26 December 2016

The Courage to Sing

Tidak seperti Trolls dan Moana yang memang sudah ditunggu dan langsung berhiaskan review, Sing adalah film yang, well, sederhana. Menjadi yang terakhir dari sederetan film kartun dengan musik catchy untuk ditonton bersama anak, Sing adalah teman pengisi liburan yang seru. But, this is a long overdue movie review. 


Peserta audisi (photo taken from screenrant)
Ceritanya adalah seputar Buster Moon, seorang Koala yang mengelola teater hampir bangkrut. Moon kecil terpesona dengan dunia yang ditawarkan oleh teater dan bertekad memiliki pertunjukkannya sendiri. Namun di awal cerita kita sudah melihat bahawa Moon gagal mewujudkan mimpinya. Jadi, dia hadir dengan ide briliant membuat audisi penyanyi dari seluruh kota sebagai pertunjukkan terakhir yang mempertaruhkan segalanya.

23 December 2016

Monetized, Optimized and the Powerful Change of Social Media

Tujuan saya punya Facebook adalah biar bisa keep-in-touch sama teman-teman tanpa harus pusing dengan mengirim email dan bertukar kabar. Semuanya ada di timeline. Tujuan saya punya Twitter adalah, well, menuliskan pemikiran spontan yang akan nyampah kalau saya jadikan status Facebook. Sekarang saya kesulitan mempertahankan apa yang saya sebut sebagai idealisme saya karena sosial media (termasuk Facebook) sudah mengalami perubahan fungsi.

Sekarang sosial media itu alat cari uang dan sarana membangun image. "Sosial media bisa mengubah nasib seseorang," kata Ani Berta, blogger, influencer dan well, idola saya di dunia digital sebelah situ haha. "The Power of Social Media" merupakan tema bahasan kita di workshop sekaligus kumpul-kumpul blogger bareng CNI di Burger King Pasar Festival, Minggu, 18 Desember kemarin. Untungnya meskipun sosial media berubah, tidak ada yang berubah dari bercandaan dan gelak tawa blogger yang hadir. Sama ramainya kok dengan timeline twitter saya di jam itu. 


Kalau sudah ngumpul jadi seru. (photo by CNI)

19 December 2016

8 Teori Blogging dari Belajar Menulis Fiksi

“Bagaimana jika ideku sudah ada yang buat?” Pertanyaan yang terlontar di workshop menulis cerpen yang diikuti Dudu di Festival Pembaca Indonesia di Museum Nasional minggu lalu ini membuat saya ikutan garuk-garuk kepala. Soalnya saya sering merasa begini sepulangnya dari undangan event blogger dan mempersiapkan draft untuk ikutan lomba blog. Ada yang senasib?


Sebelum saya bercerita panjang lebar tentang 8 teori menulis fiksi yang saya “curi” untuk blogging, ada sedikit background story tentang #DateWithDudu hari itu. Festival Pembaca Indonesia diselenggarakan 2 hari, tanggal 10 dan 11 Desember di Museum Nasional Jakarta. Selain workshop yang berhubungan dengan menulis dan membaca, ada beberapa kegiatan lain yang tidak kalah menariknya seperti Bioskop Baca, launching buku, bookswap, blind date with book dan lainnya Yang unik, di sini bukan jualan buku. Kalau mau dapat buku baru ya bawa buku bekas untuk ditukarkan.

(Baca juga: Cerita dari Big Bad Wolf Book Sale)

Dua workshop berbeda (Saya ikutan Workshop “Tembus Dapur Fiksi Femina” dan Dudu ikutan “One Day to Write” di Pojok Anak) yang menimbulkan satu pertanyaan di benak saya: Can we apply this to blogging?

Ternyata kita bisa belajar dari Fiksi. Ini caranya.

12 December 2016

Menang Pesona Sisterhood dan Langkah Keluar dari Zona Nyaman

Define friendship. Thanks to Pesona, saya jadi berkesempatan pergi seharian dengan tiga sahabat saya. Tiga orang ini saya temukan karena Dudu berteman dengan anak-anak mereka, dan sering bertemu di tempat lomba. Awalnya “saingan”, akhirnya jadi teman playdate. And when we outgrew the competitions, we become best friends in life. 



Ketika “geng” kami terpilih sebagai salah satu pemenang Pesona Sisterhood, saya keluar dari rutinitas dan zona nyaman. Kok bisa? Pesona Sisterhood adalah ajang kompetisi bertema persahabatan yang diadakan 2x setahun oleh majalah Pesona. Begitu jelas Zornia Harisantoso, Editor-in-Chief Pesona, di tengah makan siang kami di Cheesecake Factory/Almond Tree Cikini. Kompetisi ini diadakan di sosial media, di mana kita bisa mengirimkan foto bersama sahabat untuk memenangkan one-day pampered trip. Buat ibu bekerja seperti kita, yang namanya makeover, jalan-jalan, makan dan shopping ini memang kesempatan langka.

05 December 2016

Moana, Bukan Sekedar Disney Princess

Sepertinya Disney senang membuat kejutan di bulan Desember. Setelah Frozen, yang baru saya tonton setelah Dudu mulai menyanyikan lagu Let it Go, sekarang ada Moana. Kalau dulu Elsa dan Anna datang dari negara berselimut salju di Eropa Utara, Moana datang dari pulau tropis di Polinesia. Yang saya senang dari kedua princess (tiga kalau Anna dihitung) ini adalah tujuan hidupnya bukan untuk cari pangeran tambatan hati tapi mengembalikan kedamaian dan harmoni.



Moana
Starring (Voice): Auli'i Cravalho, Dwayne Johnson
Director: Ron Clements, John Musker
Duration: 1 jam 43 menit
MPAA Rating: PG


Moana adalah seorang putri kepala suku Motunui yang dibesarkan dengan cerita rakyat dan dongeng leluhur oleh neneknya. Setelah menyelamatkan seekor anak kura-kura, entah bagaimana Moana jadi terobsesi dengan pergi le lautan luas. Sayangnya, sang ayah tidak mengijinkan. Namun nasib berkata lain karena ikan-ikan mulai menghilang dan pohon kelapa mulai membusuk, sehingga Moana nekat pergi ke lautan untuk mencari ikan.
Orang tua Moana
Nenek Moana yang mengatakan bahwa perannya adalah sebagai
"the village's crazy old lady."
Penyebab hilangnya ikan dan busuknya kelapa adalah keseimbangan dunia yang terganggu, sesuai dengan legenda yang diceritakan oleh nenek Moana. Alkisah jaman dahulu kala ada seorang dewi bernama Te’Fiti yang menjadi sumber kehidupan. Namun seorang manusia setengah dewa bernama Maui mencuri jantung Te’Fiti dan hal tersebut mengganggu keseimbangan alam. Jadi sekarang lautan memilih Moana untuk mencari Maui dan mengembalikan jantung Te’Fiti. Ternyata perjalanan menyelamatkan dunia tidak semudah bayangan Moana.

“If anyone asked whatever just happened, you can always blame it on the pig,” si Nenek yang menjadi supporter utama Moana kembali ke lautan ini jadi idola si Dudu. Namanya juga nenek, pasti sayang cucunya haha. Tapi tokoh kesukaan Dudu ya Maui, “kadang-kadang dia lucu.” Tokoh kesukaan saya? Well, saya bilang ke Dudu kalau saya mau jadi Te’Fiti. Sebar-sebar pohon dan rumput habis itu tidur siang. Atau jadi ayam super clueless bernama Heihei yang hobinya makan batu. 


Moana mengajarkan “jangan resist apa yang kamu mau lakukan. Maksudnya jika kamu mau melakukan sesuatu tapi dilarang, lakukan saja.” Lah, gawat dong, Du? “Ya Moana kan begitu?” Memang sih. Kalau dipikir-pikir ada 3 hal yang saya pelajari dari menonton film berdurasi hampir 2 jam itu.

Mengejar passion bukan hanya modal nekat.
Well, kadang memang kita perlu intervensi pihak ke-3 dalam menemukan passion kita. Dalam cerita Moana ada laut dan si Nenek yang jadi kompor sekaligus pembimbing Moana untuk berlayar ke lautan lepas. Kalau hanya modal nekat melewati batas lautan dengan kapal kecil, tentu saja kita akan tergulung ombak dan tenggelam.

Tapi nekat dalam bentuk keberanian itu juga perlu.
Tapi kita sendiri pun harus punya keberanian untuk mengejar passion kita itu. Apa jadinya kalau Moana yang sudah punya perahu malah ciut nyalinya? Atau Maui yang sudah pernah kalah sekali sama Te’Kai tidak berani maju lagi menghadang monster lava itu.



Kemauan untuk belajar harus ada.
Moana tidak bisa berlayar, tidak bisa baca bintang dan tidak tahu banyak tentang lautan. Meskipun bukan nol sama sekali, karena toh dia bisa berenang dan memanjat, tapi dia pantang menyerah dan mau belajar banyak dari Maui dan tidak melulu teriak-teriak minta tolong sama laut.

By the way, Maui itu kalau di Cerita Rakyat Polinesia kurang lebih sama seperti Loki, a trickster god. Moana sendiri artinya “laut”. Heihei artinya “lari” sementara Pua itu artinya bisa macam-macam mulai dari “mekar” hingga “pucuk tebu.” Saya sudah terobsesi dengan Polinesia, terutama Hawaii dan sekitarnya gara-gara Lilo & Stitch.

Banyak anak kecil yang nonton film ini. Ada yang menangis begitu lampu digelapin, ada yang sibuk panik bertanya sama orang tuanya, “Ma, Moananya kenapa, Ma?” Ada juga yang minta ganti tayangan TVnya, “kita nonton bola aja.” Lah? Hahaha. Ada teaser Beauty and the Beast! Film yang konon sangat dinantikan semua orang di 2017. Lalu ada Sing yang sekilas mirip Zootopia bertemu audisi The Voice.

Ketika saya menantikan Assasin’s Creed, Disney memutuskan untuk menayangkan sebuah animasi pendek tentang pentingnya take a break dari rutinitas hidup dengan menyeimbangkan hati yang senang hura-hura dan otak yang maunya terus bekerja. Kalau diingat jaman kuliah di negara seberang dulu, bulan Desember itu identic dengan family time, shopping, lagu-lagu Natal dan comfort food. Memandangi salju turun dari jendela apartment dan bersantai dari segala rutinitas. Makanya animasi ini pas untuk menegur saya yang masih sibuk berkutat dengan yang namanya Hari Belanja Online Nasional.

Moana, too, is about finding a way to your passion and not letting a temporary anger trick you to do otherwise. Let’s enjoy life! It’s December afterall!

30 November 2016

Switchable (Super) Hero: Mudahnya Bertukar Hobi dan Profesi

Berubah. Di kepala saya, kata itu hanya milik Power Rangers dan Ksatria Baja Hitam. Atau mungkin juga Ultraman. Sehari-harinya bolehnya berprofesi macam-macam, mulai dari murid SMA hingga tim SAR. Tapi kalau passion menyelamatkan dunia muncul, langsung switch, berubah, jadi sosok yang dapat diandalkan untuk 10 menit terakhir episode hari itu. Inginnya sih, dalam kehidupan nyata, saya juga bisa begitu. Bisa berubah. Switchable Me.

Sekilas Acer Switch Alpha 12 (photo by AcerID)
Nyatanya, profesi ya harus dilakukan saat weekdays jam 8 sampai 5 atau 9 sampai 6 (tergantung seberapa pagi saya bangun) dan hobi tergeser ke pinggiran kalender alias weekend. Dulu, hobi saya jadi profesi. Saya termasuk beruntung bahwa saya bisa kuliah di jurusan yang saya sukai, bekerja di bidang yang sejalan dan mendapatkan pengalaman. Lalu saya jenuh. Hobi yang jadi profesi ternyata malah membunuh passion saya. Jadi, well, saya menemukan pekerjaan baru yang sesuai dengan dunia saya sekarang, dunia seorang ibu.

Sekarang saya seorang content strategist yang urusannya lebih banyak tentang digital promotion. Menulis sudah kembali jadi hobi, plus karena ini kerja kantoran dengan jam kerja tetap, saya jadi bisa jalan-jalan sama anak yang sudah mulai besar itu. Lalu dengan anak mulai besar, saya jadi ada waktu untuk diri sendiri lalu bisa mengerjakan hobi-hobi yang lain: travelling dan belajar bahasa asing. Hobi saya banyak ya. Haha. Lalu apa hubungannya semua itu dengan sebuah notebook.


Ringan dan ada kickstand-nya (photo by AcerID)

28 November 2016

Cerita Rumah Idaman Generasi Philips Hue

“Jika rumahku menggunakan Philips Hue, aku mau mengubah warna lampunya dengan tema game atau filmnya. Jadi misalnya aku nonton Smurfs, akan ku ubah warnanya menjadi biru biar ada sensasinya. Bukan cuma Smurf, Trolls, Transformers, film Zombie dan lain-lain. Juga karena Omaku suka tidur sebelum matikan lampu, kalau ada Philips Hue bisa mati otomatis dan kita tidak akan membuang-buang listrik.” – Dudu, 10 tahun




Bicara Philips Hue dengan Dudu, yang kalau menurut istilah sekarang adalah seorang digital native, memang tidak ada habisnya. Dari lahir sudah connect to wi-fi. Philips Hue juga begitu. Philips Hue adalah sistem pencahayaan terkoneksi yang memungkinkan kita bermain dengan warna menggunakan teknologi yang ada. Inovasi terbaru lampu Philips Lighting ini sebenarnya sudah dikenal pasar luar negeri selama 2 tahun, dengan 5.6 juta lightpoints di seluruh dunia, namun Philips Hue di Indonesia baru memasuki pasar di minggu lalu.

23 November 2016

Belajar Bahasa Korea: Dari Aplikasi Seru Hingga Pusat Kebudayaan

Memutuskan belajar bahasa baru di usia kepala 3 memang sulit dengan adanya kesibukan yang sudah segudang dan kemampuan menyerap bagai spons sudah berkurang jauh. Bermula dengan belajar sendiri lewat aplikasi, saya kemudian menyerah dan mencari tempat belajar yang serius karena saya percaya kalau tidak dipaksa, maka bahasa tidak akan terucap dari mulut. Tapi di mana? Ternyata meskipun yang namanya K-Pop dan K-Drama sudah menjamur dimana-mana, mencari kursus Bahasa Korea yang cocok dengan kebutuhan ternyata tidak semudah dugaan saya.


Dudu belajar bahasa Inggris di sekolah. Sempat les di Pingu, lalu pas masuk SD berhenti karena sekolahnya internasional dengan bahasa pengantar Inggris. Tidak sampai setahun dia sudah lancar dengan bahasa kedua. Sekarang Dudu sedang belajar bahasa Mandarin. Masih dari sekolah juga, dan sedang cari les. Kalau penasaran tentang Dudu dan dunia bilingualnya, bisa baca postingan tentang membesarkan anak bilingual ya.

Mencari kursus bahasa Inggris dan Mandarin termasuk gampang. Apalagi saya tinggal di Jakarta Utara, di sebuah apartment di atas mall. Jadi kalau bicara kebutuhan les bahasa si Dudu, saya tidak seberapa khawatir. Nah, begitu saya mantap mau belajar bahasa Korea, saya bingung setengah mati mau kursus di mana. Bahkan ada satu bulan habis Lebaran yang saya sempat sebal karena sudah ada niat kok tidak ada jalannya. Step pertama browsing, muncul beberapa nama yang kemudian saya stalking social media dan websitenya. Dari social media dan websitenya saya lihat lokasinya. Yang jauh-jauh juga terpaksa saya coret. Soalnya saya mau les pulang kantor, jadi kalau tidak dapat dicapai dalam waktu 1-2 jam dari kantor ya tidak mungkin diikuti. Beberapa yang ada emailnya, saya coba hubungi menanyakan apakah kursus bahasa Korea masih ada dan kapan ada pendaftaran murid baru.

Setelah melalui proses eliminasi awal, saya menemukan beberapa tempat kursus Bahasa Korea, yang kemudian saya bawa diskusi dengan beberapa teman saya. Akhirnya inilah tempat yang jadi pilihan utama.

14 November 2016

Delicious Musical Bibap in Jakarta

Kemarin mungkin adalah hari Sabtu dengan paling banyak tawa yang pernah terjadi. Mulai dari reuni teman kuliah saat makan siang, yang namanya ketawa, tidak berhenti sampai berakhirnya show Musical Bibap di jam makan malam. Bibap? Yes, yang tahu Nanta Show wajib nonton Bibap juga.

Thanks To Tiwi for the picture :)
Ini Bibap menurut Dudu:"Bibap adalah permainan musik dengan tema memasak dan lucu juga dari korea. Di sini ada dua Master Chef: Green Chef dan Red Chef. Mereka bertanding memasak Japanese sushi, Italian pizza, Chinese Chicken rice dan korean Bibimbap. Pemenangnya tergantung pilihan penonton bisa jadi Green Chef atau Red Chef. Ada scene dodge ball dengan bantal. Sesungguhnya aku berharap Green Chef yang menang. Setelah kemenangan ada beat box bermain music rock."

31 October 2016

Powerful Content, Great Responsibility

Blogger bisa aktual. Blogger juga bisa beropini asalkan relevan dan dapat dipertanggung jawabkan. Dan semua itu kembali ke pada content blognya. Begitulah satu oleh-oleh yang saya bawa pulang dari acara berjudul "The Power of Content" yang diadakan oleh Serempak di Binus fX Sudirman di Hari Blogger Nasional kemarin.

Acara yang menghadirkan pembicara yang inspiratif di paruh pertama seperti Ratna Susianawati, Asisten Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 
Founder IWITA Martha Simanjuntak, dan Maman Suherman yang dikenal sebagai penulis buku dan notulen di acara TV Indonesia Lawak Club. 
Para pembicara "The Power of Content" berfoto di akhir acara.
Cerita Kang Maman tentang perempuan yang kerap dipandang rendah dan sebelah mata oleh beberapa patriarchist society, menutup bagian awal acara yang membahas tentang perempuan dan program yang diusung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak lewat Serempak dan IWITA menghadirkan cara baru untuk mendukung program kementrian yang dirangkum dalam 3ends, yaitu mengakhiri kekerasan, perdagangan serta kesenjangan akses ekonomi terhadap perempuan dan anak.

29 October 2016

Dilema Blogger Jadi Profesi

Di sebuah acara blogger yang saya hadiri pernah ada celetukan "saya kira fenomena blog hanya sebentar, ternyata sekarang malah jadi profesi ya." Eh, profesi? Iya, ternyata tanpa saya sadari, sekarang ini saya juga sudah mengamini bahwa blogger itu profesi.

Iyalah, kan tahun lalu saya ikut workshop yang judulnya saja "dari hobi jadi profesi." Dan beberapa bulan lalu saya buat kartu nama baru untuk profesi saya ini sampai akhirnya kemarin beli domain. Ini semacam terlanjur nyemplung terus terbawa arus haha.


Lalu postingan ini jadi semacam kode keras bahwa saya akan punya blog kedua. Boleh lah ya headernya aja diposting di sini karena blognya (dan postingannya) belum sempat dimigrasi.

Semacam reminder biar menyisihkan waktu ngeblog
Tapi kalau ditanya secara gamblang "apakah blogger sebuah profesi", seperti di twitter @BloggerCampID pas Hari Blogger Nasional kemarin, jawaban saya adalah "jangan sampai jadi profesi." Kok, begitu? Soalnya kesannya berat banget hahahhaa. Kalau dengar profesi yang pertama terpikirkan adalah dokter, lawyer dan segala bentuk pekerjaan yang resmi dilakukan setelah menempuh beberapa tahun pendidikan formal. Meskipun secara harafiah profesi lebih kepada pekerjaan yang membutuhkan keahlian tapi rasanya masih aneh menggabungkan kata blogging dan profesi dalam satu kalimat.

27 October 2016

Mencari Kebahagiaan di Film Trolls

Setelah berbulan-bulan mendengarkan Dudu berubah jadi Justin Timberlake, akhirnya film musikal penuh warna-warni ini rilis juga. Wajib nonton sama anak? Well, buat yang males baca review Trolls selanjutnya, silahkan langsung ke bioskop aja beli karcis haha.

Ceritanya tentang hubungan Trolls dengan Borgens yang kurang harmonis. Para Bergens yang percaya bahwa memakan Trolls membawa kebahagiaan untuk mereka, sudah hidup dalam kemurungan setelah Raja Trolls menyelamatkan warganya dan hidup dalam persembunyian. Namun seorang Bergens berhasil menemukan mereka dan menculik beberapa. Princess Poppy, sang pewaris tahta, pergi menyelamatkan teman-temannya bersama Branch, seorang Troll yang suram dan kehilangan warnanya.

Suasana nobar
Sounds of Silence (courtesy of Dreamworks)
Petualangan inilah yang diwarnai musik, tarian dan warna-warni scrapbook Princess Poppy. Kontrasnya sifat positif dan ceria si Princess yang pink, serta suram dan pesimisnya Branch yang abu-abu membuat cerita jadi tidak membosankan. Film yang berdurasi 1 jam 32 menit ini membawa tawa bagi saya, yang sebenarnya bukan fans Trolls. Disuarakan oleh Justin Timberlake (Branch) dan Anna Kendrik (Poppy), film Trolls mengajarkan semangat positif dan bagaimana menemukan kebahagiaan di dalam diri kita sendiri.

22 October 2016

Halloween Seru di Universal Studios

Halloween Date kali ini sedikit berbeda. Biasanya kita menghabiskan pesta kostum di mall, ikutan trick or treat dan membawa pulang sekeranjang permen. Namun kemarin kita merayakan Halloween lebih awal dengan berkunjung ke dunia lain di Halloween Horror Nights 6, Universal Studio Singapore. Tanpa kostum, tanpa permen, hanya bermodal nekat. Jadi judul posting in harusnya "Halloween terseram di Singapura".

Posing in front of the gate at the end of our date
Soalnya rumah hantunya seram banget dan memang sudah dianjurkan tidak bawa anak kecil. Dudu juga takut sampai menangis. Sepupu saya (yang kemarin ikut ke Arts Science Museum juga) sama takutnya. Tapi namanya sudah beli tiket (early bird pula), bahkan sudah sampai bertolak ke negara tetangga demi acara ini, ya masa kita tidak masuk? Hahaha. 

Saat matahari tenggelam, Universal Studios Singapore berubah dari theme park untuk keluarga yang penuh keceriaan menjadi sebuah tempat berhantu yang mengerikan. Semuanya total, dari lighting, kostum dan rumah hantu yang dibangun membuat kita merasa memasuki taman bermain yang berbeda. Dan entah bagaimana, saya lebih suka Universal Studios versi horror ini. Karena lebih seru, lebih sepi (walaupun mau masuk rumah hantu harus antri 30 menit) dan lebih hidup. 

16 October 2016

A Glimpse of Future at ArtScience Museum 

Di antrian imigrasi Changi Airport minggu lalu, Dudu tiba-tiba bertanya, “kapan kita akan kembali ke Singapura lagi?” Well, kalau ArtScience Museum sudah ganti exhibition lagi. Yang mungkin tidak terlalu lama karena kita datang di penghujung pameran Big Bang Data.

Museum yang terletak di kawasan Marina Bay Sands itu adalah salah satu tujuan utama kita di Singapura. Rasanya ada yang kurang kalau belum ke sana, apalagi ketika mereka menghadirkan pameran baru. Kekecewaan dan rasa penasaran karena gagal mengunjungi museum ini ketika Playdate Singapore-Legoland bulan Juni kemarin terbayar dengan kunjungan kali ini.

And guess what, kita masih bisa menyaksikan Big Bang Data sebelum pameran yang satu itu kembali melanglang buana. 



Jumlah foto yang diuplad di Flickr selama 24 jam di thn 2011
Datang di Jumat siang lewat MRT Bayfront, saya yang membawa sepasang anak mau ABG ini memutuskan makan siang di Marina Bay Sands. Ternyata begitu masuk ArtScience Museum, tempat membeli tiket di lantai 1 sudah berubah jadi café yang menggoda untuk mampir. Loketnya sendiri pindah ke basement, yang tadinya digunakan untuk penjualan merchandise. Jumat adalah Family Free Friday, di mana anak-anak berusia 12 tahun ke bawah bisa masuk gratis dengan pembelian 1 tiket dewasa. Jadi saya hanya membayar SGD 30 untuk masuk ke semua bagian. Akibatnya, museum jadi penuh dan beli tiketnya antri panjang.

Baca: 24 Hal gratis untuk wisata keluarga di Singapura 


Banyak yang bilang The Future World adalah “must-visit” (dan saya tidak bisa lebih setuju lagi setelah masuk dan mencobanya sendiri) tapi karena bagian yang ini memiliki jam masuk tertentu (10am, 11.30am, 1pm, 2.30pm, 4pm dan 5.30pm), maka saya memutuskan untuk mampir ke pameran yang sudah hampir berakhir itu: Big Bang Data.

30 September 2016

Review Buku: The Naked Traveler Anthology - Horror

Beda traveler, beda gaya, beda tujuan tapi sama seramnya. Buku ini merupakan kumpulan kisah horror yang diceritakan oleh Trinity dan teman-temannya: Ariy, Cipu, Jenny Jusuf, Murni dan Vira (Indohoy), Rini Raharjanti, Rocky Martakusumah, Susan Poskitt, Valiant Vabyo dan Yovita Liwanuru. Meskipun saya bukan pembaca non-fiksi jenis ini, namun karena saya penggemar horor dan misteri, maka buku ini sampai juga ke tangan saya. 
Ilustrasi sampul depan yang seram juga
Sampul belakang buku dan cuplikannya
ISBN: 9786021246528
Rilis: 2015
Halaman: viii + 184
Penerbit: Penerbit B First
Bahasa: Indonesia

Dapatkan buku ini di toko buku online Bukupedia

Sinopsis:
Dibuka dengan petualangan horror Trinity di Jepang lalu cerita horror Valiant tentang nenek-nenek di Edinburgh, cerita ini meski tergolong "seram," bukan cerita seram yang saya harapkan ketika melihat ilustrasi sampul buku. Mungkin karena horor luar negeri biasanya memang lebih tidak menakutkan dibandingan yang setting Indonesia, seperti cerita Jenny Jusuf misalnya. Bali memang sudah banyak cerita mistis dari sananya (yang horor maupun tidak) dan menemukan bahwa hal kecil juga bisa gara-gara diganggu penunggu rasanya jadi tambah seram.

Tapi favorit saya adalah cerita milik duet Indohoy yang berjudul Ternyata Banda Neira! Saya belum pernah ke Banda Neira, dan yang saya senang dari alur ceritanya adalah saya tetap bisa mengikuti ada di di mana kejadian horornya tanpa harus pernah ke sana. Tetap bisa membayangkan indahnya (atau seramnya?) Banda Neira. Apalagi saya penggemar cerita hantu yang jelas asal usul dan tujuannya, bukan hanya kepala sekadar menggelinding tapi kurang jelas milik siapa dan kenapa bisa terpenggal. Di cerita Banda Neira dijelaskan asal muasal cerita seramnya, bahkan ada sejarahnya.

Dan seperti biasa, buat saya buku jenis ini termasuk yang sekali dibaca selesai. Bisa buat selingan dibawa di busway kalau pejalanannya jauh dan macet. Tidak se-horror itu sampai kita cemas sendiri, tapi entah deh kalau pas baca pas lewat daerah seram macam Kota Tua gitu.

20 September 2016

7 Tempat Seru Untuk Menulis Selain Di Cafe

Ketika kopi menjadi salah satu kebutuhan utama ketika ngeblog, saya jadi berpikir apakah tempat mempengaruhi mood? Coffee shop kerap menjadi pilihan para penulis, apalagi ketika writer’s block melanda dan membutuhkan pergantian suasana. J.K. Rowling menulis Harry Potter di The Elephant House, sebuah coffee shop di Edinburgh. Lalu saya yang blogger ini biasanya menulis di mana?

Mau ngetik di mana, Ma?
Biasanya bukan hanya saya yang nongkrong, cari wifi dan minuman, tapi si Dudu juga. Kalau saya buka laptop dan mengetik, Dudu biasanya mengerjakan PR dan belajar ujian. Kalau belajar sudah selesai dia akan nonton Youtube atau main minecraft . Jadilah, kalau ngedate kami berdua harus mencari tempat yang pas dimana saya bisa mengetik dan Dudu bisa melakukan aktivitas lain tanpa merasa bosan menunggu saya menyelesaikan tulisan. Ternyata ada beberapa tempat dimana, selain ganti suasana, kita juga bisa dapat inspirasi baru.

19 September 2016

Kejujuran Kecil Seorang Mama

Dudu pernah bilang kalau “orang dewasa itu sering mengancam tapi bohong. Soalnya tidak benar-benar dilaksanakan.” Tulisan yang dibuatnya ketika mengikuti lomba menulis Aku Berani Jujur yang diadakan KPK itu membuat saya berpikir ulang untuk setiap ucapan yang saya lontarkan pada Dudu. Jangan sampai karena kebohongan-kebohongan kecil saya sebagai orang tua membuat Dudu sulit mempercayai apa kata orang dewasa, dan lebih parahnya menganggap bahwa ketidakjujuran adalah hal biasa.

Tulisan Dudu di Lomba Menulis "Aku Berani Jujur"
Dunia anak-anak itu simple dan jujur. Karena itulah, saya merasa sebagai orang tua, saya harus bisa menjaga tradisi kejujuran yang ada. Saya ingin membesarkan anak yang berani bilang "aku anak jujur". Seperti kata Pak Yoyo dari KPK di sebuah talkshow bertajuk “Membesarkan Anak Jujur” yang saya hadiri bersama Dudu beberapa waktu lalu, “yang penting kita sendiri jujur dulu.” Dari bangku talkshow itu, saya jadi menetapkan aturan jujur bagi diri saya sendiri. Kejujuran kecil yang saya lakukan, karena dampaknya bisa besar bagi tumbuh kembang Dudu kelak dan hubungan kami berdua. 

Kejadian kemarin malam: 
Dudu: Mama kok tidak tanya nilai aku? 
Mama: Oh iya hari ini kamu correction ujian ya. Dapat berapa? 
Dudu: Bahasa Indonesia aku second best. 
Mama: Yah… kok cuma second? 
Dudu: Mama tidak bangga ya? 
Mama: Nggak. Soalnya second best doang. Mana itu kan Bahasa Indonesia. Pelajaran paling gampang. 
Trus si Dudu sedih. Jahat amat nih Mamanya. Tapi dia tahu saya jujur. Kalau memang buat saya itu bukan prestasi ya kenapa harus obral pujian. 

12 September 2016

The Right Mixture For Your Ever-Changing Skin

“Kebanyakan pasien saya menggunakan produk bayi, karena berpikir bahwa produk tersebut aman unutuk bayi, apalagi untuk saya,” kata dr. Eddy Karta, seorang Dermatalogist Expert di acara launching IOMA awal September lalu di Lippo Mall Puri. Lha, saya juga pernah curi-curi pakai sabun si Dudu, hanya karena seorang teman melontarkan nasehat yang sama saat melihat wajah saya yang kering. 


Tapi tunggu sebentar, kenapa saya mendadak bisa duduk mendengarkan nasihat tentang kulit wajah di akhir pekan? Ceritanya begini.

11 September 2016

Mencari Waktu Untuk Diri Sendiri

Sebagai seorang full-time Mama yang waktunya habis untuk kerja dan nge-date sama anak, saya paling bingung kalau ditanya soal “Me Time”. Hah? Apaan tuh? Jadi, ketika tema hari terakhir One Day One Post Challenge dari Fun Blogging mengajak saya menuliskan Me Time favorit, saya tidak tahu mau menulis apa. 

Baca buku sambil dengerin musik juga bisa jadi Me Time (Photo by Dudu)
Hasil browsing menunjukkan definisi yang bervariasi, mulai dari menyediakan waktu untuk diri sendiri hingga melakukan hal yang mengurangi stress agar siap beraktivitas kembali. Me Time tidak melulu berarti sendirian, ada yang bilang berkumpul bersama teman, ngobrol, makan dan nonton bioskop bisa jadi Me Time. Me Time favorit saya apa ya? Baca buku sudah tidak bisa karena buku yang saya baca kebanyakan misteri jadi harus diselesaikan kalau tidak malah jadi kepikiran. Blogging juga sudah berevolusi jadi hobi yang menghasilkan, berarti saya memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga. Nonton film kebanyakan sama anak. Lalu?

05 September 2016

Train To Busan, Sebuah Film Zombie yang Berkesan

Kita selalu berpisah jalan ketika Dudu sibuk dengan zombie dan T-virus, sementara Mama setengah mati berusaha mengerti itu boyband K-pop menyanyi lagu apa. Minggu ini keduanya bergabung jadi satu di Train to Busan.

Menyaksikan trailer film ini ketika nonton Detective Conan, kita berencana nonton di Sweetbox lagi. Jadilah malam Minggu kemarin kita kembali ke Slipi Jaya untuk ngedate. “Aku harap film ini ada subtitle bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Kalau tidak aku tidak tahu mereka bicara apa.” Lha sama juga dengan Mama.


Train to Busan bercerita tentang seorang single dad (Gong Yoo) yang mengantarkan putrinya (Kim Soo Ahn) untuk bertemu sang ibu. Perceraian mereka, di mata si anak, adalah karena sang ayah terlalu sibuk bekerja hingga melupakan keluarganya, termasuk kebahagiaan si anak. Bahkan pada awalnya, untuk mengantarkan si anak ke Busan pun, ayahnya tak ada waktu. Perjalanan dengan kereta yang seharusnya hanya 1 jam itu berubah jadi seharian plus pertarungan melawan zombie yang tanpa sengaja naik ke gerbong kereta dan menginfeksi semua orang.

04 September 2016

Jajanan Pasar, Rasa Yang Diwariskan.

Waktu kecil saya picky eater. Lupakan sayur dan Buah (kecuali mangga dan durian), saya karnivora yang lebih memilih daging sebagai lauk. Tapi kalau soal mengemil, saya ratunya. Dan ternyata beberapa kue jajanan pasar kesukaan saya menurun ke Dudu. 


Dudu waktu kecil semangat makan kue lapis 
Yang namanya jajanan pasar itu sesuatu buat saya, yang meskipun bukan fans masakan tradisional seperti opor dan soto, tapi fans berat jajanan tradisional. You name it, I’ve tried it. Dan salah satu misi saya sekarang adalah meneruskan “rasa” ini pada Dudu yang mukanya bule. Kalau kelak dia kembali ke negaranya, dia tidak lupa sama jajanan Indonesia. Kan Barrack Obama juga bisa cerita bakso, sate dan nasi goreng, masa Dudu yang tinggal lebih lama tidak bisa cerita lebih banyak. Memangnya apa sih yang dimakan?

02 September 2016

Nonton Meitantei Conan di Sweetbox CGV

A lot of good guys and a lot of bad guys, but there's only one truth. FIlm Detective Conan tahun ini serunya berlipat ganda karena tokohnya muncul semua. Setelah menunggu sekian lama, saya dan Dudu akhirnya nge-date juga nonton Conan sekalian mencoba Sweetbox di CGV Slipi Jaya yang ternyata recommended juga kalau nonton berdua anak. 


Filmnya dibuka dengan adegan kejar-kejaran seru antara anggota organisasi hitam yang kepergok mencuri data NOC, FBI (diwakilkan Shuichi Akai) dan PSB (diwakilkan si Bourbon alias Tooru Amuro). Si anggota organisasi berhasil melarikan diri tapi mengalami amnesia dan kemudian ditemukan Conan dan kelompok detektif ciliknya yang sedang berwisata ke Tohto Aquarium. Data yang dicuri si anggota organisasi sampai ke bos mereka dan mengakibatkan 3 orang NOC tewas dan 2 lagi (Kir & Bourbon) di ujung tanduk. Belum lagi untuk mengambil kembali anggota mereka yang diamankan polisi, Gin dan Vermouth menanam bom di ferris wheel Aquarium Tohto.

31 August 2016

Ayo Ikut Belanja Seru di Ikea Indonesia

Hej!

Jauh sebelum tulisan itu terpampang di pintu masuk IKEA Indonesia, saya pernah melihatnya di kertas surat dari sahabat pena pertama saya jaman SMA yang berasal dari Malmö, Swedia. Setelah hampir 10 tahun hilang kontak, kami bertemu lagi di media sosial dan tiga huruf itu kembali muncul di hadapan saya. I truly missed talking to her, like I missed walking through the aisle of IKEA. Buat saya, keduanya membawa kembali kenangan masa lalu saya, yang tertinggal di belahan bumi sebelah sana. 



Saya dan Andrew sudah merencanakan mau ke IKEA Indonesia berdua, sarapan meatball lalu belanja. Tapi Andrew keburu pergi duluan dengan orang tua saya (yang waktu itu sudah super tidak sabar mau ke IKEA 
Indonesia), sementara saya baru kesampaian berbulan-bulan kemudian ketika ada talkshow rumah ramah anak dari The Urban Mama. Kata orang "there's a will, there's a way," jadi pada suatu pagi saya berhasil pergi ngedate sama Dudu ke IKEA Indonesia.

Varför? Kenapa?
Ini adalah 5 itinerary kita di IKEA Indonesia


29 August 2016

Kekuatan Super Sebuah Pulpen

Setengah dekade sebagai jurnalis lifestyle, “nasihat” yang sering saya dengar adalah tentang sepatu. “Good shoes will take you to good places.” Atau quote Marilyn Monroe yang terkenal itu: “Give a girl the right shoes, and she can conquer the world.” Tapi buat saya, yang penting itu bukan sepatu tapi pulpen.



Saya selalu pakai sepatu high heels andalan ketika harus bertemu petinggi perusahaan dan negara, yang sebagian datang dari luar negeri itu. Ketika ngobrol sambil berdiri memang lebih membawa percaya diri, namun ketika kita duduk terpisahkan meja untuk interview, sepatu sudah terlupakan. Yang terlihat di atas meja, selain rekorder adalah notepad dan pulpen. Saat itulah, memiliki pulpen istimewa lebih mengena daripada sepasang sepatu mahal yang tersembunyi di kolong meja. Untuk saya, pulpen adalah nyawa dan saya biasanya lebih panik kalau ballpoint.macet daripada rekoder (atau jalanan) macet. Dan sudah jadi kebiasaan dalam tas saya selalu ada pen dan notebook, just in case ada ide mendadak muncul di jalan yang harus segera ditulis. 

Lalu saya gantung sepatu. Pensiun jadi jurnalis dengan high heels. Tapi saya tidak gantung pulpen. 

Setiap pen ada special giftboxnya

26 August 2016

My Curious Encounter with Indonesian Books

I read books, that's why I wear glasses. I spent my hours, drowned in library stacks. Something that I can proudly say, I passed on to Dudu. But when it comes to Indonesian writers, I have to admit I'm clueless. I find my comfort in English books that I usually skip the aisles with my own languages at the bookstore. I don't have anything beyond high school mandatory readings. I figure it's not fair.

The topic thrown at BEC discussion on their Facebook group page is challenging, not because I don't know any Indonesian writers, but because I'm not familiar enough with anyone to write a blog post about. Because I never buy a book in Bahasa Indonesia on purpose, my encounter with local books are always a pleasant surprise. Like what happened with these ones 

Ocean Melody
Ocean Melody by Gemala Hanafiah
Paperback, 282 pages

The book arrived on my hand one weekend, when I attended a travel blogger event. Didn't really know what to expect from this book, especially when I read the synopsis on the back and realized it talks about surfing. But the cover is compelling and after I followed Gemala on twitter and instagram, I started to flip the pages before long. An interesting story about an amateur going on surfing for the first time and her struggle to ride the largest wave out there. There's even a surfing 101 step-by-step guide inside the book. Ocean Melody takes you to the most beautiful (and memorable beaches, along the shoreline of our archipelago. I would never do surfing myself, so reading Gemala's book is like stepping into a thrilling adventure and the feeling of victory as you managed to finish the book. 

24 August 2016

Sukses di Disney, Chilla Kiana Rilis A Copy of You

Dalam acara launching Disney Time Please kemarin, ada satu penyanyi muda yang menarik perhatian saya dan Dudu saat makan siang. Kebetulan kami makan di pinggir panggung dan si penyanyi sedang sound check. Rambutnya panjang dan wajahnya cantik. Apalagi dia menyanyikan lagu kesukaan semua anak, “Let It Go.” Ternyata namanya Chilla Kiana.


Lalu siapa Chilla Kiana? Setelah sukses besar bekerjasama dengan Disney dalam project lagu “The Glow”, Chilla Kiana kembali membuktikan kemampuan bernyanyinya dengan sebuah single baru berjudul “A Copy Of You”, dengan menggandeng label rekaman Universal Music Group. Video Klipnya bisa dilihat di Youtube.

22 August 2016

5 Fakta Seru dari Seminar ASI IDAI

ASI selalu jadi pembicaraan hangat, bahkan bertahun-tahun kemudian ketika anak saya sudah masuk 10 tahun usianya. Minggu lalu, ketika para ibu menyusui di kantor saya berhasil meminta HRD untuk membawa kulkas dan menyediakan ruang menyusui di tempat outing (yes, para ibu-ibu bisa ijin pompa di tengah outbound begitu), rasanya saya jadi melihat lagi perjuangan para ibu ASI ini.

DR.Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K),
Ketua Umum IDAI, memberikan cerita sambutan
.
Si Dudu juga anak ASI, tapi saya tidak memaksakan dia jadi anak ASI. Bukan eksklusif karena dia minum susu formula juga, dan makan pisang di usia 5 bulan. Waktu itu yang namanya menyusui tidak pakai teori karena menurut saya ya mamalia yang lain baik-baik saja kok, kenapa saya harus stress. Baru kemarin inilah saya menghadiri seminar ASI yang diadakan di Kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan menemukan berbagai pemikiran menarik. Let me share that with you.

17 August 2016

Menciptakan Ulang Tahun yang Berkesan

Saya pernah menulis sebuah renungan tentang “how far would you go for your child’s birthday?” Saya sendiri pernah mengubah itinerary liburan keluarga, demi merayakan ulang tahun Dudu yang jatuh pada tanggal 14 Juli di Paris. Tapi kalau ditanya ke anaknya, ya ulang tahun ke-4 itulah yang paling dia ingat. “Tiup lilin di bawah Eiffel Tower, Ma.” Jadi rencana saya sukses.

Tapi masa iya harus sejauh itu merayakan ulang tahun agar berkesan? Ulang tahun Dudu yang jatuh pada hari libur sekolah biasanya tidak dipestakan. Hanya tahun pertama yang ada pesta kecil-kecilan dengan keluarga besar di rumah. Ulang tahun ke 10 kemarin bahkan hanya tiup lilin di atas puding melon. Tidak ada kue. Dan karena ulang tahun yang jatuh pas liburan inilah, saya selalu berusaha mencari hal-hal kecil yang bisa menjadi kenangan indah untuk ulang tahun Dudu.

Ini ide saya:


14 August 2016

Time Please: Ketika Disney, Pramuka dan Microsoft Bicara Volunteering

Cara paling mudah menjadi bahagia adalah membuat orang lain bahagia,” begitu kata Daniel Mananta di panggung peluncuran gerakan Time Please Disney bersama Gerakan Pramuka Indonesia dan Microsoft Philantrophies, 6 Agustus lalu di Gandaria City. Dan karena kita semua pasti punya waktu, maka berbagi waktu adalah cara temudah menuju bahagia. 


Kalau dulu saya ikut Pramuka sampai tingkat Penggalang, si Dudu hanya tahu bahwa Pramuka itu pelajar berseragam coklat yang harus masuk sekolah di hari Sabtu. Maka itu, ketika undangan menghadiri acara Pramuka ini mampir ke inbox, saya langsung semangat.

11 August 2016

Kata Dudu Tentang Sekolah Full-Day

“Hi, my name is Andrew. My school is in Raffles. I go home at 2 o’clock, if there’s remedial or CCA, I go home at 3 or 4 o’clock.”

Gara-gara debat sekolah full-day, saya jadi penasaran apa kata Dudu sebagai seorang anak yang masih sekolah. Saya sendiri tidak termasuk yang setuju karena sekolah bukan hal yang berkesan dan ingin saya ulangi lagi haha. Tapi yang sekolah kan si Dudu ya, jadi kenapa tidak tanya sama si Dudu saja? Agak campur-campur bahasanya karena si Dudu kalau bercerita (apalagi tentang sekolahnya) suka mendadak ketularan Cinta Laura.




09 August 2016

Buku Panduan Berani ke Dokter Gigi

Siapa yang anaknya takut ke dokter gigi? Bagaimana kita membujuknya? Apakah Mama semua tahu bahwa ASI bisa membuat gigi bolong? Lalu kapan sebaiknya kita memberikan makanan manis pada anak? Semua pertanyaan itu terjawab di acara launching buku cerita seri gigi oleh Komunitas Kejora yang pendirinya adalah 2 orang dokter gigi.



drg. Tara Prathita SpKG dan drg. Stella Lesmana bertemu di tempat kerja. Stella yang dokter gigi anak sering menemukan para pasien ciliknya ketakutan ke dokter gigi dan datang dalam keadaan menangis. Jangankan anak-anak, orang tua saja sering takut memeriksakan gigi. Termasuk saya. Padahal kuncinya sederhana, memberitahu anak tentang proses pemeriksaan gigi sehingga anak yakin kalau ke dokter gigi itu bukan berarti akan selalu menyakitkan. Selain itu, pada pasien anak-anak, banyak pula ditemukan orang tua yang kurang perduli dengan kesehatan gigi anak. Sehingga mereka datang ketika gigi anak sudah bolong.

Memang seram sih, kalau kunjungan pertama ke dokter gigi adalah untuk menambal gigi bolong.

29 July 2016

The Quest to Find a Birthday Present

Yang kenal Dudu pasti tahu bahwa dia selalu membawa satu tas yang penuh dengan action figure dan Nerf Gun, senjata ampuh Dudu ketika harus menunggu. Koleksi action figurenya banyak, tapi tidak semua lolos seleksi untuk masuk ke tasnya dan mendapatkan peran di cerita pertempuran melawan zombie yang selalu menjadi plotnya.

Satu per satu action figure keluar dan ada 2 pirates hadiah ulang tahun dari grandparentsnya di Amerika, dan 2 Power Rangers. Teman-teman saya biasanya bertanya, “ini Power Rangers ya? Kamu suka Power Rangers?” Dan Dudu akan menjawab bukan. Si Power Rangers hanya satu dari action figure pemeran utama cerita karangannya. 

Jadi, ketika ditanya mau hadiah apa untuk ulang tahunnya yang ke-10 kemarin, jawaban Dudu hanya 2 macam: Nerf Gun dan Action Figure. Koleksi Nerf Gunnya sudah lumayan, jadi saya memilih membelikan action figure baru. Tapi belanja action figure sama Dudu sama dengan ketika saya mencari sepatu. Susah cocoknya karena terlalu spesifik. Meskipun kita selalu pergi #DateWithDudu setiap weekend, tapi capek juga keliling mall hanya untuk mencari action figure tertentu, dengan harga terjangkau kantong. 

Akhirnya si anak yang browsing sendiri
Ini yang membuat saya jadi sering browsing online shop. Lalu saya bertemu DotsTOYLAND.com. Dots merupakan singkatan dari Delivery on the spot. Jadi barang-barang yang tesedia di sini merupakan ready stock, siap dikirim ke customer. Barang-barangnya juga asli dan masih tersegel rapi. Nah, pas deh, saya mencoba browsing.

27 July 2016

Ice Age: Collision Course

Baru kemarin cerita Ice Age di Dufan, eh ternyata Ice Age Collision Course sudah tayang di bioskop. Menang tiket preview dari XYKids dan Kidnesia (sering-sering mampir ke Twitter mereka buat ikut kuis nobar yah), kita menggeser rencana nonton Star Trek dan Phantom Detective untuk trio binatang kesayangan: Sid, Manny dan Diego.


Ceritanya masih seputar binatang-binatang yang hidup di jaman es. Namun kali ini kehidupan mereka terancam oleh meteor jatuh. Dipimpin oleh Buck si musang, rombongan Sid (dan neneknya), Diego dan Shira, plus Manny dan keluarga besarnya berangkat ke gunung volcano untuk mencegah meteor jatuh.

Dan jangan ditanya kenapa meteor jatuh karena semua itu salahnya Scrat dan kenarinya yang sudah membuat bencana alam dan rencana kiamat dari Ice Age Pertama.

Masalahnya bukan hanya meteor tapi Sid yang galau karena tak kunjung bertemu pasangan, Diego dan Shira yang merasa tidak bisa jadi orang tua yang baik karena sebagai hewan pemangsa mereka ditakuti anak-anak, serta Manny yang kesulitan merelakan Peaches menikah dengan Julian. Belum lagi sekawanan burung dinosaurus pemangsa yang mengejar Buck. 


Sementara saya masih bolak-balik meragukan rating PG-13 yang terpampang di website review movie, Ice Age ini termasuk aman karena ratingnya PG. Buat anak-anak seru, buat orang dewasanya memberikan nasihat tersendiri. Buat yang jomblo, tidak perlu khawatir karena bahkan Sid dapat menemukan jodohnya. Ups jadi spoiler.

Baca juga: Tips Memilih Film Layak Tonton Untuk Anak

Ice Age yang reviewnya jelek di mana-mana ini tidak seburuk yang ditulis semua orang. Okelah ceritanya sudah maksa, dan pesan moralnya standar. Tapi sebagai orang tua, menyenangkan untuk diingatkan bahwa semuanya mengalami masalah yang sama. Separation anxiety dengan anak yang mulai remaja (Manny dan Peaches), tidak yakin bisa jadi orang tua yang baik (Diego dan Shira) bahkan teguran supaya jadi orang tua kita juga mendengarkan suara anak (keluarga dino terbang).

Dudu suka? Well, dia senang sih, karena dia memang senang dengan keluarga Manny. Ketika dibilang menang kuis pun, dia langsung semangat. “Ada Manny, Ellie dan Peaches, Ma.” Menurut dia, binatang-binatang itu keren karena sudah survive dari Ice Age pertama. Haha. Padahal tadinya dia sudah tidak mau nonton film yang targetnya anak Balita lagi.


Ice Age tidak seram, meskipun ada Diego dan sekawanan dino terbang yang giginya tajam itu. Jadi anak batita sepertinya bisa dibawa nonton ini juga. Filmnya juga hanya 1 jam 30 menit, kurang lebih sama dengan Angry Birds. Tapi bedanya kalau Angry Birds itu cepat selesai, film ini terasa lebih panjang dan lebih santai nontonnya. Jadi lebih worth it.