27 April 2015

Mengatasi Dermatitis Seboroik

Melanjutkan kisah saya mencari solusi buat kulit kering yang berakhir di klinik ERHA, sekarang sudah ada kelanjutannya. Dari awal percaya tidak percaya ternyata manjur juga buat muka saya yang sekarang sudah tidak merah-merah dan kering lagi.

Balik lagi ke diagnosa waktu itu, Dermatitis Seboroik. Penasaran berat sama penyakit (emang ini penyakit?) yang satu ini, saya akhirnya browsing di Google.

Kalau menurut WebMD, tempat saya biasa browsing masalah kesehatan, Seborrheic Dermatitis adalah radang pada kulit yang gatal, merah dan seringkali diikuti dengan kulit mengelupas seperti ketombe atau cradle cap pada bayi. Penyebabnya beragam mulai dari stress, udara yang kering, jamur hingga genetis. Hm... setelah dipikir-pikir, dulu waktu bayi si Dudu juga kulitnya suka merah-merah dan kering begini lho. Jangan-jangan memang genetis. Kesan pertama, seperti eksim atau reaksi alergi. Pada bayi, banyak ibu yang salah mendiagnosa penyakit ini dengan ruam popok biasa.

Lalu bagaimana dengan obat-obat yang diresepkan oleh dokter Marsia? Untungnya manjur. Seminggu pertama saya rajin cuci muka pagi dan malam, sekaligus menggunakan pelembabnya. Berusaha setengah mati tidak bengong, soalnya kalo bengong tangan saya jahil. Kalau malam yang merah-merah juga saya oleskan salep. Minggu kedua mulai bolong-bolong, kadang malamnya lupa lalu ketiduran, kadang paginya kesiangan bangun lalu cuma cuci muka pakai air. 


Koleksi obat yang diresepkan
Untungnya setelah sembuh, kulit muka saya juga tidak terlalu rewel. Tapi memang sabun pencuci muka yang diberikan oleh ERHA berbeda rasanya dengan sabun yang biasa saya pakai. Sempat berpikir apa ini sugesti, tapi rasanya tidak juga karena kalau cuci muka pakai sabun dari ERHA, kulit saya tidak lantas kering. Meskipun saya skip pelembabnya (yes, kadang sengaja karena pengen tahu efeknya demi nulis blog ini), kulit saya tidak lantas kering dan si seboroik kembali lagi.
Krim pelembab. Yang kiri buat pagi, yang kanan buat malam
Keramas juga jadi lebih tricky, karena harus pakai scalp gel 30 menit sebelumnya. Awalnya panik karena, wah, kapan nih sempat pakai scalp gel dulu baru keramas? Pas curhat ke seorang teman yang juga pasien ERHA, dia bilang kalau 30 menit itu minimum. Jadi dia selalu pakai scalp gel pas mau tidur lalu keramas keesokan harinya pas mandi pagi. Efeknya sama. Saya lalu mencoba. Yang membuat takjub ya itu, 2x keramas sudah hilang seboroik yang di kepala.

Setelah itu saya ganti-ganti dengan shampoo saya yang biasa sesuai petunjuk dr. Marsia. Oh iya, saya juga tetap pakai kondisioner yang biasa, dan tidak efek ke kesembuhan kulit kepala saya. Surprise sekali dengan hasilnya.

Banyak yang notice dengan kepergian si Seboroik dari muka saya. Ada yang bilang mungkin saya tidak stress lagi. Atau bisa juga karena si Dudu sekarang dengan rela mematikan AC kamar di siang dan sore hari. Tapi yang penting efeknya sudah terlihat dan sekarang saya lebih PD difoto. Hahaha.

Ngga kalah mulus kulitnya sama si Dudu sekarang
Kalau semua ini habis, harus belanja ke ERHA Aphotecary. Mahal ngga ya?

24 April 2015

Merencanakan Liburan Ke Singapura Lagi

Gara-gara Travelio, situs seru yang bikin ketagihan nawar kamar hotel, kita jadi semangat merencanakan liburan.

So, ceritanya di mulai dari mana ya? Hm... Suatu hari waktu browsing timeline Twitter saya menemukan Twit tentang Travelio. Apaan nih? Pas browsing, ternyata ini adalah website impian saya. Soalnya waktu jaman kuliah di Amrik dulu, saya dan anak saya si Dudu punya hobi road trip dan cari hotel murah melalui web seperti Travelio ini, yang memudahkan kami berdua menginap sesuai budget tapi masih mendapatkan hotel yang layak. Sekarang, it's a dream come true to find that service here in Indonesia too... even better, bisa sampai Singapore.


Aula tengah Singapore Science Center yang melegenda
Singapore is our regular destination comes school holiday. Waktunya memperbaharui koleksi buku bacaan, waktunya lepas sedikit dari kemacetan dan waktunya bermain sepuasnya di tempat-tempat yang kids friendly. Seperti Singapore Science Center. Tempat wisata yang satu ini tidak ada matinya. Sejak saya kecil hingga sekarang anak saya, "museum" ini selalu menjadi favorit. Ada banyak yang bisa dipelajari di sana, dan semuanya bisa dipegang dan dicoba oleh anak-anak sehingga mereka pasti senang. Yang serunya lagi, selalu ada yang baru di Singapore Science Center. Kita sudah tiap tahun ke sana dan setiap kunjungan selalu berbeda.


Children's Garden di Garden By The Bay
Garden By The Bay memang destinasi baru, tapi populer untuk keluarga karena bisa dinikmati semua orang dengan gratis. Kita bebas masuk dan jalan-jalan di taman dan hanya bayar jika mau masuk ke dome atau naik ke atas pohon. Selebihnya free of charge, termasuk Children's Garden yang dikelilingi oleh rumah pohon dan berbagai mainan yang mengasah motorik skill anak. Ini yang saya senangi dari pergi ke Singapore, anak jadi tidak stuck di mall atau di rumah main gadget karena ada fasilitas yang memberikan alasan untuk bergerak aktif.


Baca Buku di Singapore Library
Tapi alasan utama saya dan Dudu ke Singapore adalah mencari buku bekas yang murah. Dan itu biasanya ditemukan di Bras Basah. Komplek yang menjadi favorit kami ini mudah dijangkau dari Orchard dan memiliki beberapa toko buku bekas dengan koleksi yang patut diacungi jempol. Untuk yang pergi dengan bayi atau balita, coba mampir ke National Public Library yang lokasinya tepat di sebelah Bras Basah Complex ini. Mampir ke bagian children section dan temukan petualangan sendiri. Jangan lupa cek kegiatan anak-anak yang ada hari itu, biasanya kita bisa ikutan secara gratis juga.

Nginepnya di mana? Cari di Travelio dong. Karena browsing dari mobile, pertama yang muncul adalah rekomendasi kota tujuan wisata. Kebanyakan di Indonesia. Wah, tapi Singapore-nya ngga ada. Setelah dicoba-coba, ternyata menggunakan kolom search di kiri bisa sampai ke Singapore. Tapi hotel di Singapore banyak, jadi kita harus pilih lokasi dulu baru bisa menentukan mau menginap di mana. Yang menarik adalah Travelio tidak sekedar menawarkan hotel, memberikan harga rata-rata tapi juga menampilkan review dan rekomendasi tujuan wisata. Wow. One-stop-shopping. Ini screenshot "perjalanan" saya di Travelio





Setelah menemukan hotel yang saya mau, Aqueen Hotel di Lavender, saya coba tawar sekarang. Saya bukan tipe menawar, jadi bingung mau masukin harga berapa.

Dudu: Mama, lagi ngapain? Main game?
Mama: Lagi cari hotel.
Dudu: Asyikkk mau pergi liburan kita ya.
Mama: Iya, ini lagi menawar harga hotel.

Dasar Dudu si anak untung rugi, dalam sekejap dia mempelajari ide menawar-nawar ini (ya anaknya memang begitu, beli mainan di mall aja dia coba nawar) dan langsung semangat. Tab saya sudah berpindah tangan.

Dudu: Loh kok jarumnya geser.
Mama: Itu berarti kemurahan, kemungkinan diterima jadi kecil.
Dudu: Tapi kalau segini kan untung, Ma. Setengah harga...
Mama: Ya terserahlah.


Saya nawar segini... kalau Dudu lebih sadis
Cari hotel murah caranya gimana?

  • Well, cari yang tidak pakai sarapan.
  • Lalu cari lokasi yang tidak terlalu populer. Kalau di Singapore ya hotel di Orchard pasti lebih mahal daripada di Lavender/Kallang.
  • Cari tahu juga fungsinya. Kalau staycation boleh yg ada kolam renang, fitness center dan lainnya. Kalau di Singapore yang kita pasti pergi pagi pulang malam, ya tidak perlu yang terlalu mewah.
  • Meskipun begitu, tidak ada salahnya nawar beberapa hotel dan lihat penawaran akhirnya berapa. Who knows kan? Biar cepat dan tidak terlalu lama browsing, perkecil jumlah hotel dengan filter yang disediakan Travelio. Filternya cukup lengkap lho, mulai dari harga, lokasi, bintang hingga fasilitas. Semuanya dilakukan dengan mudah lewat mobile oleh Dudu.
Dudu: Seru, Ma. Ini seperti main game saja.
Kayaknya next travelio kudu bikin apps deh. Hehehe...

Jangan lupa juga untuk cek email newsletter dan socmed Travelio buat tahu jadwal nawar gila-gilaan. Meskipun belum pernah mencoba yang ini, tapi saya penasaran.

Jadi hotelnya? Ya belum dapat. Selain tanggal liburan yang masih pas bulan puasa nanti, Dudu nawar harga hotel sampai setengahnya, jadi semuanya ditolak... Duh, beginilah kalau membiarkan anak kecil nawar. Besok coba lagi ah. Toh buka Travelio bisa dari mana saja.

22 April 2015

Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta

Beberapa waktu lalu saya ikutan acara klub buku dari Gagas Media. Membahas sebuah buku yang ditulis oleh salah seorang sahabat saya, Herdiana Hakim. Bukunya berjudul “Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta”, sebuah buku historical fiction dengan plot time travel yang membawa kita mengenal sosok Kartini. 


Jujur saya belum pernah membahas buku. Meskipun tertarik dengan issue tentang perempuan, gender dan sejenisnya, saya jarang menuliskan tentang itu di sini. Yah, secara general kan blog ini tentang petualangan saya bersama si Dudu, jadi sudut pandang seorang ibu sudah mewakili gender dan perempuan. Hehehe. Tapi karena ini postingan hari Kartini, bolehlah kita meleset sedikit dari postingan yang biasanya.

Oh ya, Dudu tidak kenal Kartini. Waktu TK sih sering ikut lomba baju daerah pas hari Kartini. Tapi sekarang, sejak masuk sekolah internasional, dia sudah tidak dekat lagi dengan yang namanya sejarah dan budaya Indonesia. Mungkin nanti akan saya kenalkan kepada sosok perempuan Jepara yang satu ini.

Balik lagi ke klub buku. “Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta” menceritakan tentang petualangan Jenny, seorang perempuan modern yang tergolong sukses dengan karir di bidang IT. Perempuan tegar dengan jiwa kompetitif yang tinggi. Suatu kejadian mempertemukannya dengan Diana, anak HRD yang mengidolakan Kartini. Ketika masalah datang bertubi-tubi, Jenny menggunakan tur napak tilas Kartini yang diikuti Diana untuk lari dari semuanya. Yang ada, dia malah “lari” ke tahun 1900 dan bertemu dengan Kartini dan keluarganya. Nasib membawa Jenny menemukan kebahagiaan di masa Kartini dan membuatnya enggan kembali ke masa depan? Jadi, apakah si perempuan modern ini akan tinggal selamanya di jaman Kartini?

Apa yang membuat buku ini menarik? Kartini sebagai sosok perempuan terlalu modern untuk jamannya, bertemu Jenny yang beneran dari jaman modern. Dan mereka cocok karena mirip. Sama-sama alpha female kalau kata sang pengarang buku. Di klub buku sih saya tidak mengakui kalau saya juga alpha female (minus jiwa kompetitif yang tinggi karena dalam hal ini saya merasa lebih mirip tokoh Kardinah dan sikap “ya sudahlah” ala Bondan Fade2Black). Soalnya orang tua saya mengajarkan bahwa perempuan harus bisa berdiri dengan kedua kaki sendiri. Terbukti, saya sekarang seorang single parent dengan satu anak, hidup tenang-tenang saja berpetualang berdua dengan si Dudu.

Sosok yang menarik di buku ini, menurut saya, justru Kardinah. Adik Kartini yang lincah dan ceria, yang menikah duluan namun tidak melihat pernikahan itu sebagai beban. Di klub buku, ada perbincangan bahwa Kardinah-lah yang punya happy ending. Saya penasaran tapi jujur belum sempat research. Sosok Jenny mewakili perempuan modern masa kini yang kadang terjebak oleh stereotype perempuan modern, dan Kartini adalah perempuan modern yang terjebak dalam lingkungan tradisi. So which one are we?



Grup Kartini modern saya :)
Hari itu, seperti cerita dalam buku, kita semua juga dipertemukan oleh seorang figur Kartini.

20 April 2015

Percakapan Tentang Superhero dengan Dudu

Film The Avengers: The Age of Ultron sudah di depan mata, sebagai seorang Mama yang baik, saya sudah siap-siap pergi menemani Dudu nonton sequel Avengers ini. Lalu percakapan muncul tentang superhero alias pahlawan super.


Apa itu Superhero?
"Pahlawan super adalah seorang pahlawan yang memiliki talenta atau kekuatan luar biasa yang digunakan untuk melindungi orang lain atau hal lain yang bertujuan mulia." ~Wikipedia
Tapi favorit Dudu adalah Iron Man, yang notabene hanya orang biasa kalau tidak ada bajunya. Captain America kuat karena obat, Thor kuat karena seorang dewa. Black Widow perempuan (biasa anak laki maunya yang laki juga) dan Hawkeye kemarin sempat jadi penjahat. Bruce Banner juga pintar, namun kalau jadi Hulk merepotkan (kalau menurut Dudu buang-buang uang untuk beli baju).
"Iron Man punya otak dan punya uang. Dia bisa membuat kekuatan apa saja yang dia mau. Buktinya dia bisa bikin baju yang mengeluarkan senjata dan Iron Man palsu waktu tertabrak truk." ~Dudu



Tapi kemiripan Dudu dengan superhero hanya sebatas biasanya dia dijauhi teman-temannya karena dianggap aneh…. Dan empati dia yang telalu besar untuk perduli dengan nasib orang lain. Dudu adalah orang yang sibuk memperingatkan orang lain untuk memberi jalan keluar pada yang mau keluar lift, orang yang mau mengajak anak lain ikutan main kalau dia lihat ada yang sendirian dan orang yang spontan mengambilkan barang jatuh. Meskipun saya selalu bilang kalau kadang berbuat baik itu percuma.

"The thing about a hero, is even when it doesn't look like there's a light at the end of the tunnel, he's going to keep digging, he's going to keep trying to do right and make up for what's gone before, just because that's who he is." ~Joss Whedon, Director of The Avengers Age of Ultron
Prinsip Dudu, kita tidak boleh menyerah. Belajar tidak boleh menyerah, berbuat baik juga tidak boleh menyerah.
Mama: Gimana sekolahnya?
Dudu: Tadi si David nakal lagi, Ma. Aku didorong ke tembok karena tidak mau kasih contekan.
Mama: Yaelah… trus, kamu diam saja?
Dudu: Kan David tidak sekelas, hanya ketemu satu lesson aja yang pas digabung pelajarannya.
Mama: Trus gimana? Ngga laporin ke guru?
Dudu: Dilaporkan ke guru juga percuma, setelah dihukum, trus apa? Dia akan kembali nakal lagi. Kita hindari saja. Nanti lama-lama juga dia bosan.

"It sounds cliched, but superheroes can be lonely, vain, arrogant and proud. Often they overcome these human frailties for the greater good." ~Tom Hiddleston (Loki)
Dan itu yang selalu saya ajarkan pada Dudu. Meskipun saya jadi khawatir kalau Dudu malah tertindas orang, terutama satu temannya yang kasar dan suka minta uang itu. Tapi ketika saya mau interfere, Dudu langsung melarang karena dia masih bisa mengatasi semuanya sendiri. Untungnya sekarang, menurut cerita Dudu, sang teman sudah tidak mengganggu dia lagi. Jadi Dudu yang menang dengan strateginya sendiri.

 

Jadi buat saya, Dudu adalah Superhero Cilik. Bukan karena dia punya kekuatan super dan dipuja-puja semua orang, tapi karena dia selalu mengingatkan bahwa kita harus berbuat baik. Meskipun sering mengeluh tidak diterima di gank sekolahnya karena dia tidak pintar pelajaran dan tidak pintar olahraga, tapi dia tidak pernah dendam. Tidak pernah putus asa juga karena dia selalu semangat belajar dan mengerjakan PR. Waktu saya seumuran dia, boro-boro punya semangat begitu. Talenta dan kekuatan luar biasa itu tidak selalu datang dalam bentuk fisik, tapi bisa juga datang dalam bentuk hati yang extraordinary besar untuk menerima keanehan dan kekurangan orang lain.

Termasuk menerima keanehan Mama yang biasanya lebih suka sama penjahat daripada jagoannya.

Dudu: Avengers Ultron, Ma.
Mama: Mama malas nonton.
Dudu: Yang pertama kok suka? Kita nonton 2x lho.
Mama: Soalnya yang pertama ada Loki. 10x juga bakalan Mama tonton.
Dudu: Kok Mama sukanya penjahat?
Mama: Soalnya Loki ganteng, charming, pinter lagi. Avengersnya malah sibuk berantem sendiri.
Dudu: Ah, Mama kacau! 
"Biarpun berantem sendiri, tapi mereka kan jagoannya, Ma. Dimana-mana itu yang baik pasti menang." ~Dudu

Psst, yang mau nonton Avengers gratis, ada kuis nobarnya lho di XY Kids. Ikutan yuk!
Jangan lupa nonton traillernya juga


18 April 2015

Pelajaran Belanja dari The Walking Dead's Andrea

Alkisah Mama dan Dudu pergi ke sebuah bazaar mainan di Balai Kartini. Jakarta Toys and Comic Fair (atau yang lebih dikenal dengan JakToysFair) ini sudah kita datangi tiap tahun dan kali ini saking semangatnya kita sampai beli tiket pre-sale di mini market 24 jam.

Pemandangan dari atas, demi mencari Andrea
Soalnya ada percakapan seperti ini terjadi sebelum Imlek.
Mama: Mau ada toys fair loh, Du.
Dudu: Oh ya?
Mama: Simpen angpaonya ya.
Dan angpaonya beneran disimpen sama si Dudu karena dia mau cari action figure The Walking Dead favoritnya.

Ternyata itu bukan perkara mudah, mencegah anak 8 tahun membeli action figure koleksi yang biasanya buat investasi dijual lagi, dan mengalihkannya untuk cari mainan yang memang buat dimainin. Permintaannya spesifik pula: harus cewek dan harus bawa pistol. Soalnya dari mainan yang dia punya, hanya karakter itu yang kurang. Cape dehhhh...

Kalau begini jadi mirip garage sale mainan
Koleksi Star Wars yang bikin kita berdua berhenti
Dari awal sudah bilang:
Mama: Kalau tidak ketemu jangan memaksa ya.
Dudu: Pasti ada, Ma. Toys fairnya kan besar.
Mama: Kalau mahal juga jangan dibeli.
Dudu: Kan duit aku.
Mama: Tetap saja. Belanja harus masuk akal.

Ngomong-ngomong masuk akal, barang pertama yang kita beli adalah NERF gun sebesar bazooka ala Ceras Victoria-nya Hellsing. Dan itu Mamanya yang beli (ups) karena harganya yang turun drastis hingga hanya Rp100rb..
Dudu: Kok jadi murah, Ma?
Mama: Soalnya ngga ada kardusnya.
Dudu: Ooo... Jadi harga kardus itu sampai 800rb ya. Mahal ya kardus. Kalau gitu kita cari mainan yang sudah berpisah dengan kardusnya saja. Aku tidak pakai kardusnya.



Lalu kita bertemu dengan Princess Leia yang punya 2 pistol dan tidak punya kardus. Sayang ukuran jagoan perempuan Starwars ini terlalu kecil. Andrew tetep ngotot mau cari Andrea sampai bertanya ke setiap penjual yang ada. Lalu kita bertemu seri Resident Evil yang harganya 750rb per-buah. Dudu ngobrol asyik dengan penjualnya lalu pengen beli.

Dudu: Aku punya uang kan, Ma?
Mama: Tapi langsung habis loh.
Dudu: Tidak apa-apa.
Mama: Itu bisa dapat 2-3 Andrea loh. Yakin ngga mau muter dulu?
Dudu: Kita sudah muter kan tadi tidak ada.

Dan memang tempat acara yang super penuh tidak membantu kita mencari dengan seksama. Padahal kita sudah datang jam 9 dan masuk tempat acara untuk tukar tiket jam 10 teng. Tapi tetap saja karena harus mengikuti antrian yang sudah sampai tempat parkir, kita jadi baru bisa belanja pas sudah lewat setengah jam. Oh iya, Balai Kartini sekarang ada tempat parkir tambahan di belakang, tidak terlalu jauh jalan dari gedung utama juga meskipun yang ini outdoor. Jadi tidak perlu terlalu was was soal parkir lagi.


Mama: Gimana kalau muter sekali lagi? Kalau tidak ada baru menyerah.
Dudu: Baiklah.
Mama: Tapi kamu tetap tidak boleh beli mainan yang 750rb itu. Itu buat koleksi. Nanti buat dijual lagi tahun depan trus dapat untung. Kalau kamu kan dimainin trus nanti ada yang hilang... Ngga jadi dijual.
Dudu: Mainan ngga ada kardusnya jadi murah ya Ma?

Dari situ Dudu belajar soal beli barang untuk dipakai sendiri dan beli barang untuk dijual lagi. Meskipun...
Dudu: Kan bisa dijual di garage sale.
Mama: Tapi garage sale kan murah.
Dudu: Jadi rugi ya, Ma.
Mama: Itu tahu.

Long story short, kita ketemu sama Andrea di satu booth di pojokan yang pada putaran pertama kita lewatin karena penuh banget. Harganya Rp200rb. Fiuh, Mama jadi tidak perlu debat cari alasan kenapa mainan yang mahal tidak boleh dibeli padahal itu duit dia sendiri,

Mission accomplished.


07 April 2015

First Visit: ERHA Clinic

Memulai sesuatu yang baru perlu keberanian. Seumur-umur saya tidak pernah pergi konsultasi masalah kulit, apalagi sampai perawatan. Ke dokter hanya kalau sakit berat atau sakit gigi. Namun hari Sabtu itu tiba-tiba saya duduk di lobby klinik ERHA.

Ngapain? Beberapa waktu lalu cerita tentang masalah kulit kering yang kayaknya muncul akibat stress. Semakin lama, kulit kering itu jadi mengganggu. Yang protes bukan saya sih, tapi teman-teman terdekat dan nyokap saya. Alhasil akhirnya setelah makin banyak yang komentar, saya pergi juga ke ERHA Kemanggisan. Yang paling dekat kantor dan langganan favorit teman-teman saya juga.

Buat yang belum tahu ERHA, klink yang didirikan dr. Ronny Handoko SpKK d tahun 1998 ini terkenal dengan perawatan kulitnya. Selain klinik, yang sudah ada 60 outlet ini, ERHA juga memiliki berbagai treatment untuk rambut dan kulit kepala, anti-aging hingga permaslahan kulit untuk anak-anak dan orang tua.

Karena saya belum pernah konsultasi, agak awkward berdiri di lobby klinik untuk registrasi sama mbak resepsionis. Salah kostum ngga ya? Tapi ternyata resepsionisnya ramah dan menyenangkan. Registrasinya juga mudah, tinggal mengisi form dan menyerahkan KTP untuk difotokopi maka kita sudah dapat kartu anggota ERHA.


Registrasi dulu di resepsionis
Di ERHA ada banyak dokter yang bisa dipilih dengan jam praktek yang berbeda-beda. Ini rupanya karena Erha mempunyai sistem personalized program yang berarti pendampingan oleh dermaologist atau dokter kulit untuk setiap kosultasinya. Saya mendapatkan konsultasi dengan dr. Marsia. Langsung saja saya jelaskan keluhan saya tentang kulit kering yang menjadi masalah saya. Terutama karena kulit keringnya sudah sampai ke kulit kepala. Jadi seperti ketombean kalau lagi kumat. 

Setiap perawatan di ERHA clinic akan melalui pemeriksaan kulit untuk mendiagnosa jenis, masalah dan kondisi kulit sebelum menentukan perawatan apa yang cocok untuk pasien. Si dokter mungkin kaget begitu tahu saya cuek banget soal kulit. Hehe.... Untung dokternya baik, dan selalu tersenyum.
Dokter: Kamu sudah pernah cek kulit?
Saya: Belum, Dok.
Dokter: Sama sekali?
Saya: Iya, sama sekali.
Dokter: Kalau begitu saya cek dulu ya. 


Ruang periksa VIP di ERHA
Baru tahu ternyata cek kulit itu mirip sama pemeriksaan gigi. Kitanya tiduran lalu ada lampu yang menyorot dari atas, sementara si dokter sibuk mengecek kulit muka dan kulit kepala. Diagnosa dr. Marsia, kulit kepala saya bersisik, sementara kulit muka sensitif dan kering. Nama kerennya Dermatitis Seboroik. Penyakit kulit ini adalah radang yang timbul pada area yang memiliki kelenjar minyak. Biasanya terjadi pada daerah seboroik seperti telinga, dahi, hidung dan kulit kepala. Biasanya kulit kepala jadi bersisik. Penyebabnya beragam, mulai dari cuaca hingga stress.

Di akhir konsultasi, saya dapat resep dari dr. Marsia yang isinya:

  1. Obat cuci muka beserta moisturizer unuk digunakan 2 kali sehari. 
  2. Obat penghilang merah yang dapat digunakan jika kulit yang kering jadi gatal dan merah. 
  3. Untuk rambutnya ada scalp gel yang harus digunakan 30 menit sebelum keramas dengan medicated shampo. 
Ini yang saya bawa pulang dari kunjungan ke ERHA

Kalau sudah sembuh, medicated shampo ini boleh dipakai selang-seling dengan shampo biasa. Namun karena kulit kepala saya sensitif, dr. Marsia menyarankan menggunakan shampo bayi. Tapi dr. Marsia menekankan untuk selalu mengawasi pemakaian kalau-kalau ada allergi. Soalnya saya masih blank sama sekali apa punya alergi obat muka dan sejenisnya.


Kalau sudah diagnosa dapat resep seperti ini

Konsultasinya cepat dan penjelasan dr. Marsia juga mudah dimengerti. Saat menerima obatnya, saya diberi penjelasan ulang mengenai setiap botol dan cara pemakaiannya. Agak deg-degan juga sih, soalnya belum pernah pakai obat cuci muka sebanyak itu. Biasanya hanya pakai air, atau paling pakai satu jenis pembersih muka. Tapi kalau memang bisa membuat kulit wajah tidak kering lagi, kenapa ngga dicoba? 

Ternyata mencoba sesuatu yang baru, yang sejujurnya di luar comfort zone saya tidak jelek juga.

05 April 2015

Trio Camilan Semarang

“Pulang ke Jawa yuk!”
Sebagai orang Jakarta asli, sejak kecil, kalimat itu adalah yang paling ditunggu-tunggu oleh saya dan kedua adik saya. Soalnya pulang ke kampung halaman papa di Semarang berarti makanan enak sudah menanti. Lupakan yang namanya makan 3 kali sehari, karena kalau sudah masuk ke Jawa Tengah, makan jadi 5 kali sehari, plus nyemil yang non-stop.




Emangnya, apa sih yang harus dicoba kalau sampai Semarang?

Lumpia (atau kadang ditulis loenpia)

Masakan ini terbuat dari campuran rebung, telur dan udang yang dibungkus dengan kulit mirip buritto tipis atau yah, martabak telur deh. Bisa disajikan basah (tapi isinya tetap sudah digoreng matang) ataupun digoreng hingga kulitnya crispy. Biasanya dimakan seperti snack dengan bawang dan saus manis, tapi kalau saya biasanya makan lumpia dengan nasi panas. 



Beli lumpia di mana? Tiap orang punya kesukaan masing-masing dan sekarang ini di Semarang ada banyak sekali toko yang jual lumpia. Mulai dari yang tradisional di gerobak hingga yang berbentuk toko dengan bangunan beton. Favorit saya adalah Lumpia Gang Lombok. Tapi beli lumpia di sini penuh perjuangan, selain harganya yang lebih mahal, kalau kesiangan datang kita akan kehabisan. “Datang sebelum makan siang, Bu,” saran tukang parkirnya.

Kalau tidak ya yang depan Sanitas. Ini juga ada beberapa gerobak yang semuanya menjual Lumpia, yang bisa membedakan mana yang “asli” hanya papa saya soalnya si penjual dulu teman sekampungnya waktu jaman kemerdekaan. Selain itu ada Lumpia Sari Rasa. Buat yang tidak terlalu suka rebung, kata teman saya mending makan Sari Rasa karena rasio rebung, telur dan udangnya lebih seimbang.

Tahu Petis

Makanan apaan nih? Tahu digoreng trus dioleskan “selai” berwarna hitam pekat yang namanya petis. Rasanya campur aduk, manis tapi agak asin juga. Dan petisnya selalu diberikan berlebih jadi ketika kita gigit pasti petisnya luber dan kita end up harus cari tissue

Trus petis ini apa? Biasanya sih terbuat dari udang yang dicampur dengan gula.


Dulu saya benci tahu petis. Apaan nih hitam dan mengerikan. Tapi lama kelamaan, setelah bolak balik melihat sekeluarga saya dengan senangnya makan tahu petis, saya jadi suka juga. Sayangnya ngga nurun ke si Andrew yang kalau pulang ke Semarang pasti mencari nasi ayam dan bisa habis entah berapa porsi. Biarlah, nanti besar juga akan suka sendiri.

Wingko Babad

Camilan yang ini lebih sering dibawa buat oleh-oleh untuk teman sekantor atau teman sekolah karena dia tahan agak lama dibanding tahu petis (yang meskipun dipisah tahu dan petisnya juga hanya kuat sehari) atau lumpia (yang kalau belum digoreng harus langsung masuk kulkas). Dulu hanya ada 1 rasa dan rasa plain itu yang sampai sekarang saya suka. Sekarang Wingko Babad sudah bervariasi dengan rasa mulai dari coklat hingga nangka. 


Apa ini wingko? Camilan ini terbuat dari ketan, kelapa, gula pasir, garam dan air. Wingko sebenarnya bukan makanan asli Semarang tapi berasal dari Babad, Jawa Timur. Tapi karena paling terkenal dibuat di Semarang, jadi banyak yang mengira berasal dari Semarang.

Kalau beli wingko, saya mampirnya ke toko Cap Kereta Api (Jl. Cendrawasih no 14). Ngga inget gimana ke sanannya, yang diingat hanya kalo dari situ belok kanan ktemu Gereja Blenduk haha.


---------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog “Blog Competition #TravelNBlog 3“ yang diselenggarakan oleh @TravelNBlogID.