04 October 2022

Dilema Ibu Tunggal Bekerja: Cari di Mana?

Cari kerja di mana?
Mom, gimana sih caranya ngelamar kerjaan?


Beberapa minggu terakhir, banyak pertanyaan begini masuk di inbox saya. Beberapa dari yang bertanya adalah (mantan) ibu rumah tangga yang ingin memiliki penghasilan tetap setelah menjadi seorang ibu tunggal. Beberapa lainnya punya pengalaman jualan online, jadi reseller tapi ingin mencoba peruntungan untuk bekerja dengan penghasilan tetap yang tentunya dirasa lebih menjamin kehidupan dirinya dan anak-anak.

Ini Dudu, ikut liputan opening Store LV di mall jaman saya masih jadi jurnalis

Saya menyadari bahwa mencari pekerjaan sebagai seorang ibu tunggal ini sulit. Beruntung waktu Dudu masih kecil, saya punya dua orang tua yang sangat supportive dan bisa mengantar si anak ke sekolah. Sehingga saya bisa fokus kerja cari uang. Lalu bagaimana saya melamar pekerjaan? Ada beberapa cara.

1. Referral teman. 

Kalo kata anak jaman sekarang ini "jalur ordal" alias sudah ada teman atau saudara yang bekerja di perusahaan tersebut, lalu kita masuk sebagai rekanannya. Ini cara paling gampang, apalagi kalau rekanan kita itu punya reputasi bagus di perusahaan tempatnya bekerja. Perusahaan merasa tidak perlu double check seketat orang asing karena ini kan referral karyawan sendiri. Temannya teman.

2. Lewat situs pencari kerja seperti JobStreet, JobsDB, Indeed, Glints dan sejenisnya. 

Kalau mau melamar lewat jalur ini sebaiknya siapkan CV yang mudah dibaca oleh sistem alias ATS friendly. Gimana caranya? Di Canva ada templatenya. Tidak paham cara pakai Canva? Ya intinya ATS friendly berarti tidak ada gambar maupun font yang sulit dibaca. Jadi gunakan font standar seperti Arial atau Times New Roman untuk membuat CVmu. Ingat, bikin CV jangan disingkat dan gunakan istilah yang umum untuk setiap section header misalnya "pengalaman kerja" atau "pendidikan". Meskipun bagus kalau bisa bikin CV dalam bahasa Inggris, jangan dipaksakan kalau memang tidak fasih. Lebih baik pakai bahasa Indonesia tapi CVnya tidak ada typo daripada bahasa Inggris tapi banyak salahnya. 

Kalau langganan newsletter dari situs pencari kerja biasanya kita akan dikirimkan email berisi lowongan sesuai keinginan kita setiap beberapa hari sekali. Ini sebenarnya bagus karena kita jadi terpacu untuk terus melamar kerja dan tidak menyerah.


3. LinkedIn atau networking sites lainnya. 

LinkedIn ini sedikit unik, dan beberapa inbox yang masuk ke saya bertanya soal melamar kerja lewat LinkedIn. Well, karena LinkedIn ini semacam 'media sosial' dan beberapa bahkan mulai memonetize LinkedIn atau mengaku sebagai LinkedIn influencer, maka yang terpenting dari situs ini adalah profil dan foto. Lengkapi profil professional-mu, termasuk sertifikasi, kegiatan volunteer dan lainnya jika ada. Cantumkan title yang sesuai dengan kemampuan yang ingin kamu jual, misalnya digital marketing enthusiast atau Experienced Mompreneur. Buat saya lebay sedikit tidak masalah asalkan tidak alay dan tidak berbohong. 

Melamar kerja di LinkedIn lumayan mudah karena sebagian besar pekerjaan bisa dilamar langsung hanya dengan klik tombol "apply" di lowongan kerjanya. Jenis yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari admin sampai direktur ada di LinkedIn.

4. Manual dari lowongan di komunitas dan media sosial. 

Saya bergabung di beberapa Facebook Group dan Telegram Group yang setiap harinya ada puluhan lowongan yang dibagikan. Namun jarang yang cocok karena biasanya yang dicari adalah level pemula (entry level) atau pekerjaan yang cenderung eksekusi dan administratif. Nah, buat mereka yang baru mau mulai bekerja "kantoran," posisi seperti ini mungkin bisa dijadikan batu loncatan sebelum mendapatkan posisi yang lebih baik. Pekerjaan jenis ini juga biasanya tidak terlalu demanding dan jam kerjanya lebih dapat diprediksi daripada strategic level yang terkadang harus balas chat bosnya jam 12 malam. Haha. Jadi berkomunitas atau rajin join grup bisa membantu kita mendapatkan pekerjaan sesuai harapan.


5. Career Page perusahaan idaman. 

Jika kita sudah tahu mau melamar pekerjaan di mana, coba mampir ke career page di website perusahaan tersebut. Atau rajin-rajin stalking media sosialnya untuk info lowongan kerja. Kalau ada opening jadi bisa langsung dilamar.

Cara ini buat saya tidak ideal karena lumayan repot. Namun berguna kalau kemampuan atau interest kita spesifik, karena beberapa lowongan kerja hanya ada di career page perusahaan tersebut. Misalnya kalau saya mencari lowongan NGO, atau mau mencoba peruntungan di Netflix dan Canva. Daripada ke situs lain, saya memilih langsung ke website perusahaan idaman tersebut dan mencari lowongan yang sesuai di sana.

Kalau search CV ATS di Canva ada banyak templatenya

Apa yang perlu diperhatikan ketika melamar kerja?

Saya tidak mencantumkan status di CV (dan memang tidak perlu mencantumkan status di CV), namun ketika mengisi formulir saat hendak interview saya selalu jujur mencantumkan kalau saya single tapi ada 1 anak.

Sudah dapat panggilan? 
Lalu bagaimana kalau HRD bertanya tentang status sebagai ibu tunggal? 
Bagaimana kalau ditanya soal anak dan prioritas hidup?

Well, saya pribadi memutuskan untuk fokus kerja dan menyerahkan anak pada opa dan oma. Jadi sebelum melamar kerja ya saya memastikan bahwa saya punya support system yang baik. Jadi ketika ditanya HRD, ya saya buktikan bahwa saya punya support system yang bisa menjamin saya tidak ter-distract ketika bekerja. Ketika saya tidak meminta dikasihani di depan, kantor biasanya malah melunak ketika saja ijin mau ambil raport atau bekerja di rumah karena anak sedang sakit. Bagaimana dengan status tanpa pasangan? Status "janda" malah saya gunakan untuk jadi nilai jual lebih karena saya tidak punya suami yang akan ribut kalau saya harus lembur, dan saya beneran butuh uang untuk menghidupi keluarga saya. Ketika saya pede dan jujur di depan, HRD dan (calon) atasan saya malah jadi lebih respect.

Kalau tidak?
Ya berarti kantornya tidak satu visi misi dengan saya. Untuk apa bekerja di sana kalau mereka tidak bisa menerima saya apa adanya?

Dudu saya bawa kerja jika memungkinkan, terutama kalau harus lembur di akhir pekan

Bekerja bukan hal yang mudah untuk seorang ibu tunggal karena ada banyak yang harus dipersiapkan dan mungkin dikorbankan. Jangan meminta kantor maklum dengan keadaan kita atau berharap mereka yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan kita sebagai ibu tunggal. Sortir dari awal kantor seperti apa yang cocok dengan keadaan kita saat ini biar tidak buang-buang waktu interview dan proses lainnya. Misalnya kalau anak masuk daycare, yang tidak bisa terlambat dijemput, ya jangan melamar ke kantor/posisi yang banyak lemburnya. Anak tidak bisa ditinggal? Ya sebaiknya pikir-pikir ulang untuk kerja kantoran, dan fokus cari remote working atau melakukan beberapa freelance.

Jadi, sudah siap untuk bekerja?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.