06 August 2018

Mewarnai dengan Augmented Reality Bersama Faber-Castell Colour To Life

Weekend ini ngapain ya, Du?

Pertanyaan itu sekarang sering muncul karena saya dan Dudu kehabisan ide. Kalau tidak ada event seru atau film bagus, saya dan Dudu kerjanya main PS4 di akhir pekan. Itu juga kalau ada game yang bisa dimainkan berdua seperti Overcooked atau Dragon Quest Builders. Kalau tidak ya kita beraktivitas masing-masing dengan gadget masing-masing.

Lalu saya kena judge netijen: kok main gadget terus? Hahaha...

Saya pertama kali melihat Faber-Castell Colour to Life saat sedang mampir ke acara Game Prime. Mewarnai? Hm… back to basic. Mungkin menyenangkan? Tapi saya dan Dudu bukan fans mewarnai. Dudu sering menggambar sejenis komik sih, tapi gambarnya juga tidak pernah diwarnai. Tapi mungkin, kita perlu melakukan hal-hal yang dulu sering dilakukan waktu Dudu kecil. Salah satunya ya mewarnai.

Seriusan? Buat anak SMP kayak Dudu?


Dudu: "Rambutnya harus pirang"
Well, mewarnai sudah kembali jadi trend beberapa waktu belakangan ini karena ada gerakan mewarnai untuk orang dewasa. Dudu belum tertarik sih, saya juga biasanya sok ide beli buku mewarnai orang dewasa hanya untuk berhenti bahkan sebelum halaman pertama jadi full-color. Memangnya ada apa dengan mewarnai? Menurut penelitian yang dilakukan John Hopkins University di Amerika Serikat, mewarnai ini semacam meditasi. Seperti Yoga, mewarnai dapat menghilangkan stress melalui apa yang disebut art therapy. Mengutip pernyataan American Art Therapy Association, dengan mewarnai kita bisa “mengeksplorasi perasaan, berdamai dengan konflik emosional, mengurangi kegelisahan, menambah percaya diri dan lain sebagainya.”

Selain itu, jarang orang yang gagal dalam mewarnai karena setiap orang punya kreativitas tersendiri ketika memutuskan warna apa yang diberikan untuk objek yang mana.

Pendeknya, mewarnai itu rewarding.

Tapi kalau mewarnai biasa saja kan bosan. Makanya itu, Faber-Castell Colour to Life memberikan tantangan baru untuk mewarnai dengan menghidupkan karakternya dalam bentuk 3D. Bagaimana seandainya karakter yang kamu warnai bisa jadi ‘nyata’ dan berperan sebagai tokoh utama game?

Dudu langsung bilang, “saya mau coba!”

Jadi gimana cara mainnya?

Pertama: Beli paket ajaib Colour to Life yang tersedia di Tokopedia, Gramedia dan toko buku terdekat. Di dalam Paket ajaib ini ada buku mewarnai dan satu set spidol. Gambar-gambar di buku inilah, yang kalau diwarnai dan discan, bisa jadi hidup. 

Satu paket isinya buku gambar 15 lembar dan 20 Connector Pen


Tugas kedua saya dan Dudu adalah mewarnai gambar-gambarnya. Awalnya berpikir kalau harus diwarnai sampai penuh, ternyata contoh di sampul boksnya memberi ide untuk mewarnai dengan pola. Sedikit out of the box untuk saya dan Dudu yang hanya familiar dengan mewarnai tradisional “semua harus penuh warna dan tidak keluar garis.” Yang lebih kerennya, pattern yang saya gambar di rok tokoh utama Dress-Up Challenge muncul sesuai harapan. 


Keajaibannya ada di teknologi. Jadi, langkah ketiga adalah download appsnya. Bisa dicari di Google Playstore (atau Appstore untuk yang menggunakan iPhone) dengan kata kunci Faber-Castell. Setelah download, masuk ke aplikasi dan pilih game yang sesuai dengan tokoh yang sudah diwarnai. Scan gambar begitu muncul instruksi dengan frame berwarna hijau cerah. Jarak antara kamera ponsel dan gambar sebaiknya sekitar 30cm tapi saya biasanya mengukur dengan ‘apakah gambar sudah masuk ke dalam frame berwarna hijau tadi?’ Kalau berhasil, gambar yang kita warnai akan langsung muncul di layar. Kalau gagal, akan muncul kotak peringatan dan kita disarankan untuk mengalihkan fokus ke benda lain sebelum kembali mencoba scan gambar.




Dari sini ada 2 pilihan. Yang pertama adalah main, yang kedua adalah photo mode. Main berarti kita akan mulai main game-nya. Ada 5 game yang bisa dipilih: Pogo Boy, Safe Flight, Giddy Up, Dress Up Challenge dan Balance Your Brain. Dudu memilih Pogo Boy.

Dudu: Ternyata mainnya susah juga. Saya jatuh terus nih!
Mama: Lebih susah main game atau mewarnai?
Dudu: Mewarnainya, tapi aku tetap mewarnai biar bagus di gamenya.





Pogo Boy!
Dress-Up Challenge


Kenapa harus diwarnai? Sebenarnya hitam-putih juga bisa discan dan diajak bermain. Cuma kurang seru jadinya dong. Saat Dudu main game, saya yang mewarnai gambar. Setelah saya selesai mewarnai, kita gantian. Saya yang main game dan Dudu mewarnai lagi.

Saya mencoba main Dress Up Challenge dan ternyata ini pun cukup sulit. Saya sering salah memilih baju dan sepatu yang tepat. Jadi begini, waktu kecil, saya pernah punya cita-cita untuk jadi fashion designer. Pada masanya, baju Barbie itu saya gambar sendiri dan jahit sendiri dari kain perca beli di pasar. Dress Up Challenge ini, di mana saya bisa mendandani tokoh utama game, adalah kesenangan tersendiri buat saya. Faber-Castell Colour to Life berhasil memberikan makna baru untuk mewarnai. Makanya saya bilang mewarnai itu rewarding.



Photo mode ini seru karena kita bisa selfie dengan tokoh yang kita warnai. Semacam desainer yang memamerkan hasil karyanya di fashion show gitu kan ya, meski cuma berbentuk komik haha. Masalahnya, si princess yang bajunya saya warnai ini suka berkedip, jadi proses pengambilan foto cukup membuat Dudu frustrasi karena “Ma, Faber-Castellnya merem lagi.” Haha. Ya bagaimana dong, kan dia ‘hidup’ juga.

Selain masalah kedip-kedipan ini, ada beberapa hal yang menurut saya dan Dudu sedikit merepotkan. Salah satunya adalah setiap kita selesai selfie dan menyimpan gambar, kita harus ulang dari proses scanning. Maunya sih kembali ketika si tokohnya sedang berpose jadi kita bisa langsung ambil foto banyak-banyak tanpa bolak-balik mencari bukunya. Satu lagi adalah masalah fokus. Jadi ceritanya, si Dudu ingin mengambil gambar si princess hasil warna saya bersama tokoh action figurenya. Tapi kameranya tidak bisa fokus ke si action figure. 

Dudu, princess and the knight!
Padahal tujuan dari apps ini adalah mewarnai dan main game, bukan foto-foto bersama hasil warna kita. Haha. Maklum kan Mamanya narsis dan anaknya sudah ABG jadi kita kebanyakan fokus sama foto-fotonya.

Dudu sih lebih penasaran sama prosesnya, maklum anak milenial yang kritis teknologi, pasti langsung mau coba mewarnai dengan Augmented Reality (AR) seperti ini. The best thing about 
Faber-Castell Colour to Life adalah it comes in a box. Buat emak-emak macam saya, kotak adalah penyelamat. Apalagi Spidol Faber-Castell kan bentuknya Connector Pen yang bisa bersambung satu sama lainnya, saya jadi tidak pusing dengan spidol bertebaran atau ada yang hilang. Makin aman untuk dibawa ngedate. Faber-Castell Colour to Life bisa jadi rekomendasi hadiah ulang tahun untuk yang punya keponakan senang main gadget soalnya ini bisa memberikan balance antara on-screen dan off-screen time. Kalau sudah bosan dengan game yang satu, kan anaknya harus mewarnai lagi untuk main game berikutnya.

Buat apa memilih antara main game di ponsel dengan kegiatan non-gadget macam mewarnai kalau bisa dapat keduanya di Faber-Castell Colour to Life?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.