18 August 2022

Basic Skills for Boys: Belajar Tanggung Jawab

Seorang single mom dengan anak laki-laki mengutarakan kekhawatirannya tentang membesarkan anak tanpa figur Ayah. Flashback ke belasan tahun lalu, mungkin saya juga mengalami fase yang sama. Sebagai seorang single mom by choice, alias memilih untuk tidak menikah, sosok ayah untuk si Dudu ya tidak ada.

Tanggung jawab cuci mobil

Beruntung saya masih punya adik laki-laki dan almarhum Papa masih ada saat itu, masih sempat mendampingi Dudu hingga usia remaja. Sampai suatu hari Dudu bilang "Mama ini seperti ayah, kerjanya cari uang dan main game bersama saya. Yang jadi Mama itu Oma, soalnya Oma memasak dan mengurus rumah. Well, kenyataannya memang begitu sih. Walaupun rambut saya panjang dan saya lebih sering pakai rok ala Disney Princess, tapi saya tomboy. Saking tomboynya, sampai pernah dapat nasihat biar lebih feminin dikit dari seorang peramal nasib biar jodohnya segera mendekat.

Balik lagi ke soal figur ayah. Masih di percakapan yang sama dengan teman-teman sesama ibu tunggal, ada yang beropini kalau anak laki-laki harus diajarkan basic skills agar kelak dapat bertanggung jawab terhadap keluarganya saat menjadi seorang ayah kelak.

Kalau harapannya adalah agar anak laki-laki dapat jadi pria bertanggung jawab, ya berarti anak wajib diajarkan tanggung jawab. Caranya?

Memberikan Tanggung Jawab Pekerjaan Rumah

Balita bisa diajarkan membereskan mainannya sendiri. Dudu dari bisa duduk dan merangkak sudah diminta mengembalikan mainan ke tempatnya. Ambil sendiri, main sendiri, kembalikan sendiri. Selalu begitu. Lalu ketika dia bisa jalan, dia jadi asisten cuci baju yang memasukkan baju ke dalam pengering. Lebih besar sedikit, kita pulang ke Indonesia dan Dudu ikut bertanggung jawab menyapu, mengepel, dan angkat jemuran. Lalu usia SD kelas besar, ketika tinggi badan sudah mencukupi, Dudu mulai cuci piring sendiri. Habis itu cuci piring saya hahaha.

Semenjak pandemi dan kita semua beraktivitas dari rumah, pembagian tanggung jawab ini semakin seru. Kalau saya ada meeting yang akan bablas lewat jam makan siang, saya biasanya pesan makanan lewat ojek online, lalu Dudu yang mengambil ke depan ketika jam istirahat siang dia tiba. Atau si Oma akan masak pagi-pagi dan kita memanaskan makanan sendiri-sendiri sesuai waktu break-nya.

Dari kecil ngambil nugget sendiri di kulkas

Tanggung Jawab Ketika Main Game

Saya dan Dudu main game. Lalu bisa lupa waktu kalau sudah main RPG. Tanggung jawabnya di mana? Jadi kalau main Role Playing Game alias RPG itu biasanya ada jalan ceritanya. Ada tokoh utama yang mengumpulkan teman-teman seperjuangan untuk melawan final boss. Setiap karakter di game RPG ada role-nya: fighter, healer, mage dan lain sebagainya. Nah di sini ada tanggung jawab. Misalnya kalau sedang jadi healer, ya bertanggung jawab buat healing teman-temannya pas battle, jangan sampai mati.

Ada juga game yang harus log in dan claim bonus setiap hari. Ini saya jadikan tanggung jawab ke Dudu, buat dia log in dan claim bonusnya, supaya kita pas main di akhir pekan semua yang dibutuhkan sudah terkumpul.

Tanggung Jawab Pada Keluarga

Buat yang punya anak lebih dari 1, mungkin mengajarkan anak bertanggung jawab jadi lebih mudah. Misalnya si kakak bisa bertanggung jawab atas kelakuan si adik. Kalau yang anak tunggal? Bisa dengan pelihara binatang. Ada teman saya yang pelihara anjing, ada juga yang beli burung lovebird dan burung puyuh untuk dipelihara. Anaknya dapat tanggung jawab memberi makan dan membersihkan kandang. Dulu waktu kecil, saya sempat punya ayam dan kelinci.

Bagaimana dengan Dudu? Dia punya boneka anjing yang dibawa ke mana-mana. Jadi pelihara boneka karena dilarang pelihara anjing sungguhan sama Oma. Boneka anjing yang diberi nama Sparky ini menjadi tanggung jawab Dudu, jangan sampai hilang dan kalau kotor ya dicuci.

Sparky yang di tengah

Apa pun bentuknya, memberikan tanggung jawab pada anak akan berdampak positif bagi masa depan si anak. Berikan yang sesuai dengan umurnya, dan harus tega melihat anak mengerjakan sesuatu. Jangan sampai karena kita merasa bersalah ketika tidak bisa menghadirkan sosok Ayah, kita jadi mengerjakan semuanya agar anak tidak jadi lebih menderita. Justru karena saya ibu tunggal, saya berbagi tanggung jawab dengan anak seperti seandainya saya berbagi tanggung jawab dengan pasangan.

1 comment:

  1. Aku percaya yg namanya disiplin itu memang hrs sedari dini. Biar anak2 terbiasa. Ortuku sendiri dulu keras mendidik kami semua mba, tapi setidaknya kami jadi paham yg namanya disiplin dan tanggung jawab. Itu yg mau aku ajarin ke anak.

    Bedanya kalo dulu papa mama ga segan pake hukuman fisik, aku ga sih. Tapi ttp ada hukuman kalo mereka lalai dengan tanggung jawabnya. Kalo skr mah hukuman fisik gitu, yg ada malah bikin anak menjauh dari ortu

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.