06 February 2018

K-Drama With Dudu Episode 1: Bukan Winter Sonata

Akhirnya saya dan Dudu ke Korea juga.

Pas winter.
Pas suhu di Korea Selatan sedang dibawah 0 derajat.


Dengan segala drama akhir tahun mulai dari asam lambung yang kambuh H-1 dan membuat saya harus minum 3 macam obat sebelum makan kimchi, sampai packing dan pembuatan itinerary yang tidak selesai-selesai karena pekerjaan saya yang mendadak menumpuk di bulan Desember.


But let me start with how it all began: teman seperjalanan.

Kita berdua pergi ber-9, dengan tim yang sama dengan Playdate ke Singapura 2 tahun lalu. Harusnya ber-10, tapi yang satu gagal dapat visa dan kalau saya ceritain di sini nanti orangnya baper lagi haha. Total 5 dewasa 4 anak dengan persiapan khusus karena kita perginya 1 Januari 2018.

Tidak mudah buat cari teman seperjalanan yang cocok, apalagi kalau kita jalan bawa keluarga masing-masing. Untungnya kita ber-9 survive perjalanan ke Korea ini haha. Ya kita sudah survive Playdate ke Singapura dan 16 Jam stuck di kereta Gajayana jadi kayaknya winter sonata di Korea tidak sesulit itu.

Januari 2017, sebuah tawaran tiket murah datang menghampiri. Ke Korea PP naik Garuda hanya 3,5jt/orang. Mau dilewatkan sayang, mau diambil juga tanggalnya masih jauh banget: 31 Desember 2017 malam. That means kita akan tahun baruan di pesawat. Things might change over the year and we might not depart at all. Tapi yang namanya resiko harus diambil dan akhirnya kita ber-10 nekat beli tiket.


Iya baru tiketnya doang kok.
Selepas Lebaran baru saya mulai browsing mau ke mana, dan 1-2 bulan sebelum keberangkatan baru kita sibuk booking pesawat plus hotel untuk 9 hari 8 malam di Korea. Perinciannya begini:

Biaya ngedate in buat 2 orang ya


(Baca Episode 2: Menuju Matahari Terbit di Laut Musim Dingin)

Tiket dan hotel beres, baru kita mengurus visa. Di sinilah muncul major conflict pertama, yang biasanya agak menggantung akhirnya. Visa Korea itu sebenarnya tidak sulit, tapi merepotkan karena banyak berkas-berkas yang wajib disetorkan untuk approvalnya. Salah satu yang biasanya jadi kendala adalah SPT Tahunan yang dilaporkan setiap bulan Maret ke Dirjen Pajak itu.

Syarat Visa Korea:

  • Paspor Asli dan Fotokopi Paspor halaman identitas beserta visa/cap negara-negara yang telah dikunjungi. Kalo ada paspor lama dibawa/difotokopi juga aja.
  • Formulir Aplikasi Visa (dengan satu lembar foto yang ditempel pada kolom foto). Bawa foto ekstra ya. Kemarin saya diminta 2 foto lagi.
  • Kartu Keluarga atau Dokumen yang dapat membuktikan hubungan kekeluargaan seperti akta lahir anak.
  • Surat Keterangan Kerja dan Fotokopi SIUP Tempat Bekerja
  • Surat Keterangan Mahasiswa/Pelajar, bagi yang masih bersekolah
  • Fotokopi Bukti Keuangan sperti Surat Pajak Tahunan (SPT PPH-21) dan/atau Rekening koran tabungan 3 bulan terakhir dan surat referensi bank 
Kalau syaratnya sudah dilengkapi, kita tinggal datang ke kedubes Korea Selatan di Gatot Subroto sekitar 30-45 hari sebelum berangkat. Di Kedubes ini tidak ada parkir, jadi disarankan naik busway, atau transportasi umum lainnya. Kalau memang membawa kendaraan pribadi bisa parkir di Rumah Sakit Siloam atau K-Link Tower yang ada di sebelahnya. Pengajuan Aplikasi Visa dibuka mulai pukul 09.00 hingga 11.30. Antriannya tidak panjang, saya datang jam 8.30 dan dapat nomor urut 11. Proses visa dimulai jam 9 kurang dan untuk yang rombongan menggunakan travel agent ada ruangan khususnya. Jadi kita yang mendaftar personal juga tidak harus bersaing antrian dengan karyawan tour yang bawa passport sampai 20 orang. Masuk ke dalam boleh bawa gadget dan prosesnya juga termasuk cepat karena jam 9.30 saya sudah keluar membawa bukti pengambilan visa. 

Nomor urut penyerahan berkas, yang dibawah kiri itu jumlah aplikasi yang diajukan.


Kalau sudah approved, H+1 bawa tanda terima untuk pengambilan paspport.
Boleh diwakilkan kok asal ada tanda terima aslinya.
Berdasarkan pengalaman saya kemarin, kalau sudah pakai surat keterangan kerja, kita tidak perlu menyerahkan fotokopi SIUP. Dan saya juga tidak pakai rekening koran, melainkan surat referensi keuangan dari bank. Untuk yang pakai rekening koran, datanya wajib dilegalisir oleh bank tempat menabungnya ya. Tidak bisa yang print sendiri dari online banking kayak klik BCA gitu.
Biaya single visa (visa kunjungan dibawah 90 hari) adalah Rp. 544.000,- Tidak seperti visa Amerika yang minta bayar dengan uang pas, kedubes Korea menyediakan kembalian kalau kita bayarnya lebih.

Kenapa mudah?

Selain karena surat-surat yang lengkap, katanya sejarah traveling kita juga mempengaruhi keputusan pemberian visa. Soalnya paspor lama saya yang ada visa US dan Schengen ditahan Kedubes, dan dikembalikan ketika Dudu mengambil visa Korea saya. Pengambilan bisa diwakilkan yang berarti good news buat karyawan susah ijin macam saya ini. Oh ya, Dudu tidak perlu visa karena paspornya biru hehe. Saya cukup melampirkan fotokopi akte lahir dan paspor Dudu sebagai bukti hubungan keluarga dan bahwa saya traveling sama dia. Saya hanya ditanya: “anaknya tinggal di Indonesia?” Dan ketika saya jawab iya, berkas-berkas saya langsung diproses.

Proses approval visa juga bisa dicek online di website. Namun kata mbak-mbak di loket sebaiknya datang mengambilnya H+1 dari pengumuman online supaya paspornya sudah benar-benar siap di loket.

Visa selesai, lalu kita mulai packing. Winter clothes jadi tantangan sendiri buat dicari karena selain harganya mahal (heattech dan blocktech Uniqlo sepasang sekitar 300-500rb), bawanya juga repot. Jadi saya kemarin packing begini:

  • Koper bagasi: baju lengan panjang, kaos tebal, sweater, jaket hoodie, celana jeans dan legging. Kalau ada celana winter yang buat main ski boleh juga dibawa. Kalau di Jakarta bisa dicari di Senen atau Mangga Dua.
  • Carry on kabin: Scarf, sarung tangan dan topi. 
  • Dipakai langsung: Jaket winter
Itu cukup?

Well, sebenarnya badan kita menyesuaikan sendiri dengan suhu di sana. Setelah 1-2 hari kita tidak perlu pakai baju setebal hari pertama (kecuali suhunya mendadak drop) lalu tergantung kita pergi ke mana, kadang kita juga tidak perlu pakai baju terlalu berlapis-lapis kalau akan lebih banyak berada di dalam ruangan. Tapi perlu diingat bahwa saya dan Dudu sudah bolak-balik survive winter di Amerika, dengan suhu yang kurang lebih sama. Kalau belum pernah tahu rasanya suhu -4C seperti apa mungkin perlu persiapan lebih. Yang jelas, tutup jari tangan, tutup kuping dan hidung karena bagian badan itu yang paling cepat beku. Jangan lupa cek suhu sebelum keluar hotel dan jangan ragu buat kembali lagi ambil sweater tambahan kalau dirasa masih kurang tebal pakaiannya. Soalnya angin bisa membuat suhu sebenarnya beberapa derajat lebih rendah dari angka yang dirilis prakiraan cuaca.






Kalau segitu repotnya, kenapa pergi di musim dingin?
It’s hard to explain why we love winter. Dudu paling anti pergi di bulan-bulan yang tidak ada salju. Dan saya, meskipun bukan orang yang tahan derajat minus begitu, tapi seneng juga sama musim dingin. There’s something about the air on winter that makes you happy and keeps you alive. Buat saya, hujan salju itu romantis dan pohon yang tinggal rantingnya aja itu cool, jauh lebih indah dari daun warna-warni yang direkomendasikan semua orang (termasuk orang Korea sendiri).

Oh ya, asam lambung saya sudah terlupakan di hari ke-3 saya di Korea haha. Mungkin memang hanya perlu liburan.

2 comments:

  1. Judulnya udah menggoda nih, tapi ternyata isinya persiapan keberangkatan ya, Mbak? Gak sabar nunggu cerita lainnya :)

    ReplyDelete
  2. Iya baru episode 1 soalnya (macam drama korea hahaha).
    Aku lagi mabok ngedit foto. Ditunggu ya, semoga weekend ini selesai episode 2nya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.