13 February 2013

Mengubah Aktif Jadi Kreatif

"Ibu, anaknya ngga bisa diam ya?"
Saya sering mendapat "teguran" itu dari orang lain. Biasanya saya tanggapi dengan senyuman. Atau kalimat standard "namanya juga anak kecil, energinya masih banyak."

Tapi memang anak saya, yang sekarang usianya sudah 6thn itu, ngga bisa diam. Termasuk kategori anak aktif. Kalau tidak diberikan kegiatan, maka dia akan mencari kesibukan sendiri. Dan bisa ditebak, yang selanjutnya terjadi adalah seluruh rumah (mulai dari tembok ruang tengah hingga kamar mandi) menjadi 'korban' kreativitas si anak. 

Kadang saya iri pada ibu-ibu lain yang anaknya bisa duduk manis makan di restoran, sementara anak saya harus punya mainan untuk membuatnya duduk. Kalau kita pergi ngedate di akhir pekan (yes, kita punya acara date akhir pekan karena saya ibu bekerja yang jarang punya waktu berdua saja dengan anak semata wayang saya itu), tas saya sudah seperti kantong doraemon.

Saya berpikir, kalo sudah lewat masa pake popok, ngga ada lagi tas besar berisikan perlengkapan bayi. Ternyata saya salah. Ukuran tas tetap sama, isinya saja yang berganti.

Anak saya suka berimajinasi. Setiap ada lahan kosong, pasti dia mencari bolpen, pensil, krayon, spidol atau apa saja yang bisa untuk mencoret-coret dan menyalurkan imajinasinya. Waktu kecil, coretannya hanya berupa benang kusut tidak jelas. Seiring dengan bertambahnya usia, benang kusutnya mulai terurai dan berubah jadi istana penuh dengan zombie dan monster. Area menggambar yang dibutuhkan semakin besar karena ceritanya bersambung dan makin panjang.

Selain itu dia suka bercerita dengan mainan. Barbie saya jaman SD pun sudah dialih fungsikan sebagi "putri" yang harus diselamatkan jagoan ultramannya. Atau sebagai penyihir jahat musuh dari Kura-kura Ninja. Dan 'drama action' ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja asal ada mainan. Maka itu, di tas saya selalu ada mainan yang bisa dipakainya bercerita.

Meski ngedumel karena harus kerja extra bersih-bersih, saya selalu mendukung kreativitas anak saya, terutama kesukaan dia menggambar. Saya selalu menyelipkan buku gambar kosong dan sepaket pensil warna di dalam tas saat kami pergi untuk "ngedate" di akhir pekan. Saat makan siang di food court atau duduk-duduk ngopi di cafe, dia akan mulai menggambar. Di rumah, daripada dia melukis di tembok, saya mengarahkan dia mencoret-coret kaca dengan spidol papan tulis.

Buat saya memperhatikan dia menggambar adalah momen spesial. Soalnya kalau menggambar dia sambil cerita. Begitu juga dengan main robot-robotan. Dan ceritanya selalu seru! Beberapa waktu lalu, teman saya dan putrinya yang baru berusia 3 tahun bergabung dalam acara ngedate kami. Putrinya diam saja memperhatikan anak saya bercerita, sesekali ikut memainkan mainannya. Teman saya kemudian bilang "anakmu kreatif banget ya?"

Kalau sudah begini, aktif juga tidak apa-apa kok. Kan jadi kreatif. Dan saya selalu bangga sama anak saya.

Tulisan ini diikutkan lomba blogging Seven Seas. Ngga menang sih, cuma entah gimana, saya senang nulisnya.