25 July 2017

Bermain (Lebih) Murah di Jakarta

Saya percaya hak anak adalah bermain. Saat ini, hal yang merupakan kebutuhan dasar dan sebenarnya mudah dilakukan ini semakin mendapatkan banyak halangan dari semua sudut pembangunan ibukota. Masa kecil saya yang penuh dengan petualangan bermain sepeda di komplek rumah sudah tidak bisa diwariskan ke Dudu yang kini tinggal di apartment. Harga bermain sekarang ini semakin mahal, meskipun permainannya semakin beragam.

Dengan mahalnya harga tiket masuk indoor playground di sekitar tempat tinggal saya, gadget terlihat sebagai alternative yang lebih praktis dan terjangkau. Namun saya masih mencoba mencari cara agar Dudu juga bisa bermain seperti saya dulu, ketika yang namanya HP belum lahir. Caranya? Ya kita rajin cari promo dong.


Dufan Saat Lebaran
Ketika bulan puasa tiba, beberapa taman bermain seperti Dufan mulai mengeluarkan harga promonya termasuk untuk annual pass yang dapat digunakan sepanjang tahun. Tahun lalu saya mendapatkan annual pass seharga Rp. 270,000/orang. Meskipun akhirnya kita tidak sesering itu ke Dufan karena musim hujan yang tak kunjung reda keburu datang, tapi kita senang memiliki alternatif ke Dufan kalau sudah stuck entah mau ke mana lagi. Masuk ancolnya mahal? Coba masuk pagi-pagi sekitar jam 7, lalu duduk nongkrong buka laptop di Pasar Seni atau jalan pagi berkeliling Ecopark. Selain cari parkir lebih mudah untuk yang bawa kendaraan pribadi, tiket masuk Ancol juga lebih murah.

20 July 2017

3 Manfaat Menulis Reportase

Menulis karena ada imbalan. Saya sedikit banyak sudah pensiun dari konsep itu.

Seringkali ketika saya duduk di depan laptop dengan secangkir kopi, Dudu akan menghampiri dan bertanya, “Mama sedang cari uang ya?” Yes. Pekerjaan saya selama ini berkaitan dengan tulis menulis, seperti sudah ditakdirkan sejak SD ketika saya hobi menulis untuk majalah sekolah dan reportase tabloid. Bayarannya saat itu datang lewat wesel. Lalu saya lelah. Menulis yang seharusnya jadi hobi kok malah menjadi beban karena “dibayar” alias berubah jadi pekerjaan. Jadi saya mulai ngeblog agar bisa menulis sesuka hati tanpa bayaran.

Hadir di acara Indonesia Montessori. Harusnya cuma post IG malah jadi tulisan.
Siapa yang menyangka ternyata di tahun 2017 ini semuanya terbalik. Ketika media (terutama cetak) sudah mulai menurun dan blogger naik daun, saya mendapatkan banyak undangan event dan menghadiri banyak workshop baik tentang menulis, blogging maupun digital marketing yang jadi pekerjaan saya sekarang. Ada yang saya dibayar, ada yang tidak dan ada yang saya membayar. Semuanya saya tulis? Iya, terutama kalau memang sempat dan informasinya berguna bagi banyak orang. Yang paling sering adalah ketika saya menang kuis nonton bareng dari XYKids, karena nonton film jadi kegiatan nge-date kita berdua yang paling sering. Tidak ada kewajiban menulis, karena kita menang kuis, tapi karena biasanya menang kuis membuat kita nonton film duluan, review kita bisa berguna bagi orang lain yang ingin nonton film tersebut bersama anaknya. 

18 July 2017

Seperti apa Museum Nasional Saat Ini?

“This museum is testing my patience,” ujar seorang anak bule yang diminta menitipkan backpacknya sebelum memasuki ruangan pameran. Itu terjadi setelah kita tidak bisa masuk lewat pintu parkiran, melainkan harus naik lewat jalan keluar mobil karena loket ada di atas dan pintu yang ke parkiran hanya digunakan untuk keluar. Museum yang aneh ini adalah museum tempat saya field trip waktu SMP. Namanya Museum Gajah. Familiar?



Dan sekali itu saya mengajak si anak bule, alias Dudu, ke Museum Nasional karena kita sudah mentok tidak tahu mau pergi ke mana lagi. Ah, kenapa harus dimulai dengan Dudu yang ngedumel? Untungnya seiring perjalanan dari satu lantai ke lantai berikutnya, Dudu sudah ceria lagi. Sudah lupa sama hal—hal yang merepotkan di depan tadi. Dari sini saya belajar satu hal: kalau masuk tempat wisata di Indonesia, jangan keburu jadi ilfil dengan apa yang ada di depan, tapi coba nekat masuk terus ke dalam karena bisa saja kita bertemu banyak benda dan pengalaman berharga.

Karena itu saya dan Dudu bertekad untuk lebih sering bermain ke museum yang ada di Indonesia.

17 July 2017

Cerita di Balik Kuis 10 Juta dan Playstation 4

Kalau kamu dapat 10 Juta, uangnya mau dipakai apa?

Akhir bulan kemarin saya menemukan pertanyaan itu di salah satu kuis radio. Saya isi jawaban iseng. Jujur. Tapi bukan jawaban yang menggerakan orang untuk kasihan. Saya tulis kalau saya mau belikan PS4 buat Dudu, yang sudah ingin punya console tersebut sejak lama.

Di akhir periode kuis, saya dapat telpon kalau saya masuk final. Satu dari lima yang harus berjuang untuk memenangkan uang tersebut.

HAH? YANG BENAR AJA?

Di tengah kebingungan kenapa saya yang mau membelikan PS4 ini bisa masuk final, saya mengiyakan semua persyaratan dan nekat menjalani babak final tersebut. Kegiatannya banyak, karena para finalis harus menginap 2 hari 1 malam di sebuah hotel. Saya baru memberitahu Dudu malam sebelum saya harus menginap, soalnya saya juga baru diberi tahu siangnya.

Mama: Coba didoakan itu, ditanyakan sama Tuhan, boleh ngga kita dapat 10 juta.
Dudu: (selesai berdoa) Kata Tuhan boleh, Ma.
Hahahaha, enak saja anak ini.

16 July 2017

Mengajak Anak Cowok Ikut Kelas Zumba

Kemarin Dudu berulang tahun yang ke-11. Ah, sudah bukan anak-anak lagi dong ya. Sebentar lagi jadi teenager lalu akan pergi jalan sendiri dengan teman-teman dan pacarnya. Aktivitas #DateWithDudu akan banyak berkurang. Tapi sebelum itu terjadi, saya mau membuat resolusi untuk mencoba banyak hal baru agar ngedate dengan anak pra-remaja ini bisa jadi lebih seru.

Date kita kemarin di National Gallery Singapore
Father and son? Mother and daughter? Forget that. Jadi seorang single mom dengan anak laki-laki kadang menjadi tantangan tersendiri karena katanya ada hal-hal yang menjadi "urusan bapaknya" atau kegiatan yang jadi kewajiban anak perempuan untuk menemani ibunya.

Seiring berjalannya waktu ternyata kompromi itu bisa diciptakan, meskipun separuhnya kadang saya memaksa Dudu buat mencoba ini itu seperti kemarin ketika saya secara sepihak mendaftarkan dia kelas Zumba di studio tempat saya olahraga. Sepulang Zumba, saya dan Dudu jadi ngobrol-ngobrol tentang kegiatan date kita, lalu menemukan beberapa hal yang ternyata bisa dilakukan oleh ibu dan anak laki-lakinya.

Zumba
"Kenapa Zumba isinya cewek-cewek semua, Ma?"

14 July 2017

THR itu Yang Penting Bahagia

Sebagai seorang single parent, yang namanya THR itu harus disayang-sayang. Tapi saya bukan orang yang bisa mengelola uang. Hidup saya simple: Pengeluaran, Tabungan dan Deposito.

Setiap gajian datang, langsung saya bagi untuk ketiga pos tersebut. Pengeluaran itu yang wajib ada seperti makan, transport dan biaya nge-#DateWithDudu setiap minggunya. Tabungan adalah untuk pengeluaran daurat misalnya ada yang ulang tahun harus urunan kado, mendadak harus bayar tiket atau hotel karena mau jalan-jalan. Sementara deposito adalah yang tidak bisa diutak-atik untuk keperluan yang lebih besar seperti biaya sekolah anak atau sebagai modal jika kelak ingin pindah ke luar negeri. Haha.

Kalau ada kebutuhan di luar itu seperti si Dudu yang minta PS4 sebagai hadiah atau saya ingin ganti HP, maka saya harus cari uang tambahan (atau yang jatuh dari langit). Dengan adanya THR berarti bisa bernafas sedikit lebih lega.

Lalu, tahun ini, THR saya digunakan untuk apa?





13 July 2017

Obrolan di Meja dan Opor Ayam

Lebaran selalu identik dengan opor ayam di rumah tante yang satu itu. Padahal kita tidak ada yang merayakan Lebaran. Cuma sekedar kumpul, makan dan ngobrol. Seru? Ya seru sih, habis kalau tidak begitu kan kita jarang ngobrol.

Obrolan kok tentang sekolah? Hehehe.
Obrolan yang wajib adalah tentang sekolah. Tahun ini satu keponakan saya naik ke TK B, sehingga percakapan memilih sekolah dasar menjadi topik hangat. Apalagi sepupu saya ini tinggalnya tidak jauh dari sekolah si Dudu. Memilih sekolah, apalagi sekolah dasar, menjadi hal yang sulit untuk beberapa orang tua muda. Soalnya banyak kriteria yang ingin dicapai. Anaknya sudah TK berbahasa Inggris, sayang kalau kemampuan bahasa Inggrisnya hilang. Kalau begitu sebaiknya masuk sekolah internasional. Tapi, sekolah internasional macam sekolah si Dudu bukannya perfect. Selain cenderung mahal, anaknya juga banyak yang datang dari keluarga kaya dengan attitude yang menurut saya kurang oke. Tapi entah kalau menurut orang tuanya. Hehe. Pernah nonton Meteor Garden? Ya seperti Taomingse kecil begitulah teman-teman si Dudu. Yang kalau tabletnya rusak, besoknya sudah dibelikan gantinya oleh orang tuanya. Sementara Dudu beli tablet susah payah dari mengumpulkan hasil kerja sendiri dan uang angpao Imlek.