Showing posts with label Setoran KLIP. Show all posts
Showing posts with label Setoran KLIP. Show all posts

03 March 2022

Tebak-tebak Pekerjaan Mama

Dudu sering bilang kalo saya tidak seperti Mama pada umumnya. Saya tidak bersih-bersih rumah dan saya tidak masak.
“Kalau begitu Mama apa dong?”
“Mama ini seperti ayah, cari uang dan bekerja. Lalu main game sama saya.”


Hal ini membuat saya berpikir ulang tentang role sebagai orang tua. Stereotypical banget ya. Papa kerja, Mama urus rumah. Dan saya, yang selalu ngaku tomboy sampai ada orang pintar yang suruh saya jadi feminin dikit biar dapet jodoh ini, memang prefer role yang pertama. Saya pikir yang namanya tomboy berhenti di manjat pagar, naik ke genteng sampai diomelin nenek tetangga atau se-simple pergi cuma bawa dompet sama hape dikantongin haha. Ternyata terbawa ke kehidupan sehari-hari juga.

Bukan hanya saya perempuan yang bekerja. Mama yang cari uang untuk anaknya. Beberapa waktu lalu, saya pernah bertanya di komunitas Single Mom yang saya ikuti, bagaimana anak mendeskripsikan pekerjaan si Mama. Dan jawabannya lumayan seru-seru. Dimulai dari Dudu ya.

“Mama kerjaannya apa?”
“Yang sekarang?”
“Iya.”
“Editor? Copywriter?”
“Ya itu dulu sih.”
“Sekarang Mama bekerja sebagai apa?”
“Livestreaming Campaign.”
Anaknya bengong sesaat sih. Lalu saya balik bertanya.
“Emangnya editor kerjaannya ngapain?”
“Membetulkan tulisan orang lain, lalu mengomel saat ada spelling yang salah.”

Hahahaha. Kok begitu?

Udah cocok jadi blogger belum anaknya?

Bagaimana dengan anak lain? Kemudian, saya melemparkan pertanyaan ke grup komunitas emak-emak yang saya ikuti dan jawabannya lucu-lucu. Coba disimak di sini:

20 February 2022

Butuh Break? Main Word Game Seru Ini

Ada 10 menit break sisa dari makan siang yang sekarang cuma di meja makan rumah. Tidak perlu jalan dari kantin ke meja, tidak perlu ngobrol bareng teman. Tidak perlu jajan beli kopi juga. Lalu mau ngapain?

“Kenapa Mama tidak bermain game saja?”
Begitu saran si Dudu. Masalahnya, saya bukan tipe yang suka main game di ponsel atau laptop. Dan saya tidak suka game tembak-tembakan juga. Jadi apa dong?


Jaman kuliah dulu, ada 4 koran yang dibagikan secara cuma-cuma di lingkungan sekitar kampus saya: New York Times, USA Today dan 2 koran lokal. Saya sering mengambil edisi hari minggu lalu mengklipping komik dan mengerjakan crossword puzzle. Crossword Puzzle milik New York Times ini terkenal sulit, dan bisa mengisi maksimal 5 saja saya sudah bangga haha. Tapi kalau mengerjakan ini, biasanya saya menghabiskan setengah hari sendiri sebelum menyerah. Kalau digunakan untuk mengisi waktu lunch break, bisa-bisa tidak kembali bekerja dong. So, saya mampir ke website nytimes.com dan merasa menemukan harta karun dengan adanya 3 mini-games berikut yang bukan hanya ‘puzzle’ tapi juga main-main dengan kata.

15 February 2022

Self-Love dengan Menuliskan Gratitude Journal

 Ada pepatah mengatakan “count your blessings,” atau hitung berkatmu. Dengan melakukan ini, kita dapat menjadi lebih positif dalam hidup, jarang stress dan jarang sakit. Kayaknya penting banget di jaman pandemi ketika kata “positif” malah jadi menyeramkan. 

Akhir pekan kemarin, saya belajar bersyukur. Menuliskan 10 hal yang membuat saya berterima kasih hari itu. Mulai dari hal kecil kayak bisa ngopi sampai yang besar seperti menyelesaikan pekerjaan. Tulisan yang jadi Gratitude Journal atau Jurnal Syukur ini adalah salah satu yang saya lakukan dalam rangka self-love. 


Jurnal syukur yang lucu-lucu begini bisa bikin tambah motivasi

Apa sih jurnal syukur? Seperti namanya, jurnal syukur adalah tempat (bisa buku, bisa app, bisa blog dan lainnya) di mana kita menuliskan hal-hal yang kita syukuri setiap harinya. Berbeda dengan diary, jurnal syukur ini tidak perlu panjang-panjang menulis dan tidak perlu detail. Dalam positive psychology, jurnal syukur digunakan untuk mereka yang ingin memfokuskan diri pada hal-hal positif dan disyukuri dalam hidup ini.

08 February 2022

Ketika Suka Menulis Saja Tidak Cukup untuk Menjadikannya Kebiasaan

Saya suka menulis!

Tapi blog kok berdebu? Buka laptop kok langsung blank dan malah nonton Youtube? Buka hape malah cek Instagram? Hm… Ada yang pernah ngalamin?

Kehabisan ide, writer’s block atau hilang mood biasanya jadi alasan klasik saya tidak kunjung menulis. Belum lagi kalo nge-blog pakai malas ngedit fotonya haha. Di dua kelas persiapan Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) yang saya ikuti minggu lalu, ada banyak tips dan trick yang bisa saya lakukan supaya bisa terus lancar menulis setiap hari. Penasaran?



Dari sesi Ibu Septi Peni Wulandari, Founder Ibu Professional yang berjudul “Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga dalam Berkarya,” saya menemukan beberapa tips.

Yang pertama, kita harus tau apa yang kita sukai. Saya suka menulis. Iya, menulis apa? Pendek, panjang, serius, fiksi, non-fiksi, blog? How to identify them? “Kuncinya adalah kebahagiaan,” begitu saran Ibu Septi. “Tulisan sebagus apapun, kalau tidak ada hatinya, tidak sampai ke pembacanya.” Ini bener banget, soalnya kalau tidak suka dengan apa yang kita tuliskan, bagaimana bisa ide muncul dan menulis bisa lancar?

03 February 2022

Loki, Star Wars dan Langganan Disney+

Disney+, worth it nggak buat langganan? Pertanyaan yang menghantui kami dua bulan terakhir, setelah saya dan Dudu mulai kehabisan serial buat ditonton bersama.

Paket internet saya expired akhir bulan kemarin. Ketika mau renew, ternyata paket yang biasanya saya beli sudah tidak ada lagi. Yah, sedih. Terpaksa browsing paketan baru, lalu nemu paket dengan free Disney+ sebulan. Hm… Sepertinya menarik. Ya sudah kalau gratis. Awalnya sempat kesulitan mau install. Saat Dudu coba di aplikasi Disney+ Hotstar di ponselnya, OTPnya tidak pernah sampai. Lalu akhirnya kita coba di Smart TV di rumah. Download aplikasinya, lalu login lewat web di laptop dan memasukkan kode di TV untuk menghubungkan kedua perangkat. Ternyata berhasil. Semoga habis ini, paket gratisannya masih ada, jadi kita berdua bisa nonton Disney+ juga bulan depan.


Dudu sudah bolak-balik ingin nonton Star Wars secara lengkap. Sesuatu yang menurut saya keturunan bapaknya, soalnya saya bukan big fan of Star Wars. Nontonnya juga hanya karena ada Anakin Skywalker yang menurut saya lumayan good looking, lalu kisah cinta sama Amidala itu seru. Tapi Dudu nonton Star Wars dengan serius. Something that Americans would do haha. Star Wars dan warna hijau adalah dua hal yang membuat saya percaya kalau ada hal-hal absurd yang diturunkan secara genetik, soalnya dua hal itu kesukaan bapaknya yang tinggal di Amerika.

Jadi pas makan siang, saya iseng-iseng bertanya.

“Udah nonton apa aja, Du? Selain Star Wars?”
“A series called Encanto.”
“Oh, katanya bagus ya itu? Gimana ceritanya?”
“Iya. It taught people not to label a child ‘special’ soalnya the child with special label will be pressured to love with that expectation, while the one without the label will be sad.”

26 January 2022

Hore, Menang!

How do you measure winning? Apa itu menang?

Kalo kata KBBI ada beberapa arti. Yang pertama adalah mengalahkan musuh. Yang kedua adalah mendapatkan sesuatu, bisa hadiah dari sayembara ataupun reward setelah mengalahkan lawan. Yang ketiga adalah melebihi dari sesuatu, dan yang keempat adalah dinyatakan benar dalam sebuah perkara.

Lalu gimana bisa ada kemenangan kecil dan kemenangan besar? Gimana ngukurnya?

Di postingan sebelumnya, saya menulis kalau ikutan challenge membuat saya berhasil menulis fiksi dan mempublikasikannya di Wattpad. Padahal saya bukan penulis fiksi dan belum pernah menulis fiksi secara serius. Ini adalah sebuah kemenangan buat saya. Lalu entah gimana, “buku” yang isinya 3 bab itu dapat ranking #7 di kategori kecil. Tapi itu juga sebuah kemenangan buat saya. Lalu tadi pagi ada pesan masuk, yang bilang bahwa satu cerita fiksi yang saya tulis di situ terpilih jadi pemenang kontes yang diadakan oleh salah satu Wattpad ambassador. Ini beneran menang.

Menang perdana pakai tulisan nama pena

Besarnya sebuah kemenangan, ya kita sendiri yang tentukan karena faktornya juga banyak. Ada hadiah, ada lawan dan ada konteksnya. Semua kemenangan yang didapat dari menulis fiksi di atas adalah kemenangan besar. Bukan karena hadiahnya atau siapa yang dikalahkan, tetapi konteksnya. Menulis fiksi, bahkan cerpen, adalah sesuatu yang tidak pernah saya lakukan dan cenderung maju mundur mengerjakannya. Jadi, ketika berhasil meraih semacam apresiasi yang tidak diduga seperti kontes ini ya kemenangannya jadi terasa besar.

Proses menulis fiksi ini jadi sebuah prestasi tersendiri, karena saya berhasil mengalahkan ketakutan dan kekhawatiran tentang menulis cerita fiksi, bahkan akhirnya mendapatkan reward.

Sama dengan menulis in general. Berhasil menulis (hampir) setiap hari juga sebuah prestasi, karena yang dikalahkan adalah rasa malas diri sendiri.

So, semuanya balik lagi ke diri sendiri, what’s important for you? Apa yang saya anggap penting. Kemenangan yang saya anggap besar ini, sampai saya cerita ke semua orang, mungkin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan teman-teman saya yang sudah berhasil menulis novel, bahkan bisa mendapatkan penghasilan tetap dari sana. Begitu juga dengan teman saya yang lain, yang cerita kalau berhasil untung banyak dari main saham dan habis itu kaget sendiri karena kemenangan dia ternyata tidak ada artinya buat saya yang belum paham investasi. Haha.

Winning is rather personal. Jadi saya juga berusaha tidak membandingkan “prestasi” saya sebagai ibu dengan emak-emak dan mama-mama lainnya. Saya berhasil membesarkan Dudu sendirian selama 15 tahun, berarti saya sudah menang. Dari apa? Tidak tahu juga sih, mungkin dari kekhawatiran diri sendiri atau dari stigma masyarakat. Tapi yang jelas bisa bilang, hore, saya menang!

23 January 2022

Konsistensi Menulis untuk Diri Sendiri

Di awal January kemarin, saya memutuskan untuk ikut sebuah writing challenge dari Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) untuk menulis setiap hari selama setahun. Nekat memang. Soalnya saya sering ikutan challenge yang sebulan, bahkan seminggu dan gagal. Ini adalah postingan ke-20 dari challenge tersebut, sebuah achievement yang mau saya rayakan. Meskipun bukan daily post karena ada beberapa hari yang bolong-bolong, tapi tetap saja konsistensi menulisnya ada.

Apa yang berubah? Apa yang saya lakukan berbeda dari challenge-challenge sebelumnya?


Pertama, kebebasan memilih platform. Di semua challenge sebelumnya yang saya ikuti, saya selalu fokus ke blog. Selain karena tujuan ikutan challenge adalah mengisi dan menghidupkan kembali blog yang sering hiatus dan berdebu ini, saya juga hanya konsisten menulis di blog sendiri. Akun UGC ada, akun semacam storial dan wattpad juga ada. Tapi apa yang saya tulis di UGC macam Kompasiana biasanya saya tulis juga di blog, akun UGC saya jadi ikut berdebu. Lalu fiksi bukan kekuatan saya, dan membutuhkan waktu lama untuk menulisnya. Jadi akun-akun storial dan wattpad ya debuan juga.

Di challenge ini saya mencoba tidak membatasi platform yang digunakan. Tidak melulu harus blog, yang penting menulis. Ternyata ini membantu saya konsisten menuangkan tulisan karena fokusnya berpindah dari media yang saya gunakan ke something as simple as “menulis.” Blogging butuh gambar, dan biasanya mengedit gambar atau menemukan ilustrasi yang cocok sering jadi kendala tersendiri.

13 January 2022

Maaf, Du, Mama Makan Sushi Tidak Ajak Kamu

“Eh kemaren Mama makan sushi enak deh. Murah lagi.”
“Sama siapa? Kok tidak ajak saya?”
“Sama Tante x, deket Citos. Tau gitu kemarin kita makan di sana ya. Next time deh kita nge-date ke sana.”


Namanya Yasami Sushi, lokasinya ada dekat perempatan Fatmawati - TB Simatupang. Di Gedung Beka setelah SPBU Shell. Satu gedung sama Kloop Coffee di Jl Fatmawati Raya 100-D, tapi ngumpet di belakang ke bagian yang menghadap gang, bukan jalan utama R.S. Fatmawati. Pantesan selama ini lewat kok belum pernah lihat restoran ini.



Yang bikin kaget adalah, sudah pesan sampai nambah-nambah, ternyata total bill-nya tidak sampai 200k. Harga di menu sudah termasuk tax dan Ocha-nya refill.

On the bill:
  • Yasami Special Salad (35k)
  • Chicken Katsu (30k)
  • Unamon Roll (36k)
  • Ebi Salmon Roll (42k)
  • Chicken Katsu (30k)
  • Yuki Roll (32k)
Kalau disuruh menjelaskan, seperti apa sushi di Yasami ini, saya akan bilang Sushi rumahan yang rasanya sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia. Sederhana dan tidak komersil haha. Wasabi dan Gari (alias jahe)nya disajikan di piring Sushi, bukan mengambil sendiri. Unamon Roll adalah gabungan antara unagi dan salmon. Fusion Sushi berisi crabstick dan kyuri, dengan torched salmon dan torched unagi di atasnya. Ebi Salmon Roll isinya jelas sesuai namanya, yang bikin berbeda adalah orange sauce-nya yang pertama saya kira Spicy Mayo. Ternyata yang ini tidak pedas. Sementara Yuki Roll, yang pas dihidangkan terkesan sedikit pucat, berisi salmon tempura, kyuri dan mayo.


Bukan cuma rasa, tapi suasana restoran ini juga homey banget, bikin betah duduk lama. Ngobrol sama Tante x tahu-tahu sudah 2 jam lebih. Jadi, tempat ini pas banget buat yang mau catch up sama teman lama setelah terpisahkan pandemi. Tempatnya tidak ramai dan parkirannya gampang asalkan tidak kelewatan gang-nya. Kalau bablas pun masih bisa parkir di Gedung Beka depan, di Kloop Coffee, lalu jalan 5 menit ke samping.

Nextnya pengen coba Sushi Platter yang harganya mulai 130k sih, tapi saya dan Dudu beda preference kalo makan Sushi. Dudu suka yang nigiri, yang simple cuma nasi sama tamago. Saya suka yang fusion dan fancy, yang pake salmon, keju, kremesan dan lainnya. Sementara kalo liat menunya Yasami tidak punya negiri standar yang hanya satu ingredient aja.


Browsing ke menu lain yang non-sushi, Yasami Sushi juga ternyata punya Donburi. Ada Gyudon dan ada Chicken Katsu yang harganya juga terjangkau. Oke sip, Dudu aman kalo mau diajak makan di sini.

07 January 2022

When Life Gives You Lime

Tambahin yakult, terus masukin kulkas biar segar.

Gara-gara hujan badai yang akhir-akhir ini sering melanda, pohon jeruk di depan rumah jadi panen alias buahnya pada jatuh semua ke bawah. Terus mau diapain, kan ini jeruk nipis?

Bukan cuma jeruk nipis yang dipanen.

Jeruk nipis banyak manfaatnya karena mengandung vitamin C yang tinggi, mulai dari meningkatkan kekebalan tubuh sampai menjaga keremajaan kulit.

Jeruk nipis plus kecap manis ampuh buat batuk. Waktu masih kecil dulu, obat batuk yang saya minum ya racikan ini. Lalu, kalau pas tidak ada yang batuk bagaimana? Mau diminum langsung, rasa asamnya bikin minuman ini dicuekin Dudu. Padahal vitamin C-nya banyak. Lalu saya coba iseng-iseng buka kulkas dan memeriksa lemari untuk mencari bahan racikan minuman yang pas dengan jeruk nipis, kemudian mendapatkan dua ide berikut.


Lime-Yakult
2 buah jeruk nipis plus 1 botol yakult. Dicampur dalam 1 gelas minuman. Masukkan ke kulkas biar dingin baru dinikmati.


Lime-Honey Tea
4 buah jeruk nipis, 2 sendok makan madu dan sebotol teh pahit. Kalau bisa yang rasa tehnya strong. Saya menggunakan loose tea alias daun teh yang tidak di kantongan. Habis itu masukkin ke kulkas biar dingin.

Sudah bikin dua gelas Lime-Yakult, satu botol Lime-Tea-Honey, tapi jeruknya masih sisa banyak. Dibikin apa lagi ya? Bukan tipe yang bisa masak, tapi di kulkas ada ayam karaage beku yang mungkin bisa jadi masakan semi-homemade.


Lime-Chicken Sweet Sour
Karaage Chicken, 3 buah jeruk nipis dan 2 sachet saus tomat. Bawang putih dicincang halus. Kalau ada bawang bombay sebaiknya dipakai. Jadi, karaage digoreng dulu, tiriskan. Setelah itu masak bumbunya: bawang putih cincang halus, ditumis. Lalu masukkan air jeruk nipis peras, saus tomat dan bawang bombay. Setelah itu tambahkan ayam karaage dan aduk sampai rata.

Meskipun Dudu suka dua minuman yang saya buat, ayamnya sih tidak disentuh haha.

Tapi mungkin lain kali, kalau jeruk nipis jatuh dari pohon sebanyak ini, saya akan coba bikin skincare. Penggunaan lime untuk kulit masih sedikit kontroversial karena kadar acidity alias keasaman yang bisa bikin kulit jadi perih, tapi saya menemukan beberapa resep yang kayaknya patut dicoba:

Coconut Lime Salt Scrub

2 jeruk nipis, parut kulitnya. Potong lalu peras
1 cup sea salt yang kasar
½ cup coconut oil
1 sdt coconut extract
Cara membuat: Campur semua ingredients kecuali parutan kulit jeruk. Setelah semua diaduk rata, taburkan kulit jeruk di atas adonan. Simpan di toples kedap udara.

Atau ada yang punya resep lain dengan jeruk nipis?

06 January 2022

Akhirnya Dudu Mau Begadang di Malam Tahun Baru

“So, what are we gonna do for New Year’s Eve? Tidak tidur semalaman lagi?”
“Eh, Mama sih mau nongkrong di rumah teman, kamu mau ikut?”
Wah, tumben!


Si anak yang selalu tidur jam 9 ini sekarang sudah mau bergadang. Beberapa tahun terakhir biasanya dipaksa Mamanya haha. Dari yang marah dan ngambek karena ngantuk, sampai akhirnya mau bergadang sendiri. Selain tahun baru, biasanya kita bergadang buat pergi ke Big Bad Wolf, buat naik pesawat ke Korea, atau buat pergi berangkat road trip ke luar kots . Tapi, sama anak remaja di tengah pandemi begini, mau ngapain malam tahun baru?

Mukanya keliatan ngantuk begadang ngga?

“Kamu bergadang mau ngapain, Du?”

What to do?

Nonton film
Dudu kemarin marathon nonton Star Wars. Soalnya yang datang semuanya orang dewasa haha. “Kalau mengobrol, saya tidak akan nyambung, Ma.” Begitu alasannya. Jadi, sementara kita heboh menyiapkan makan dan gosipan, Dudu nonton film.

Main board game
Paling seru dan yang ampuh mengusir ngantuk ya Uno atau Jenga. Soalnya kalau rubuh, bunyinya keras dan bikin kaget haha. Tapi permainan lainnya yang klasik seperti Monopoli, atau yang bikin mikir seperti Articulate juga lumayan seru untuk mengisi waktu menunggu pergantian tahun.

Karaoke nostalgia
Yang membedakan karaoke kali ini dengan karaoke lainnya adalah ceritanya. Setiap peserta memilih 1 lagu yang menggambarkan tahun 2021, lalu menceritakan kisahnya setelah selesai menyanyikan lagu tersebut.


What to serve?

Malam tahun baru kemarin kita potluck, dan ada satu dish yang menarik. Namanya Charcuterie. Eh apaan nih Charcuterie?

03 January 2022

Mengawali Tahun Baru Dengan Membuat Vision Board di Canva

Hari ke-3 di tahun 2022, hari Senin pertama. Yuk, belum terlambat bikin resolusi dan gol tahun baru!

Setiap tahun, saya selalu berpikir ingin melakukan sesuatu yang baru. Harus ada yang berbeda yang dilakukan tahun ini. Awal tahun jadi kesempatan untuk me-reset semua yang sudah lalu. Begitu juga dengan 2022, yang baru hari ini kepikiran mau bikin apa.

Vision Board
Ini favorit saya. Sebelum pandemi, saya pernah ikutan kegiatan membuat vision board bareng Dudu di acara komunitas Single Moms Indonesia. Tahun kemarin nggak bikin sih. Tahun ini akhirnya bikin sendiri di aplikasi Canva.

Ini Vision Board Saya buat 2022

Eh, tapi vision board itu apa? Sekilas terlihat seperti sebuah papan penuh gambar-gambar dan tulisan. Tapi sebenarnya vision board ini merupakan visualisasi rencana dan mimpi kita. Membuatnya seru, dan setelah jadi, sebaiknya ditaruh di tempat terlihat. Biar kita ingat terus sama goal kita selama setahun penuh, membantu kita fokus dan berusaha mencapainya.

Meskipun nggak se-seru kalau menggunting dan menempel sendiri di papan, digital vision board juga banyak gunanya. Yang pertama tentunya nggak banyak sampah hehe. Karena bikinnya di laptop. Lalu hasilnya bisa dipajang jadi wallpaper laptop biar setiap hari diingatkan. Selain itu, vision board digital juga lebih awet. Kalau yang fisik bisa kotor dan bisa rusak, yang digital bisa disimpan selamanya.

Caranya gimana?
Pertama, pilih aplikasinya.


Yang pasti ada di laptop, dan paling mudah digunakan adalah Powerpoint. Tinggal copy paste gambar-gambar ke sana dan tambahkan tulisan. Tidak perlu sign-up atau mendaftar. Bahkan bisa dikerjakan tanpa koneksi internet karena aplikasinya kan biasanya sudah satu paket dengan MS Office yang ter-install di laptop kita. Downside-nya hanya, ya kurang keren hasilnya kalau dibandingkan dengan yang dibuat lewat aplikasi kekinan seperti Canva hehe.

Di Canva ada banyak template Vision Board yang dapat digunakan, namun sayangnya banyak yang berbayar atau khusus pelanggan Canva Pro.

Jangan khawatir, ada banyak template lain yang dapat digunakan sebagai template vision board. Contohnya Facebook Post (ukuran 940px x 788px) atau ukuran Postcard (148mm x 105mm), lalu cari tema dan element scrapbook untuk mempercantik hasilnya.

Pilihan template Vision Board di Canva

Kedua tentukan tema yang paling mengena, goal yang harus dicapai.
Meskipun vision board umum juga dapat membantu, tapi fokus yang spesifik dapat membuat goal kita lebih mudah tercapai. Cari satu bagian dari hidupmu yang ingin diubah di 2022. Misalnya ingin jalan-jalan, ingin kuliah lagi, ingin karir lebih baik, ingin lebih punya waktu bersama keluarga, atau ingin punya bisnis sendiri. Hm… saya ingin apa ya?

Ketiga, cari gambar yang sesuai.
Kalau mimpi kita ada lebih dari 1, misalnya ingin jalan-jalan dan punya bisnis sendiri, sebaiknya gambar-gambar yang kita temukan dikumpulkan sesuai tema. Yang sebelah kanan bisa penuh dengan gambar pantai, gunung, Jepang, Korea dan negara lainnya. Sementara yang kiri bisa gambar orang presentasi, klien, co-working space incaran dan lain sebagainya.

Jangan lupa pakai tema & element "scrapbook" biar lebih cantik

Setelah semua lengkap, barulah mulai men-desain.

Satu hal yang harus dilakukan adalah meletakkan Vision Board ini di tempat yang kita bisa lihat setiap hari. Makanya kalau digital ya jadikan wallpaper laptop atau ponsel.

Sebenarnya lebih seru lagi kalau bisa dilakukan bersama anak sih.

02 January 2022

Mencari Comfort Food di Claypot Popo

Makanan di sini comfort food banget!

Begitu komentar yang kerap mucul waktu mendengar soal Claypot Popo. Tempatnya selalu ramai, harganya murah dan makanannya sederhana. Jadi penasaran mau coba.

Emang apaan sih Comfort food?


“Makanan yang disiapkan secara tradisional, biasanya memiliki nilai sentimental atau nostalgia.” (https://www.merriam-webster.com/)

Setiap orang punya comfort food yang berbeda. Kalau saya, karena dari kecil suka makan nasi anget, telor kecap dan cumi asin, kayaknya itu deh comfort food saya. Kalau Dudu? Hm… Kalau ditanya “mau makan apa?” seringnya dijawab Hoka-hoka Bento. Chicken Katsu. Atau Sosis goreng biasa. Comfort food memang biasanya simple.

Claypot Popo sedikit berbeda dengan claypot yang saya kenal. Claypot sendiri ada teknik memasak dengan mangkuk tanah liat yang mampu menjaga rasa dan aroma makanannya. Biasanya dihidangkan panas dalam mangkuk tertutup. Lalu makannya jadi harus menunggu karena nasi-nya tak kunjung dingin haha. Karena itulah pas mampir ke Claypot Popo dan mencoba makanannya, saya sedikit bingung. Makanan disajikan di claypot terbuka, lalu selain nasi, ada menu misua dan locupan juga.


Lokasinya di Blok M Square, dari luar seperti hidden gem kaki lima di Hongkong. Pintunya kecil dan mau masuk harus mengantri. Restorannya ada di lantai dua. Di tengah pandemi seperti ini, di mana kapasitas restoran dibatasi hanya setengahnya, jadi lebih sulit mendapatkan tempat duduk. Tapi yang namanya masakan claypot kan harus dimakan selagi hangat dan di mangkuk tanah liatnya ya. Jadi, buat saya pesan antar bukan pilihan. Kecuali saya punya claypot sendiri di rumah.

Pesanan kami ada Claypot Sapi Cah Bawang Putih (42k) dan Claypot Misua Tahu Telor Asin (28k) yang katanya paling recommended. Mau pesan kopi tarik, sayangnya hari itu sold out. Kedua makanan tersebut datang dalam claypot terbuka berwarna biru sedikit abu-abu. Kesan pertamanya “kok beda?” haha. Tapi ternyata rasanya enak. Yang Claypot Sapi Cah Bawang Putih lebih mengena buat saya dan Dudu karena pakai nasi hangat, daging plus saus yang membuat nasinya jadi lebih lembek. Yang Claypot Misua Tahu Telor Asin, meskipun katanya ini yang paling populer dan paling value for money karena harganya murah, agak asing di lidah. Buat yang penasaran, Claypot Popo ini halal ya.


Worth it? Well, kita berdua sih suka. Meskipun bukan "comfort food" buat saya dan Dudu. Tapi kalau datang ke sini mungkin lain kali perlu cari waktu yang lebih tepat agar tidak ramai. Datang jangan weekend pas jam makan siang. Kalau bawa mobil sendiri mendingan parkir di gedung lalu jalan kaki daripada muter-muter Blok M Square cari parkiran.

Atau, beli claypot. Jadi bisa makan di rumah.