Yang penting quality bonding time-nya terwujud.


Quality time itu penting untuk membangun ikatan emosional, dan snacking alias ngemil bisa jadi faktor penting dalam melakukan bonding. Merayakan momen spesial seperti ulang tahun juga salah satu cara untuk mendapatkan quality time dengan orang-orang tercinta. Dalam hal ini ya termasuk ikutan berpartisipasi dalam rangkaian #WishOreo110 yang merupakan bagian dari selebrasi #UlangTahunOreo.

05 June 2022

Mengajarkan Anak Agar Waspada Pesan Scam

Kemarin Dudu dapet pesan WA yang isinya spam. Menang giveaway dari Rans Entertainment dan diminta menghubungi nomor tertentu dengan menyerahkan pin yang dicantumkan.

“Who’s Raffi, Ma?”
“Oh, itu artis sinetronnya Oma.

Untungnya Dudu tidak kenal Raffi Nagita dan spam message tersebut tidak mention zombie.

Pesan scam yang diterima Dudu

Tapi hal ini membuat saya jadi waspada, karena ternyata spam tidak pilih-pilih tujuan. Hadiahnya juga uang, sesuatu yang membuat anak seumuran Dudu mudah tergiur. Soalnya dia sering butuh uang untuk beli diamond dan perlengkapan main game-nya. Meskipun karena dia tidak punya uang, mungkin penipunya juga tidak bisa apa-apa.

“Who wants to give up their pin?”

Komentar pertama Dudu ketika membaca pesan tersebut membuat saya lumayan lega. Soalnya dia sudah memahami keamanan digital. Setidaknya, scam model straightforward begitu tidak akan lolos. Namun bagaimana dengan pesan spam dan scam jenis lain, misalnya yang menganjurkan dia klik link tertentu lalu membuat akunnya jadi korban hacker? Terutama karena anak seumuran dia berkeliaran di dunia digital hampir 24 jam sehari. Iklan palsu, tawaran menggiurkan bahkan phising yang muncul di antara level game yang dimainkan juga bisa menjadi masalah.

“Kemarin teman saya ada yang terjebak scam.”
Ini cerita Dudu beberapa tahun yang lalu, sebelum pandemi. Ada satu teman sekelasnya yang tergiur iklan undian iPhone. Yang ada, setelah klik link, akunnya jadi kena hack dan ponselnya error. Scam tidak melulu soal uang, kadang yang dicuri adalah data pribadi. Kalau anak login dengan akun kita, atau shared account, bisa jadi data kita yang dicuri kan.
“Kok kamu tidak terjebak?”
“Karena itu too good to be true. Tidak ada yang mau membagikan iPhone dengan gratis.”

21 February 2022

Platform Content Creator adalah Peluang di Saat Pandemi

Ada yang bilang kalau pandemi bikin kita jadi lebih kreatif. Ruang gerak yang terbatas karena di rumah aja membuat kita punya waktu lebih banyak untuk mengeksplorasi sisi kreatif diri kita. Setidaknya, saya merasa, dengan bekerja dari rumah, saya punya ekstra beberapa jam untuk menulis blog, ikutan kelas online, nonton webinar dan video lifehack yang sekarang sepertinya makin beragam. Selain ada waktu, sekarang ada demand, ada supply. Jadi content creator makin banyak juga di sekitar saya.

Dulu, kita suka bikin content juga sih.

Misalnya teman-teman yang tadinya hanya masak, buru-buru menyiapkan bekal anak karena harus segera bertarung dengan kemacetan ibukota untuk berangkat kerja. Sekarang punya ekstra 1 jam untuk menata bekal dengan rapi, difoto dulu atau bahkan bikin video pembuatannya. Semua mendadak jadi sempat. Tidak heran kalau ekonomi kreator jadi bertumbuh pesat.

Beberapa waktu lalu, IDN Media meluncurkan Indonesia Creators Economy (ICE) yang, mengutip penjelasan Winston Utomo, CEO IDN Media, “memiliki visi untuk mendemokratisasi “creators economy” di Indonesia melalui teknologi.” ICE ini sebelumnya dikenal dengan nama IDN Creator Network, yang sudah beroperasi sejak 2017. Jadi mereka bukan pemain baru di dunia content creator.

29 January 2022

Mencari Laptop Yang Tepat Untuk Kuliah

“Kalau saya masuk university, saya akan mendapat laptop baru ya, Ma?”

Dudu, beberapa waktu lalu bertanya-tanya. Soalnya laptop dia sekarang adalah laptop bekas saya. Sudah lumayan lemot karena sudah lebih dari 5 tahun umurnya. Masih berjalan dengan baik dan bisa digunakan untuk sekolah online. Hanya kameranya kurang bagus dan baterainya mulai bocor. Tapi kalau bicara universitas, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan dibeli. Salah satunya ya laptop.


“Iya, dong.”
“Laptopnya akan seperti apa?”
“Terserah kamu sih.”
“Kalau begitu boleh sekalian beli laptop gaming?”
“Hah, gimana?”
Anaknya cengengesan. Ini mau kuliah apa mau jadi atlet e-sport?

Ya udah, namanya juga sayang anak kan ya. Yuk, deh, kita browsing.

Then again, laptop gaming ini bagaimana ya? Saya cuma tahu kalau RAMnya harus lebih besar, lalu layarnya juga besar dan harganya mahal karena speknya jauh di atas laptop fungsional biasa. Ternyata ada yang namanya “entry level” gaming laptop. Alias yang speknya cukup buat main game, tapi buat kerja atau kuliah juga nggak lebay. Harganya juga masih lebih masuk akal dibandingkan yang untuk gamer profesional.

photo by hp.com

So, I’m currently checking HP Pavilion Gaming Laptop 15. Yang pertama terlihat tentu saja warnanya. HP Pavilion Gaming Laptop 15 comes in Shadow Black dengan chrome logo warna hijau. Eh hijau kan warna kesukaan Dudu. Pas banget nih.

06 September 2021

Menggunakan Podcast Sebagai Alat Bantu Belajar Bahasa Asing

Ketika lagu-lagu patah hati tidak lagi menarik untuk didengarkan, saya beralih ke podcast.

Banyak research yang menemukan bahwa penggunaan aplikasi seperti podcast pada proses belajar Bahasa asing membantu performa dan meningkatkan motivasi untuk menjadi fasih. Jadi, ketika saya hanya bisa mengikuti kelas Bahasa Korea 2x seminggu, dan tidak bisa menemukan waktu luang untuk mengulang pelajaran sebelum kelas berikutnya, saya beralih ke podcast.


Podcast adalah teman terbaik saya ketika menyetir mobil. Soalnya perjalanan 1-2 jam setiap pergi dan pulang kantor berarti extra time untuk saya belajar Bahasa. Tidak mengganggu konsentrasi karena hanya mendengarkan, dan tidak banyak berbeda dengan mendengarkan music. Pelajarannya pun disesuaikan dengan topik yang sedang dibahas di kelas, dan podcastnya dipilih sesuai dengan kemampuan.

Podcast yang sering saya putar adalah Talk to Me in Korean (TTMIK).

Di website TTMIK, para pengajar ini mendeskripsikan dirinya sebagai “orang –orang yang berkumpul untuk mewujudkan ide yang membantu orang-orang yang ingin belajar Bahasa Korea dengan cara yang praktis dan menyenangkan.” Dan mereka punya semuanya mulai dari Youtube, website, buku pelajaran dan sertifikasi kursus. Makanya ketika saya menemukan mereka punya podcast di Spotify, yang bisa diakses gratis, saya seperti menemukan harta karun. Soalnya saya bisa mendengarkan mereka di mobil.

So what are the courses available?

Talk to Me in Korean – Core Korean Grammar

Untuk yang baru belajar, seri Podcast ini cocok untuk didengarkan karena pelajarannya beneran mulai dari awal. Kurikulumnya juga dibagi berdasarkan tingkat kesulitan dan topik yang dipelajari. Saya sering memutar seri ini ketika di kelas kursus sedang membahas topik yang lumayan sulit dihafalkan atau dipahami. Misalnya belajar angka. Mendengarkan pelajaran angka setiap hari di mobil membantu saya menghafal angka lebih cepat dan tidak tertinggal pelajaran di kelas. Seri podcast ini juga berguna ketika saya ingin mengulang topik tertentu karena lupa. Setiap episode panjangnya sekitar 10-20 menit. Ada 10 level yang bisa didengarkan dan setiap levelnya ada 20-30 lesson yang bisa jadi pelajaran.

29 October 2017

Kolaborasi Philips dan KAMI di Jakarta Fashion Week

“Nyetrika baju suami? Nggak, di rumah gue, kita semua menyetrika baju sendiri-sendiri. Termasuk anak gue,” begitu kata teman saya.

Ketika saya tanya kenapa, jawabannya klasik: mereka semua tidak suka menyetrika. Tapi ketika ada yang berbaik hati menyetrikakan bajunya, pasti kena complain. Yang ini kerahnya tidak boleh disetrika, yang itu suhu setrikaannya kepanasan dan membuat bahan bajunya rusak, yang satu lagi salah setrika lipatan celananya. Menyetrikanya saja sudah was-was, bagaimana mau dengan senang hati?




Di Jakarta Fashion Week 2018 minggu kemarin, Philips menghadirkan setrika uap Perfect Care Optimal TEMP GC3920 dan Garment Steamer Easy Touch Plus GC524. Dua benda ini bikin saya jadi pengen ngomongin setrika lagi nih. Soalnya kata Yongky Sentosa, Head of Personal Health Philips Indonesia, “produk ini memberikan garansi kalau pakaian (yang disetrika) tidak akan terbakar.” Meskipun yang namanya baju gosong untuk saya hanya ada sebagai lelucon klasik di TV, tapi adegan salah suhu dan bahan yang rusak sudah jadi pengalaman sehari-hari. Tidak heran, soalnya, beda bahan memang beda kebutuhan.

18 September 2017

Gadget untuk Anak vs Me Time Mama

Selembar survey mendarat di pangkuan saya dengan pertanyaan bertuliskan “apa yang paling Anda khawatirkan dari pemberian gadget kepada anak Anda?” Masalah apa yang akan timbul kalau anak punya gadget sendiri? Kira-kira begitu maksud pertanyaannya. Hm… apa ya?

Miss Stella dari RISE yang menjadi moderator acara diskusi kita. (Photo by Single Moms Indonesia)
Ketika itu saya sedang menghadiri acara diskusi yang diadakan oleh Komunitas Single Moms Indonesia dan RISE, yang dikenal sebagai kursus bahasa Inggris untuk anak 2-12 tahun yang kini memiliki beberapa cabang. Acara tanggal 26 Agustus tersebut diadakan di RISE Central Park, tepat ketika Dudu baru sebulan punya HP. Beli pakai uang sendiri, patungan sama teman saya untuk hadiah ulang tahunnya. Selain HP, gadget si Dudu adalah tablet yang dibelinya juga dengan uang sendiri, dan Playstation 4 yang dibeli dengan uang hasil saya menang kuis 10 juta itu. Pas dengan tema “Gadget and Children: How to Use Them Wisely,” yang jadi tema siang hari itu.

Gadget, alias gawai dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sering jadi masalah untuk orang tua. Apalagi, sebagai Single Mom yang tidak punya banyak waktu “me time”, dan tidak punya pasangan untuk gantian pegang anak, saya sering juga menjadikan gadget sebagai babysitter. Dudu sampai pernah bilang, “Mama pasti senang sekarang karena aku asyik main PS dan tidak mengganggu waktu istirahat Mama lagi.” Itu saja sebenarnya sudah merupakan kekhawatiran sendiri.

Lalu akhirnya saya menuliskan kekhawatiran saya dan mengumpulkan kertas surveynya.

28 November 2016

Cerita Rumah Idaman Generasi Philips Hue

“Jika rumahku menggunakan Philips Hue, aku mau mengubah warna lampunya dengan tema game atau filmnya. Jadi misalnya aku nonton Smurfs, akan ku ubah warnanya menjadi biru biar ada sensasinya. Bukan cuma Smurf, Trolls, Transformers, film Zombie dan lain-lain. Juga karena Omaku suka tidur sebelum matikan lampu, kalau ada Philips Hue bisa mati otomatis dan kita tidak akan membuang-buang listrik.” – Dudu, 10 tahun




Bicara Philips Hue dengan Dudu, yang kalau menurut istilah sekarang adalah seorang digital native, memang tidak ada habisnya. Dari lahir sudah connect to wi-fi. Philips Hue juga begitu. Philips Hue adalah sistem pencahayaan terkoneksi yang memungkinkan kita bermain dengan warna menggunakan teknologi yang ada. Inovasi terbaru lampu Philips Lighting ini sebenarnya sudah dikenal pasar luar negeri selama 2 tahun, dengan 5.6 juta lightpoints di seluruh dunia, namun Philips Hue di Indonesia baru memasuki pasar di minggu lalu.