06 July 2022

Cara Merubah Mindset untuk Berkembang

Adalah suatu kebanggaan melihat rekan sekerja saya di Single Moms Indonesia, Sagita Ajeng, naik panggung mewakili komunitas di acara Grab Access hari Sabtu, 2 Juli kemarin. Acara yang berjudul “Building an Inclusive Digital Economy for Indonesia,” ini menggandeng para ibu tunggal untuk bergabung bersama Grab, baik sebagai merchant maupun driver. Harapannya, kesempatan kolaborasi yang diberikan oleh Grab Indonesia ini dapat dimanfaatkan oleh para ibu tunggal untuk semakin berdaya.


Dari menjalankan program ini saya belajar tentang mindset dan prioritas.

Di bulan-bulan awal saya mencoba volunteer di bagian Learning & Development komunitas Single Moms Indonesia, saya sempat frustasi sendiri. Bikin program, yang dateng cuma sedikit. Tapi kalau tidak ada program juga kapan majunya? Bikin workshop soft skill salah, hard skill juga tidak mempan. Bikin acara curhat dan gathering online pun banyak yang hanya sekedar daftar lalu hilang ketika hari H datang. Padahal segala cara untuk reminder sudah dilakukan. Yang ada saya penasaran. Apalagi ketika menyadari bahwa masalah ini bukan hanya ada di komunitas saya.

“Tidak ada gunanya kita offer kelas pengembangan diri, kalau yang diajakin ikutan belum punya mindset untuk berdaya.” Begitu kata salah seorang teman saya. Maksudnya gimana tuh? Ya, mindset si ibu tunggal ini masih meratapi nasib jadi ‘korban keadaan.’ Mempertanyakan kenapa hidup saya begini, dan bagaimana saya bisa hidup untuk esok hari. Menyalahkan sekeliling dan lupa bahwa untuk merubah nasib itu perlu dorongan dari diri sendiri. Proses semua orang beda-beda lamanya. Ada yang beruntung bisa cepat move on dan fokus untuk berkembang, ada juga yang membutuhkan waktu lebih untuk berduka.

Apa yang harus kita lakukan agar tidak nyaman menjadi korban keadaan, dan mampu bangkit untuk masa depan? Change our mindset. Merubah cara pandang. Mindset ini adalah cara pandang kita terhadap dunia luar. Misalnya kalau kita memandang dunia ini jahat dan kita selalu menjadi korbannya lantas ketakutan untuk keluar, ya selamanya kita ada di rumah dan pasrah menerima nasib. Ini victim mindset. Atau yang paling sering didengar adalah fixed mindset versus growth mindset. Yang pertama adalah pasrah dengan kemampuan (“saya bisanya hanya ini”), sementara yang kedua ini mau berkembang (“saya bisa belajar hal baru dan menjadi lebih baik”).

Para ibu tunggal dari Single Moms Indonesia yang gathering di acara Grab kemarin

Okelah, kalau begini, saya jadi paham kenapa terkadang sulit maju. Tapi, mendengar cerita inspiratif para Lady Grab yang naik panggung juga hari Sabtu kemarin itu, mau tidak mau kita semua jadi merubah mindset. Salah satu mitra pengemudi, yang juga seorang ibu tunggal, menceritakan kisahnya membiayai 2 orang anak. Satu diantaranya penyandang disabilitas cerebral palsy yang butuh perhatian setiap saat. Namun si ibu ini sudah tidak meratapi nasib dan menemukan bahwa dengan menjadi mitra Grab, beliau bisa mendapatkan penghasilan sekaligus menjaga anak-anaknya. Kalau ada kemauan ya ada jalan.

Bagaimana caranya merubah mindset?
  • Apresiasi diri sendiri. Celebrate small victories. Jangan terlalu sering melihat keluar lalu jadi minder. Bisa bangun pagi setiap hari buat kita yang sering depresi adalah kemenangan yang bisa dirayakan.
  • Be thankful. Ini terkadang susah karena kita sering fokus untuk apa yang menjadi kekurangan kita. Uang kurang banyak, waktu tidak ada. Coba dibalik mindsetnya jadi bersyukur masih bisa jajan atau masih punya waktu untuk anak-anak. Rasanya hidup jadi sedikit lebih enteng.
  • Mau belajar dan nikmati prosesnya. Seringkali saya tidak sabaran dan ingin semua muncul secara instant. Padahal proses belajar ini juga sebuah bagian dari hidup yang bisa kita nikmati. Soalnya, kalau maunya instant, lama-lama kita jadi malas belajar karena tidak sabar. Padahal dengan belajar, kita bisa membuka peluang baru, mendapatkan keterampilan baru. Intinya sih jadi punya growth mindset dan tidak pasrah pada keadaan.
Sarananya sudah ada, seperti Grab Access yang membuka peluang bagi para ibu tunggal untuk mendapatkan penghasilan. Sekarang tinggal mindsetnya.