Showing posts with label Jakarta. Show all posts
Showing posts with label Jakarta. Show all posts

13 January 2022

Maaf, Du, Mama Makan Sushi Tidak Ajak Kamu

“Eh kemaren Mama makan sushi enak deh. Murah lagi.”
“Sama siapa? Kok tidak ajak saya?”
“Sama Tante x, deket Citos. Tau gitu kemarin kita makan di sana ya. Next time deh kita nge-date ke sana.”


Namanya Yasami Sushi, lokasinya ada dekat perempatan Fatmawati - TB Simatupang. Di Gedung Beka setelah SPBU Shell. Satu gedung sama Kloop Coffee di Jl Fatmawati Raya 100-D, tapi ngumpet di belakang ke bagian yang menghadap gang, bukan jalan utama R.S. Fatmawati. Pantesan selama ini lewat kok belum pernah lihat restoran ini.



Yang bikin kaget adalah, sudah pesan sampai nambah-nambah, ternyata total bill-nya tidak sampai 200k. Harga di menu sudah termasuk tax dan Ocha-nya refill.

On the bill:
  • Yasami Special Salad (35k)
  • Chicken Katsu (30k)
  • Unamon Roll (36k)
  • Ebi Salmon Roll (42k)
  • Chicken Katsu (30k)
  • Yuki Roll (32k)
Kalau disuruh menjelaskan, seperti apa sushi di Yasami ini, saya akan bilang Sushi rumahan yang rasanya sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia. Sederhana dan tidak komersil haha. Wasabi dan Gari (alias jahe)nya disajikan di piring Sushi, bukan mengambil sendiri. Unamon Roll adalah gabungan antara unagi dan salmon. Fusion Sushi berisi crabstick dan kyuri, dengan torched salmon dan torched unagi di atasnya. Ebi Salmon Roll isinya jelas sesuai namanya, yang bikin berbeda adalah orange sauce-nya yang pertama saya kira Spicy Mayo. Ternyata yang ini tidak pedas. Sementara Yuki Roll, yang pas dihidangkan terkesan sedikit pucat, berisi salmon tempura, kyuri dan mayo.


Bukan cuma rasa, tapi suasana restoran ini juga homey banget, bikin betah duduk lama. Ngobrol sama Tante x tahu-tahu sudah 2 jam lebih. Jadi, tempat ini pas banget buat yang mau catch up sama teman lama setelah terpisahkan pandemi. Tempatnya tidak ramai dan parkirannya gampang asalkan tidak kelewatan gang-nya. Kalau bablas pun masih bisa parkir di Gedung Beka depan, di Kloop Coffee, lalu jalan 5 menit ke samping.

Nextnya pengen coba Sushi Platter yang harganya mulai 130k sih, tapi saya dan Dudu beda preference kalo makan Sushi. Dudu suka yang nigiri, yang simple cuma nasi sama tamago. Saya suka yang fusion dan fancy, yang pake salmon, keju, kremesan dan lainnya. Sementara kalo liat menunya Yasami tidak punya negiri standar yang hanya satu ingredient aja.


Browsing ke menu lain yang non-sushi, Yasami Sushi juga ternyata punya Donburi. Ada Gyudon dan ada Chicken Katsu yang harganya juga terjangkau. Oke sip, Dudu aman kalo mau diajak makan di sini.

10 September 2017

Ngedate Seru Bersama Buku di Indonesia International Book Fair 2017

Bagus ngga pameran bukunya? Pertanyaan itu banyak muncul di whatsapp dan social media saya ketika saya posting tengah #DateWithDudu di Indonesia International Book Fair (IIBF) kemarin. Acaranya sendiri berlangsung 6 – 10 September 2017 di JCC Senayan, tapi niat mampir pulang kantor tidak pernah terlaksana. Memang berburu buku itu harus sama Dudu.

Yah, pamerannya sih bagus, tergantung kitanya cari apa.

Jawabannya standard. Tapi memang begitu soalnya pameran ini sebenarnya memenuhi ekspektasi pencinta dan pencari buku. Mau buku anak ada. Buku islam ada. Buku bahasa Inggris ada. Buku mainstream ada. Buku teenlit ada. Sampai buku-buku bekas bahasa asing pun ada. Yang terakhir itulah yang mendorong saya mampir ke Indonesia International Book Fair pagi-pagi di hari Sabtu. 



Masuknya gratis. Dan banyak “harta karun” yang kita temukan di sana. Di lobby utama kita disambut oleh robot berbentuk IIBF dan booth KPK yang menawarkan banyak buku gratis tentang anti-korupsi. KPK ini sekarang rajin reach out ke anak-anak. Terbukti selain di luar, booth KPK di dalam juga dipenuhi aktivitas seperti dongeng dan lomba foto. Ada banyak board game yang dipajang, semuanya mengajarkan kejujuran dan anti-korupsi. Sebenarnya Dudu kepengen beli, tapi pas kami sampai di sana, boothnya sedang penuh karena ada acara dongeng anak-anak. Yang ada, Dudu jadi mengambil brosur tentang gratifikasi. 

31 August 2017

Cerita dan Harapan untuk MRT Jakarta

Weekend itu seperti biasa saya dan Dudu pergi ngedate. Di perjalanan, menjelang keluar jalan tol yang tersumbat karena lampu merah, saya iseng-iseng bertanya, “bagaimana ya supaya Jakarta tidak macet lagi?”

“Kalau Jakarta punya MRT yang selalu tepat waktu nanti juga tidak ada yang mau naik mobil lagi seperti di Singapura,” jawab Dudu cuek sambil main Minecraft di tabletnya. 


Mencoba naik MRT di Jakarta Fair


Naik busway dong. Naik Commuter Line juga sudah enak sekarang. Saya sering bertanya-tanya sendiri kenapa saya masih memilih menyetir mobil menembus kemacetan, dan bersusah-susah cari parkir. Saat ngobrol-ngobrol dengan adik saya, tentang pengalamannya naik busway, saya menemukan alasannya: saya tidak percaya transportasi umum Jakarta. Saya pernah naik busway ke satu interchange hanya untuk menemukan bahwa bus di koridor satunya sudah tidak ada lagi, padahal masih 30 menit dari jam koridor tersebut berhenti beroperasi. Masalahnya, ketika saya bertanya di halte tempat saya naik, si petugas meyakinkan bahwa bus di koridor sana masih ada.

Saya lalu kembali ke halte awal dan mencari jalur lain untuk tiba di halte dekat rumah saya. Perjalanan saya jadi ekstra 30 menit dan saya kehilangan kepercayaan dengan busway. Kalau busway yang menurut saya paling reliable dan comfortable saja begitu, bagaimana yang lainnya? Karena itulah saya masih memilih memegang kemudi.

Lalu apa yang saya tunggu dari MRT Jakarta? Transportasi umum yang dapat diandalkan. Karena itu kita harus bekerja bersama #UbahJakarta

25 July 2017

Bermain (Lebih) Murah di Jakarta

Saya percaya hak anak adalah bermain. Saat ini, hal yang merupakan kebutuhan dasar dan sebenarnya mudah dilakukan ini semakin mendapatkan banyak halangan dari semua sudut pembangunan ibukota. Masa kecil saya yang penuh dengan petualangan bermain sepeda di komplek rumah sudah tidak bisa diwariskan ke Dudu yang kini tinggal di apartment. Harga bermain sekarang ini semakin mahal, meskipun permainannya semakin beragam.

Dengan mahalnya harga tiket masuk indoor playground di sekitar tempat tinggal saya, gadget terlihat sebagai alternative yang lebih praktis dan terjangkau. Namun saya masih mencoba mencari cara agar Dudu juga bisa bermain seperti saya dulu, ketika yang namanya HP belum lahir. Caranya? Ya kita rajin cari promo dong.


Dufan Saat Lebaran
Ketika bulan puasa tiba, beberapa taman bermain seperti Dufan mulai mengeluarkan harga promonya termasuk untuk annual pass yang dapat digunakan sepanjang tahun. Tahun lalu saya mendapatkan annual pass seharga Rp. 270,000/orang. Meskipun akhirnya kita tidak sesering itu ke Dufan karena musim hujan yang tak kunjung reda keburu datang, tapi kita senang memiliki alternatif ke Dufan kalau sudah stuck entah mau ke mana lagi. Masuk ancolnya mahal? Coba masuk pagi-pagi sekitar jam 7, lalu duduk nongkrong buka laptop di Pasar Seni atau jalan pagi berkeliling Ecopark. Selain cari parkir lebih mudah untuk yang bawa kendaraan pribadi, tiket masuk Ancol juga lebih murah.

18 July 2017

Seperti apa Museum Nasional Saat Ini?

“This museum is testing my patience,” ujar seorang anak bule yang diminta menitipkan backpacknya sebelum memasuki ruangan pameran. Itu terjadi setelah kita tidak bisa masuk lewat pintu parkiran, melainkan harus naik lewat jalan keluar mobil karena loket ada di atas dan pintu yang ke parkiran hanya digunakan untuk keluar. Museum yang aneh ini adalah museum tempat saya field trip waktu SMP. Namanya Museum Gajah. Familiar?



Dan sekali itu saya mengajak si anak bule, alias Dudu, ke Museum Nasional karena kita sudah mentok tidak tahu mau pergi ke mana lagi. Ah, kenapa harus dimulai dengan Dudu yang ngedumel? Untungnya seiring perjalanan dari satu lantai ke lantai berikutnya, Dudu sudah ceria lagi. Sudah lupa sama hal—hal yang merepotkan di depan tadi. Dari sini saya belajar satu hal: kalau masuk tempat wisata di Indonesia, jangan keburu jadi ilfil dengan apa yang ada di depan, tapi coba nekat masuk terus ke dalam karena bisa saja kita bertemu banyak benda dan pengalaman berharga.

Karena itu saya dan Dudu bertekad untuk lebih sering bermain ke museum yang ada di Indonesia.

14 November 2016

Delicious Musical Bibap in Jakarta

Kemarin mungkin adalah hari Sabtu dengan paling banyak tawa yang pernah terjadi. Mulai dari reuni teman kuliah saat makan siang, yang namanya ketawa, tidak berhenti sampai berakhirnya show Musical Bibap di jam makan malam. Bibap? Yes, yang tahu Nanta Show wajib nonton Bibap juga.

Thanks To Tiwi for the picture :)
Ini Bibap menurut Dudu:"Bibap adalah permainan musik dengan tema memasak dan lucu juga dari korea. Di sini ada dua Master Chef: Green Chef dan Red Chef. Mereka bertanding memasak Japanese sushi, Italian pizza, Chinese Chicken rice dan korean Bibimbap. Pemenangnya tergantung pilihan penonton bisa jadi Green Chef atau Red Chef. Ada scene dodge ball dengan bantal. Sesungguhnya aku berharap Green Chef yang menang. Setelah kemenangan ada beat box bermain music rock."

09 March 2016

Jakarta Toys & Comics Fair 2016

Ritual tahunan kita adalah pergi ke Jakarta Toys & Comics Fair di Balai Kartini setiap bulan Maret dan spending uang angpao Dudu di sana. Kali ini petualangan kita sedikit berbeda karena ditemani zombie dan tongkat selfie.

Biasanya kita berdua jadi salah satu pengunjung pertama. Tahun lalu bahkan sampai beli tiket pre-sale. Namun kali ini tidak ada cerita mengantri hari Sabtu pagi di Balai Kartini karena si Dudu sakit. Dari Jumat sudah bertaruh, kalau tidak sembuh ya berarti kita terpaksa melewatkan kencan tahunan kita ini. Tapi karena si Dudu sudah bertekad untuk sembuh, jadi hari Minggu kita berangkat untuk hunting action figure pelengkap ceritanya. 


Foto pakai monopod. Dudu yang keker, Dudu yang pencet tombol. Untung sukses di percobaan perdana.

25 October 2015

Berkenalan Dengan Korean Food

Ada yang bilang dari perut sampai ke hati. Well, kalau Korean Food alias K-Food, sebenarnya agak terbalik. Anyway, minggu lalu, saya dan Dudu nge-date di acara K-Food Fair 2015 di Kota Kasablanka.


26 September 2015

Time Travel on Foot at Passer Baroe

It's always nice to walk back in time. Sekali ini beneran jalan kaki ke masa lalu bersama Jakarta Walking Tour sebagai Bagian dari workshop TravelNBlog. Bukan hanya sejarah, tapi juga nostalgia karena Pasar Baru banyak menyimpan cerita masa kecil saya.

27 May 2015

Bazaar Food Adventure with Dudu

Bukan pencinta bazaar tapi saya terbawa oleh teman-teman yang hobi mencoba makanan aneh-aneh. Jadi, pada satu kesempatan, saya membawa Dudu mengunjungi bazaar Mom & Kids Shophoria di Grand Indonesia dan mampir ke tenant makanannya. Lalu apa kata Dudu tentang makanan tidak biasa yang dijual di bazaar?

Pooki Bbang rasa cream cheese

Pooki Bbang
Instagram: @pooki.bbang
Lebih dikenal dengan nama Poop bread (ewwww), makanan ini rasanya ya standar adonan kue. Antara kue cubit, kue martabak, ya pokoknya kue yang empuk-empuk gitu. Bedanya, ada isinya cream cheese atau nutella... dan cetakannya yang seperti poop. Harganya Rp15k satu buah dan cukup kenyang kalau buat snack sore. Yang jelas harus dimakan sebelum dingin. Kalau sudah tidak panas jadi tidak enak.

Dudu ketawa tanpa henti melihat poop bread ini. Maklum anak seumuran dia menganggap hal-hal seperti ini adalah jokes. Tapi surprised dia suka banget, dan habis makan 1 buah yang isi cream cheese.

Kata Dudu: "Enak, Ma. Tapi cream cheesenya terlalu banyak jadi rotinya tidak terlalu berasa. Mungkin lain kali aku mau pesan yang cream cheesenya setengah aja, jadi tidak membuat rotinya hilang."



Twisto Potato
Instagram: @twistopotato
Kentang yang diurai lalu digoreng ini cukup seru saat dimakan. Ditaburi bumbu dan keju yang warnanya cukup "mengerikan", rasanya enak banget untuk pencinta msg dan makanan alternatif seperti ini. Ada Twisto Dog juga yang tengahnya pake sosis (harga Rp35k) baru dibungkus uraian kentang. Kemarin saya pesan yang keju dan mayonaise rasanya enak. Kalau tidak pakai bumbu, kentangnya agak hambar.

Tapi yang hambar itulah yang dipilih si Dudu. Mana mau dia makan yang pakai saos? Hot dog aja clean tanpa saos, apalagi kentang pakai ditaburin keju bubuk. Jadi kita order 1 yang no topping.

Dudu: Makannya susah Ma.
Mama: Ya dicopotin aja dulu.
Dudu: Yahhh copot beneran.
Mama: Ditusuk aja lagi.
Dudu: Mama boleh tolong potongin jadi aku tinggal tusuk trus makan?
Lah? Ini kan makannya kayak sate. Gimana sih, Dudu?


Kata Dudu: "Sosisnya enak tapi kentangnya tidak enak, tidak ada rasanya. (soalnya kamu ngga pake topping Du) Makannya sedikit susah tapi seru dan membuat aku kenyang."



Mighty Choice
Instagram: @mightychoicejkt

Es krim berbentuk tanaman mini ini sejak awal sudah menggoda. Dudu yang sibuk saya godain apa dia mau makan "tanah" sudah mengomel duluan. Untungnya topping es krim ini kesukaan dia: oreo dan marie regal. Jadilah kita order es krim vanila dengan oreo topping (Rp28k). Dudu agak repot soal es krim karena selain hanya suka rasa vanila, biasanya dia tidak suka es krim yang dicampur macam-macam. Paling cone-nya es krim. Tapi yang ini dia coba juga.

Bentuk dan konsepnya menarik. Tapi kalau soal rasa ya it's vanilla ice cream. Tau Dudu hanya icip sedikit saya beli yang pakai alpukat deh haha.

Kata Dudu: "Enak kok, Ma. Dari bazaar tadi aku paling ingat sama yang ini meskipun aku hanya makan 2 sendok. Kan Es krim dengan Oreo. Pot-nya kita simpan dan bawa pulang ya, Ma. Aku mau gunakan untuk menanam kacang hijau."

Ternyata hunting makanan di bazaar seru! Next time kita mau coba apa lagi ya?

09 May 2015

Kisah si Bantal Rubah dan Belajar Menjahit

Gara-gara baca Crayon Shinchan, Dudu jadi penasaran dengan menjahit. Gingersnaps Mom&Me Fun Day kali ini datang di saat yang tepat. Mama yang terobsesi dengan bantal rubah super lucu dan Dudu yang lagi semangat mau mencoba menjahit berkolaborasi membuat satu karya masterpiece (ciehhhh)



Dulu kita pernah ikutan juga Gingersnaps Mom&Me Fun Day. It left such a memorable impression that when we saw the announcement on Gingersnaps Instagram, kita langsung daftar lagi. Padahal yang ini tempatnya jauh -- di Mall yang hampir tidak pernah kita kunjungi. Sekali-sekali kencan kita ganti suasana.

Acara dimulai dan Dudu (seperti biasa) jadi satu-satunya peserta laki-laki di acara Art and Craft. Dudu pun sempat protes. Ups. Maaf ya, Du. Tapi antusiasmenya kok melebihi peserta perempuan. Acara dimulai pukul 2 dengan pembagian bantal, pola dan kain flannel untuk digunting. Mama dan Dudu harus bagi tugas biar cepat selesai. Siapa yang menggunting, siapa yang mencetak.

Dudu: Aku tidak bisa menggunting garis yang tidak lurus.
Mama: Eaaaa... dicoba ajalah. Nih, caranya begini.
Dudu: (mencoba) Yah, Ma, tergunting jadi miring...
Mama: Ya sudahlah daripada kamu yang mencetak pola....
Dudu: Iya sih.



Jadi, setengah jam pertama penuh ketegangan dan pembagian tugas yang berantakan. Belum lagi Mama yang lupa mencetak kuping kedua si rubah. Ketika tiba saatnya untuk menempel, semua jadi lebih mudah. Dudu menuangkan lem sementara Mama menempel. Dan tante Amesh (check out her insta at @_dreamesh) yang jadi pengajar menanyakan siapa yang mau menjahit.

Dudu: Aku!!!!
Mama: Hah?
Dudu: Ini seperti di Crayon Shinchan, Ma. Ingat kan cerita yang... bla...bla..bla...




Singkat cerita, Dudu dapat kursus singkat memasukkan benang ke jarum dari Tante Dreamesh. Dan hebatnya dia langsung bisa. Mamanya yang kaget haha. Menjahit bukan perkara mudah buat Dudu karena dia tidak sabaran. Perlahan tapi pasti dia menjahit bagian mata dan ekor dari si rubah. Lalu ditempelkan di bantalnya. Hasilnya? Memang tidak seindah aslinya, tapi saya tetap senang. Bantal Rubah yang lucu ada di pelukan dan ada seorang anak kecil yang super bangga karena dia bisa menjahit. 






So, selain gambar pameran hasil karya kita berdua ini, saya mau sharing kenapa menjahit itu bagus untuk anak-anak. Menurut Patch.com, menjahit melatih konsentrasi, hand-eye coordination, dan motorik halus. Untuk anak 8-12 tahun, kegiatan ini juga berguna untuk belajar mengikuti instruksi dan pola serta melatih percaya diri karena berhasil mengerjakan sebuah tugas sampai selesai.

#DateWithDudu kali ini kita belajar sesuatu yang baru.



17 March 2015

Museum Ceria Family Weekend Special: Aku Diponegoro

Sebagai seorang murid sekolah internasional, Andrew tidak kenal pahlawan nasional. Mendaftarkan dia ke Museum Ceria Family Weekend Special “Aku Diponegoro”, yang diselenggarakan tanggal 1 Maret 2015 kemarin di Galeri Nasional, memberikan sebuah perspective baru bagi anak yang mukanya lebih mirip kompeni daripada sang pangeran.


Perjalanan hidup Pangean Diponegoro dalam rangkuman
Perjalanan hidup Pangean Diponegoro dalam rangkuman
Terlambat 20 menit gara-gara Car Free Day (seharusnya kita ambil yang sesi siang saja haha), Andrew masih sempat ikut art and craft. Namun dia sudah tertinggal storytelling sesi pertama dan akhirnya ikutan di sesi kedua bersama beberapa teman yang terlambat datang juga. Ternyata anak jaman sekarang berbeda pandangan dengan jaman saya kecil dahulu. Soalnya waktu storytelling Pangeran Diponegoro, ada percakapan begini.

Kakak Museum: Siapa itu Pangeran Diponegoro?
Dudu: Orang nyeker ini… (sambil menunjuk wayang Pangeran Diponegoro yang nyeker).
Kakak Museum: Waktu kecil, meskipun anak raja, Pangeran Diponegoro tidak mau tinggal di istana. Siapa yang tahu kenapa?
Dudu: Pasti karena di istana tidak ada AC….
Anak di sebelah Dudu nyeletuk: Pangeran Diponegoro tinggal di kampung gitu?
Dudu: Pangeran Diponegoro tinggal di kampung agar tidak sombong. Soalnya kalau sombong kan tidak baik, nanti kena batunya….
Kakak Museum: Lalu Pangeran Diponegoro main layangan….
Dudu: Tante… kenapa main layangan? Apa tidak ada permainan yang lebih keren sedikit? Apa Pangeran Diponegoro tidak tahu caranya main petak umpet?
Anak di sebebelah Dudu nyeletuk lagi: Masa Pangeran tidak punya iPad?
Pangeran yang ini cuma punya rempah-rempah dan tanah leluhur…




Mendengar Dudu terkaget-kaget kenapa bangsa Indonesia yang prajuritnya nyeker dan hanya pakai keris serta bambu runcing bisa melawan Belanda yang pakai sepatu boot dan pakai senapan, saya jadi geli sendiri. Tidak masuk akal memang.

Kakak Museum: Pada saat berunding, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda.
Dudu: Pasti karena istrinya berkhianat dan bersekongkol dengan musuh…

Dudu kebanyakan nonton Mahabaratha dan Jodha Akbar di TV kayaknya. Ini cerita sejarah lho bukan sinetron atau drama kolosal. Dan kenapa harus istri yang berkhianat?

Setelah storytelling berakhir (fiuh), kita segera menuju ruang pameran untuk berburu petunjuk. Sejak masuk museum saya sudah mewanti-wanti Dudu bahwa ini Museum untuk orang dewasa jadi anak-anak tidak boleh pegang-pegang sembarangan, harus mengikuti garis hitam dan tidak boleh bersandar di dinding sebelah lukisan. Ketika petunjuk di kertas membawa Dudu ke depan lukisan karya Sudjojono yang harganya 7 Milyar (apa 75 milyar ya?), anaknya langsung shock. Hanya lukisan saja bisa segitu mahal? Well, dia jadi belajar tentang nilai sebuah karya seni.


Sibuk memecahkan puzzle


Mencari sang pangeran di koin kuno
 Yang paling menarik tentu saja benda pusaka Pangeran Diponegoro yang disimpan pada ruangan terpisah dengan suhu lebih dingin. Masuk ke sini juga diwajibkan melepaskan alas kaki. Lalu ada karya seni senapan yang digantungkan menghadap ke lukisan, ada portret Diponegoro versi perempuan yang membawa senapan, kain batik, wayang, patung emas, ampli gitar hingga satu karya yang menggambarkan Pangeran Diponegoro di surga dan dikelilingi permen manis. 

We had so much fun! Andrew pas pulang senang bukan main karena berhasil memecahkan puzzle dan bisa membawa pulang wayang karton Pangeran Diponegoro. Sepanjang perjalanan pulang di mobil dia sibuk memainkan wayangnya. Seru. Well, seandainya jaman saya sekolah dulu ada yang seperti ini, saya tidak perlu menghafalkan sejarah pakai trik. Seperti bahwa Perang Diponegoro terjadi pas maghrib… 1825-1830 (kalo ngga salah).


Lukisan ini ibuat dari gambar yang kecil-kecil lho

Soalnya Andrew suka senapan...
Toh, meskipun tidak belajar sejarah Indonesia di sekolah, sekarang Dudu jadi tahu siapa itu Pangeran Diponegoro dan apa perannya bagi bangsa Indonesia. Kita berdua jadi sering nge-date ke museum dan galeri nih!

30 January 2015

Doraemon 100 Secret Gadget Expo

Setelah sejak November merencanakan datang ke sini, akhirnya kesampaian juga #DateWithDudu at Doraemon 100 Secret Gadget Expo. 





Kita pergi hari Sabtu, pagi-pagi sudah sampai Ancol. Kalau punya tiket Expo yang dibeli di luar, masuk Ancolnya diskon. Tapi kita belum beli tiket, jadi datang pagi-pagi biar masuknya murah dan beli tiket pake Flazz biar dapat diskon 20%. Yeay! Hitung-hitung sekalian rekreasi di pantai.

Doraemon 100 Secret Gadget Expo ada di Ancol Beach City lt.2. Jam buka mulai jam 10.00 – 22.00 dan harga tiketnya Rp95,000 untuk dewasa dan Rp55,000 untuk anak-anak 5-12 thn (belum termasuk pajak 10%).



Tiketnya aja lucu banget!
Kita masuk pas jam 10, jadi masih sepi. Andrew sudah heboh dari sebelum beli tiket. Maklum, fans berat Doraemon. Ada doko demo door/doa alias pintu kemana saja, dan dua Doraemon menyambut kita masuk ke area expo. Yang satu biru yang satu kuning. Begitu masuk Expo, kita disuguhi cerita tentang kenapa Doraemon berubah warna.

Jadi ceritanya, konon, Doraemon awalnya berwarna kuning dan memiliki kuping. Makanya si Dorami juga kuning ya. Lalu suatu hari kupingnya digigit tikus. Karena sedih Doraemon mencoba minum obat bahagia, tapi kesedihannya membuat warna kuningnya luntur menjadi biru dan suaranya menjadi serak. Ooo... pantesan suara Doraemon sekarang begitu (even dubbing yang di TV juga serak).





Naik mesin waktu sama Doraemon
Dari kisah awal mula, kita “naik mesin waktu” ke museum gadget Doraemon. Masuk ke arena utama, kita disambut banyak Doraemon, dengan gadget masing-masing dan expresi yang lucu-lucu. Karena masih sepi, kita bebas foto-foto. Bahkan bisa foto pakai timer. Maklum, kalau nge-date ini kesusahan kita ya foto berdua. Hehehe. Lumayan jadi ada foto bertiga sama Doraemon. 



Kalau membaca satu per satu cerita si gadget, agak lama juga sampai ke ujung, kita berdua sih heboh masing-masing membaca gadget favorit kita. Soalnya setelah area secret gadget kita masih harus melewati bagian cerita Doraemon. Nah di sini kita bisa menyaksikan pernikahan Nobita dan Shizuka... walaupun agak aneh kenapa di kue pernikahannya ada inisial N dan S ala kue di pernikahan Indonesia dan bukannya “no” dan “shi” pake hiragana hehe. Lalu kita bisa ikut naik mesin waktu! Nah, di sini kita bisa minta difotoin sama Mbaknya dan membeli hasil cetak yang sudah di-frame seharga Rp80,000 di akhir “petualangan”.






Di arena ini juga kita bisa mengintip lewat lubang ke mana saja (yang nyambung ke kamar Shizuka), pura-pura naik takecopter alias baling-baling bambu. Bisa pura-pura mencoba senter pengecil dan payung cinta. Bisa juga naik panggung sama Giant (kalau tahan sama suaranya).

Akhirnya kita sampai pada akhir petualangan dan bertemu shopping area. Ada banyak barang yang memanggil-manggil untuk dibeli nih.
Dudu: Ma, ada roti pengingat.
Mama: Buat apa?
Dudu: Supaya ulangannya bagus.

Harga barang berkisar antara Rp49,000 (ada rak khusus untuk yang dibawah Rp50,000) hingga ratusan ribu. Sebenarnya saya naksir bantal dorayaki dan tas yang ada kantong ajaibnya. Ya, namanya tas ibu-ibu kan biasanya sudah mirip kantong ajaib ya, semua bisa masuk di sana. Haha. Oh iya, tempat shopping untuk official merchandise dan yang barang-barang doraemon lokal (yang biasanya dijual juga di tempat lain seperti Gramedia atau Toys City) dipisah lho.




Total waktu yang kita habiskan di Doraemon Expo ini, termasuk shopping, hanya 1 jam. Doraemon Expo masih ada sampai 8 Maret 2015, jadi masih ada waktu buat yang belum berkunjung untuk mampir ke sini. Lumayan kalau mau sekalian ke Ancol. Habis dari sini kalau mau ke Gelanggang Samudera atau ke Atlantis juga masih panjang waktunya, atau bisa juga dibalik habis keliling Ancol baru sorenya ke sini. 



Hasil foto pakai timer. Lumayan kan?
Saya sih kalau ke Ancol biasanya foto-foto sama anak. Sekalian hunting buat instagram. Kalau mau lihat hasil foto dan cerita dibaliknya, tunggu postingan selanjutnya hehe.