Apa yang berubah? Apa yang saya lakukan berbeda dari challenge-challenge sebelumnya?
Pertama, kebebasan memilih platform. Di semua challenge sebelumnya yang saya ikuti, saya selalu fokus ke blog. Selain karena tujuan ikutan challenge adalah mengisi dan menghidupkan kembali blog yang sering hiatus dan berdebu ini, saya juga hanya konsisten menulis di blog sendiri. Akun UGC ada, akun semacam storial dan wattpad juga ada. Tapi apa yang saya tulis di UGC macam Kompasiana biasanya saya tulis juga di blog, akun UGC saya jadi ikut berdebu. Lalu fiksi bukan kekuatan saya, dan membutuhkan waktu lama untuk menulisnya. Jadi akun-akun storial dan wattpad ya debuan juga.
Di challenge ini saya mencoba tidak membatasi platform yang digunakan. Tidak melulu harus blog, yang penting menulis. Ternyata ini membantu saya konsisten menuangkan tulisan karena fokusnya berpindah dari media yang saya gunakan ke something as simple as “menulis.” Blogging butuh gambar, dan biasanya mengedit gambar atau menemukan ilustrasi yang cocok sering jadi kendala tersendiri.
Kedua, batas minimum kata. Saat ini di challenge yang saya ikuti ada batas minimal 300 kata yang akan bertambah setiap bulannya. Jadi saya berusaha menulis dengan batas minimum tersebut. Hal ini cocok buat saya yang berusaha memulai menulis lagi setelah hiatus lama tahun lalu. Batas minimum ini juga membuat saya memotong tulisan panjang jadi 2 bagian yang bisa disetorkan untuk 2 hari, jadi saya tidak harus menyelesaikan sebuah cerita dalam satu hari. Terutama kalau sedang menulis fiksi.
300 kata terdengar mudah, apalagi kalau di blog kan best practice-nya 500 kata, atau bahkan 700 hingga 1000 kata per-postingan agar terdeteksi Google search. Tapi kalau sedang writer’s block, atau hilang mood, nulis hingga 300 kata saja menjadi beban berat. Sekarang masih aman sih. Nanti kalau batas minimalnya challenge ini sudah bertambah, barulah kita pikirkan lagi tips dan triknya. Haha.
Ketiga, waktu. Saya mencoba menyisihkan waktu dan mencicil tulisan ketika sempat, meskipun itu berarti saya menulis di ponsel saat menunggu. Biasanya kalau sudah ada ide, lalu tidak ditulis, idenya hilang. Untuk mengikuti challenge yang ini, saya selalu berusaha mencatat semua ide yang muncul karena saya butuh banyak topik. Kan challenge-nya akan berlangsung setahun.
Apa efeknya buat blogging?
Well, membangun kebiasaan menulis membuat blogging lebih mudah. Bisa karena terbiasa. Writer’s block jadi berkurang karena banyak latihan. Blog jadi terisi kembali karena kebanyakan ide juga sebenarnya adalah bahan tulisan lama yang belum sempat dituangkan dan diposting. Meskipun challenge ini membolehkan menulis di google documents untuk konsumsi pribadi, karena memang fokusnya untuk konsistensi menulis, saya tetap berusaha menulis di published platform. Soalnya saya ingin sekalian membersihkan debu-debu dari blog sendiri.
Lalu semalam waktu mau update challenge harian di Wattpad, saya melihat penanda "#7 dalam ceritapendek" di “buku” saya yang isinya hanya 3 bab, dan saya buat khusus untuk menampung tulisan di challenge ini yang sifatnya fiksi itu. Sadar sih kalau ini hanya bagian dari small reward, soalnya sempat disebutkan di kelas online gamification in business yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Tapi bolehlah jadi ge-er sedikit. hahaha
Well, saya harap saya bisa menyelesaikan challenge ini. Challenge mengatasi kemalasan diri sendiri dan overthinking yang sering muncul kalau mau posting.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.