Hari ketiga puasa, undangan buka puasa bersama sudah mulai berdatangan. Di setiap grup WA ada semangat untuk berkumpul dan buka puasa bersama. Terutama yang grupnya aktif tapi jarang berkumpul bersama di dunia nyata. Tapi pada setiap kesepakatan buka puasa selalu ada cerita begini:
Satu grup WA 30 orang.
Begitu diajak “bukber yuk!” yang semangat ada 25 orang.
Ketika tanggal ditentukan, ada 20 orang yang yakin ikut.
Ketika tempat dibooking tinggal 15 orang.
Hari H 12 orang yakin datang tapi yang beneran muncul hanya 8 orang.
Itu pun yang sedang puasa hanya 2 orang.
Sisanya antara memang tidak puasa atau sedang berhalangan.
Tapi tetap meriah, tetap seru dan tetap jadi momen yang ditunggu-tunggu. Kenapa?
Di lingkungan pertemanan saya, ajakan “bukber yuk!” kebanyakan datang dari yang memang tidak puasa. Bahkan bagian koordinasi dan booking restoran juga dilakukan oleh yang tidak berpuasa. Mungkin seperti saya, momen buka bersama adalah kesempatan berkumpul bersama teman-teman, terutama yang satu grup WA, aktif, tapi jarang bertemu muka karena kesibukan masing-masing. Soalnya, kalau namanya buka bersama pasti kebanyakan berusaha meluangkan waktu untuk berkumpul ataupun menyempatkan mampir setelah jam buka puasa. Termasuk saya. Karena buat saya yang terpenting adalah silaturahmi alias menjaga hubungan. Dalam beberapa kesempatan buka bersama, saya menemukan teman yang ikut hadir walaupun tidak makan karena selain memang tidak puasa, dia sedang diet dan tidak makan di atas jam 5 sore. Lalu ada satu orang teman yang sulit sekali ditemui setelah berkeluarga, tapi masih mau menyempatkan diri datang walaupun pulang pukul 7 untuk menyiapkan makan malam untuk suaminya.
Karena itulah bukber jadi special.
Kegiatan utama buka puasa bersama ya tentu saja makan. Bukan hanya makan, tapi juga mencoba restoran baru. Ada beberapa tempat makan yang kalau hari biasa terlalu mahal untuk kantong karyawan, begitu Ramadhan tiba mendadak punya paket buka puasa yang harganya terjangkau. Selain itu, buka puasa bersama jadi kesempatan “diet” karena saya akan ikut makan malam lebih awal dan pulang ke rumah lebih cepat. Lalu, biasanya kabar yang dibagikan sambil makan juga kabar bahagia. Lengkap kan.
Buka puasa tahun ini jadi ekstra special karena juga dilakukan sambil belajar ujian Bahasa Korea yang jatuhnya H-7 Lebaran haha. Ngabuburit kita memang sangat bermanfaat.
Bicara soal manfaat, saya beberapa kali ikut acara buka puasa bersama di panti asuhan dan di rumah teman dengan mengundang anak yatim. Tahun ini, karena bertepatan dengan ujian si Dudu, pengurusan KITAS dan jam kerja kantor yang tidak berubah, saya jadi belum dapat mengikuti salah satu buka puasa bersama yang sekaligus dengan kegiatan amal. Kemarin, akhirnya saya hanya ikut berdonasi untuk acara Blogger Care, berbuka bersama Panti Asuhan Yayasan Amal Wanita di Ciputat, Tangerang Selatan. Acara ini merupakan kolaborasi Indonesian Social Blogpreneur (ISB) dan BloggerCrony Community (BCC), dan mengikuti perkembangan donasi serta antusiasme semua pihak membuat saya jadi terharu.
Photo courtesy of Ani Berta |
Photo Courtesy of Agatha Mey |
Karena itulah, meskipun tidak merayakan, Ramadhan selalu ditunggu-tunggu. Masih ada satu minggu lagi ke depan dan jadwal buka puasa tidak berkurang juga karena beberapa teman memilih tidak mudik dan mendatangkan orang tua ke Jakarta.
Yuk, yang masih mau bukber.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.