29 May 2022

Pilah-pilih Graduation Quotes untuk di Buku Tahunan

Minggu lalu, saya dan Dudu berdiskusi soal Graduation Quotes untuk ditaruh di bawah fotonya, di graduation album. Dudu mau yang lucu, sedikit nyeleneh dengan smart jokes. Dan Mama-nya yang overthinking takut kalau graduation quotes yang agak ngasal jadi jejak digital. Meskipun maksudnya main-main, quotes macam, “they say cheaters never win, but I graduated,” kan berbahaya kalau suatu hari muncul di google search.

Graduation quotes yang saya ajukan semuanya datang dari game. Yang pertama tentu saja dari Horizon Zero Dawn.
“She said, "Elisabet, being smart will count for nothing if you don't make the world better. You have to use your smarts to count for something, to serve life, not death." ~Elisabet Sobeck
Tapi Dudu tidak tertarik. Soalnya nilai dia pas-pasan hahahaha.

Lalu ada satu quotes dari Dragon Quest XI, yang menurut saya lumayan pas karena pas SD dia sering kena bully, bahkan kena cubit teman perempuannya sampai biru tanpa alasan. Yang waktu saya tertawakan, saya bilang si classmates naksir, dia malah marah ke saya hahahaha.


“Don’t waste your time bearing grudges, and live life with love in your heart.” ~Chalky
Lalu ada beberapa quotes lain yang datang sebagai inspirasi seperti “We must never give up the fight. The minute we do, we have lost.” Ezio Auditore da Firenze. Bahkan saya dan Dudu sampai mencarinya di buku jokes yang kami temukan di coffee shop. Tapi belum ada yang beneran cocok untuk dia kirimkan sebagai graduation quotes.

Emangnya, apa sih yang dibutuhkan untuk memilih graduation quotes?

Kalau Googling, saya tidak menemukan dos and don’ts untuk graduation quotes, jadi agak bingung juga. Apalagi graduation quotes ini biasanya tempat anak-anak remaja menulis dan mengekspresikan diri sebebas-bebasnya. Tetap saja, buat saya, ada beberapa peraturan yang saya pegang, meskipun akhirnya ya terserah Dudu saja.

Graduation quotes harus memorable. Diingat orang, tapi kalau viral jangan sampai merusak reputasi di masa depan. Kalau bisa lucu, smart tapi tidak garing atau terlalu standard sampai sering ditemukan di buku tahunan lain. Susah kan ya? Sebisa mungkin jangan offensive.

Akhirnya Dudu pilih apa?
Quotes setengah ironis macam: “I’ll see you at McDonald’s. Be sure to say ‘hi’ and I’ll give you extra ketchup.”

Hah? Maksudnya gimana tuh?
Buat yang tidak paham, jadi kadang Dudu suka bercanda kalau nanti sulit dapat pekerjaan karena nilai dia yang pas-pasan dan akan terpaksa kerja di McD buat membayar student loans. Ya udahlah, lebih mendingan daripada dia menulis quotes tentang how he cheated to graduate atau yang aneh-aneh semacam “what if you woke up tomorrow and you’re a chicken nugget?”


20 May 2022

Jadi Mama Sambil Kerja: 13 Ide Freelance dari Rumah

“Kerja apa ya yang bisa sambil mengurus anak?”

Selama 16 tahun jadi Mama Dudu, saya cukup beruntung punya support system yang memungkinkan saya bisa kerja kantoran. Tapi bagaimana dengan yang harus mengurus anak atau membawa anak ke kantor? Ada beberapa yang juga cukup beruntung bisa bekerja di sekolahan, yang sambil anaknya sekolah, ibunya juga bekerja sebagai guru atau tata usaha. Atau ada juga perusahaan yang menyediakan daycare, sehingga anak bisa dititipkan selama ibunya bekerja.

Oh, Mama lagi freelance?

Tapi bagaimana dengan yang ingin mengurus anak secara full-time? Pekerjaan freelance apa saja yang bisa dikerjakan seorang ibu? Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan dari rumah sambil mengurus anak. Idealnya pekerjaan bisa dikerjakan di waktu senggang, seperti ketika anak di sekolah atau ketika anak sedang tidur siang. Kalau anaknya sudah cukup besar, bisa dikerjakan bersama anak juga. Yuk, kita list down.

24 April 2022

Ampas Kopi Jadi Pupuk, Apa yang Harus Diperhatikan?

"Ini apaan?"
Tanya Mama saya ketika melihat bungkusan yang sedikit janggal di dekat alat berkebun yang biasanya dia gunakan.
"Ampas kopi, buat pupuk."
"Gimana pakainya?"


Hm… iya juga. Gimana pakainya?

Mama saya adalah tipe orang yang gampang menumbuhkan tanaman. Semua yang dia tanam sukses tumbuh lebat. Mau bunga, sereh, bawang merah, kangkung, sampai pohon pisang dan pohon mangga, semuanya tumbuh lebat. Padahal ya sebenarnya tidak diapa-apakan. Katanya begitu.


"Kayaknya sama deh, Ma, dengan kalau buang ampas kopi harian ke tanaman. Ini cuma dikumpulin jadi banyak aja.
Oh jadi hanya untuk pupuk biasa saja ya."

Ampas kopi Starbucks yang bisa dibawa pulang

Saya, sebagai penyumbang terbesar ampas kopi di rumah, jadi berpikir juga. Selama ini kan kalau minum kopi, ada ampasnya lalu saya buang ke tanaman di kebun secara random. Kadang bunga kebagian, kadang si nanas, kadang pohon pisang. Paling-paling hanya bawang merah yang saya lewatkan karena katanya tidak boleh kebanyakan air. Apakah yang saya lakukan sudah benar? Apa sebenarnya fungsi ampas kopi pada tanaman?

Halo Google, coba tolong berikan jawabannya.
Jawabannya iya. Ampas kopi mengandung potasium dan fosfor yang baik untuk composting. Jadi, ampas kopi ini paling baik digunakan sebagai pupuk. Caranya adalah dengan meletakkan sedikit ampas kopi dan dicampur dengan tanah. Soalnya ampas kopi yang dibiarkan kering di permukaan tanah dapat menghalangi penyerapan air oleh tanah yang ada di bawahnya. Jadi jangan lupa diaduk ketika menambahkan ampas kopi ke bagian tanah di sekitar tumbuhan. Rasio yang paling ideal untuk tanah dibandingkan kopi adalah 4:1

Yang perlu dihindari adalah memberikan ampas kopi yang fresh, alias bukan bekas diseduh. Soalnya ada kandungan caffeine yang kurang baik untuk perkembangan tumbuhan.

Bunga depan beranda jadi lebay begini tumbuhnya

Tanaman apa saja yang bisa mendapatkan manfaat ampas kopi?
Tanaman bunga adalah yang pertama disebutkan oleh seorang expert di homesandgardens.com. Pantesan bunga-bunga di kebun ini kok gampang sekali tumbuh. Terutama satu bunga yang lokasinya ada di depan pintu kamar kerja saya, yang paling sering kebagian ampas kopi. Sementara tanaman induknya berbunga hanya satu, yang ini bisa sampai 5 pucuk.

Kopi juga mengusir siput. Pernah di suatu waktu, beranda saya diserbu siput. Bisa sampai ada 12 siput berkumpul seperti sedang konferensi. Sejak ada bunga yang rajin saya sirami ampas kopi ditanam di dekat beranda, siputnya hilang sama sekali. Konon, siput dan lintah tidak menyukai kopi karena teksturnya yang kasar.

Tanaman lain yang ditanam Mama: Kangkung (kiri belakang) dan bawang merah (depan) 
Plus bonus kenangan panen ubi dan nanas jaman dahulu (gambar bawah)


Tapi, kok saya bisa dapat ampas kopi Starbucks sebanyak itu? Jadi, pertengahan pandemi tahun lalu saya mampir ke Starbucks yang lokasinya di perumahan dan menemukan bungkusan yang tidak biasa. Ketika saya tanyakan ke Baristanya, katanya ampas kopi tersebut boleh diambil secara cuma-cuma. Wah, saya merasa dapat harta karun. Sejak itu, saya suka meminta disimpankan oleh Starbucks langganan. Kalau pas lihat di Starbucks yang saya kunjungi pun, saya suka bawa pulang.



15 April 2022

Film Adaptasi Novel Agatha Christie: Death on The Nile

“Ada Death on the Nile, Du.”
“Mau menonton?”
“Atau Murder on the Orient Express?”
“Mama bagaimana sih, itu kan kita sudah menonton bersama-sama.”
“Oh, Mama lupa. Nontonnya sama kamu ya?”

Di tengah kebingungan mau nonton apa di Netflix karena Spy Family baru ada 1 episode, Inuyasha adanya yang Final Act dan sisanya tidak ada yang menarik, akhirnya kita pindah ke Disney+. Mumpung masih ada langganannya hehehe.

(Cerita kita langganan Disney+ Hotstar lewat Telkomsel di sini)

Sambil setengah complain-complain karena saya fans Miss Marple dan bukan Hercule Poirot yang sombong, saya nonton juga cerita klasik Agatha Christie tersebut. Kata Dudu: “Ini film yang ada Wonder Woman-nya.” Maksud dia si Gal Gadot. Sementara saya lebih sibuk sama Armie Hammer yang pernah main di Lone Ranger barengan Johnny Depp sampai Dudu berkomentar kalau saya hanya inget aktor ganteng saja. Hahaha.

Death on The Nile
127 menit
Cast: Kenneth Branagh, Gal Gadot, Armie Hammer, Annete Bening, Tom Bateman, Letitia Wright, Russel Brand


Ini sinopsisnya, according to Dudu:
Death on the Nile adalah sekuel untuk film Murder on The Orient Express, di mana Detective Hercule Poirot mengurus kasus pembunuhan di kali Nile di Egypt di saat pesta pernikahan. Awal filmnya agak pelan tapi memberi waktu untuk mengetahui karakter-karakter film dan melihat semua lokasi yang indah di London dan Egypt, seperti Thames River, the Sphinx dan Pyramid of Giza. Pada akhirnya, awal yang pelan membantu membuat akhir yang asyik dan penuh dengan mystery. Sampai akhir banyak bagian dari awal dimana kita harus mengingat detail kecil-kecil untuk membantu mengerti hal-hal yang terjadi nanti, jadi harus tetap vigilant untuk menebak pembunuhnya!

07 April 2022

Mengenal Jenis Jurnal dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Konon, journaling itu baru terasa manfaatnya kalau konsisten. Jadi, sebulan kemarin saya coba untuk konsisten.

Ada dua jenis jurnal yang saya buat: Progress Tracker Journal, yang saya modifikasi jadi Daily Habit Journal, dan Gratitude Journal. Keduanya adalah oleh-oleh dari acara yang saya ikuti. Beda jurnal, beda isi, beda fungsinya juga. Coba kita telaah lebih jauh bedanya masing-masing jurnal.



Daily Habit Journal
Idealnya jurnal ini dibikin di buku tulis, digambar dan dikasih warna agar terasa personal. Saya bikin di Excel online, dan terbagi ke dalam beberapa kategori. Kenapa di Excel? Soalnya nggak punya spidol warna-warni yang memadai. Lagipula pilihan warnanya lebih banyak di excel juga kan. Ide untuk membuat Daily Habit Journal datang dari Progress Tracker Journal yang saya lihat di acara launching buku Empowered ME (Mother Empowers) oleh Puty Puar bulan lalu. Ada beberapa tipe jurnal lain yang dibahas di acara tersebut seperti Action Plan Tracker atau Wheel of Life, tapi Progress Tracker inilah yang paling do-able, alias mudah dilakukan untuk saya.

Kalau Progress Tracker lebih spesifik, misalnya ketika saya sedang belajar Bahasa Korea maka saya akan pakai tipe jurnal ini untuk melihat seberapa jauh ‘perjalanan’ saya. Namun karena saya masih building habit, alias membangun kebiasaan belajar Bahasa Korea secara rutin, jadi yang saya gunakan adalah Daily Habit Journal. Tujuan saya membuat Daily Habit Journal ini juga sedikit berbeda di bulan pertama, karena saya sebenarnya ingin melihat habit apa yang sudah terbentuk dan apa yang sulit dimulai

Dari Daily Habit Journal yang saya buat selama sebulan kemarin ini, saya melihat bahwa ada beberapa hal yang sudah mengalir dengan sendirinya. Seperti minum air putih setiap pagi. Atau menulis blog dan baca komik yang meskipun tidak teratur tapi sering dilakukan. Sementara masak dan stretching sudah masuk kategori tidak ada harapan, dan saya berencana mengganti kedua hal tersebut dengan habit lain yang mungkin lebih doable, seperti mulai menulis fiksi.

Daily Habit Tracker Journal saya di bulan Maret kemarin

Ketika kemarin saya evaluasi, saya mencoba mencari pola dan menemukan bahwa di akhir pekan, saya cenderung lebih tidak produktif haha. Lupa minum vitamin, ngeblog juga bolong, belajar juga tidak. Yang dilakukan di Sabtu-Minggu biasanya hanya baca komik dan rebahan. Wah, jadi kepikiran. Akhir pekan ini ‘me time’ dan sering dihabiskan untuk bepergian atau event komunitas. Tapi seharusnya ada hal-hal yang ingin tetap saya lakukan seperti ngeblog atau minum vitamin agar waktu yang digunakan berasa optimal.

Gratitude Journal

Yang ini saya bikin di buku catatan. Minimal menuliskan satu hal yang membuat saya bersyukur setiap hari. Kebiasaan ini dimulai ketika mengikuti workshop bertema “Gali Potensi Diri” dari Komunitas Single Moms Indonesia di bulan Februari. Mengusung tema ‘self love’, Gratitude Journal mengajarkan kita bersyukur atas kebahagiaan yang diterima hari itu. Kesempatan mengapresiasi dan berterima kasih pada diri sendiri. Cara ini lumayan berguna menetralisir hal-hal negatif yang terjadi di sekitar saya.

Gratitude Journal saya di bulan Maret

Saya menuliskan Gratitude Journal ini ketika hendak menutup laptop dan mengakhiri hari. Meskipun sebenarnya tidak ada waktu khusus untuk menuliskan jurnal ini, tapi ketika hari berakhir dan menuliskan 1-2 hal baik yang ingin saya syukuri hari itu, hati jadi lebih tenang. Mengakhiri hari dengan hal-hal baik. Menulis isi Gratitude Journal juga tidak perlu kebanyakan mikir. Bersyukur bisa dimulai dari hal kecil, misalnya bisa punya waktu mandi lebih lama atau kebagian hibah durian dari tetangga. Tidak perlu menunggu menang undian dulu untuk bisa menuliskan isi Gratitude Journal.

Gratitude Journal tidak saya evaluasi. Hanya saya baca ulang di akhir bulan agar menyadari bahwa bulan kemarin itu not so bad dan bulan depan bisa lebih optimis lagi. Dari peserta workshop kemarin itu, ada yang cerita kalau Gratitude Journal yang dijalankan membawa positivity dan optimisme dalam hidupnya, lalu ada saja rejeki yang datang. Wah, hebat!

Tapi selain kedua jurnal tadi, saya juga keep jurnal yang isinya curhatan kalau sedang galau. Haha. Yang itu fungsinya untuk materi buku fiksi saya suatu hari kelak. Lalu ada juga healing jurnal, yang biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan terhadap diri sendiri yang perlu dijawab. Misalnya “apakah yang membuatmu kecewa?” atau “apa yang membuatmu tidak bisa memaafkan diri sendiri?” Jenis jurnal yang terakhir ini tidak secara rutin saya gunakan, hanya ketika sedang dibutuhkan saja. Misalnya ketika habis patah hati. Eh?

Bisakah digunakan untuk anak?

Saya baru mau menyarankan ke Dudu untuk pakai tracker seperti ini. Tapi kalau untuk Dudu sepertinya lebih cocok yang digital atau bentuknya apps ya. Kalau untuk anak yang lebih kecil, bisa dijadikan permainan dan diberikan reward ketika berhasil dilakukan. Misalnya puasa. Bisa dibuatkan papan untuk ditempelkan stiker di hari-hari si anak berhasil puasa. Lalu di akhir bulan sama-sama dievaluasi dan kalau memang ada reward yang dijanjikan di awal ya bisa diberikan.

Wah, bisa jadi proyek liburan sekolah bersama Dudu nih!

Apapun jenis jurnalnya, yang penting adalah konsistensi dan evaluasi. Kalau tidak konsisten, agak sulit mencari pola di Daily Habit Journal dan biasanya impact Gratitude Journal juga kurang terasa. Jadi memang harus konsisten setiap hari.

03 April 2022

Dudu's Toybox: Ide Barter Mainan yang Akhirnya Kesampaian

Buat apa beli mainan, kalau bisa tukeran?

Ide awalnya begitu. Karena Dudu yang waku itu kayaknya masih SD, kepengen punya mainan baru dengan sistem barter. Mainan milik dia yang sudah tidak dimainkan lagi, ingin ditukar dengan mainan temannya. Mainan lama si teman kan jadi mainan baru dia. Daripada orang tuanya harus membelikan mainan, dan kadang susah juga mintanya, mending mainan yang ada sekarang dibarter saja. Begitu pikirnya waktu itu.


Tapi Mama sibuk, jadi idenya waktu itu hanya tinggal cerita.

Selain sibuk, sebenarnya agak sedikit bingung juga bagaimana merealisasikannya tanpa harus punya website dan tim sendiri. Dan banyak hal juga yang harus dipikirkan seperti bagaimana mengirimkannya, bagaimana mengkoordinasikan antara pemilik barang dan peminat. Soalnya waktu itu yang ingin digunakan adalah konsep barter. Waktu itu bahkan, si bisnis ini sudah ada namanya: Pinjam-Pinjam.

Fast forward delapan tahun kemudian, yaitu 1 April kemarin. Saya kembali mengaktifkan akun instagram Dudu’s Toybox. Satu akun yang konsepnya untuk memajang semua mainan, buku dan baju milik kami berdua yang sudah tidak digunakan lagi. Keadaannya masih baik, beberapa bahkan masih baru. Saya mulai dengan buku. Konsepnya sederhana. Saya upload di IG, barang-barang yang ingin didonasikan lalu yang berminat bisa komentar dan saya kirimkan gratis hanya mengganti ongkir saja.



Ke depannya, saya ingin mengajak teman-teman yang punya buku atau mainan anak untuk ikutan posting, lewat titip posting di akun Dudu’s Toybox. Sistemnya begini:

  • Pemilik barang mengirimkan foto barangnya dengan detail keterangan (misalnya kalau buku ada sinopsisnya atau mainan ada merknya) serta lokasi si pemilik barang.
  • Saya akan upload barang tersebut beserta keterangannya, serta akun IG si pemilik barang.
  • Yang berminat bisa langsung comment di postingan atau langsung menghubungi si pemilik barang.
Konsepnya sedikit berbeda dengan ide awal si Dudu yang maunya barter langsung. Dudu’s Toybox masih membawa spirit untuk barter, tapi tidak memberi dan menerima dari orang yang sama. Bisa saja setelah titip posting, ada barang orang lain yang menarik perhatian si pemilik barang. Ujung-ujungnya kan jadi barter juga. Tapi, kalau dikembalikan ke kami berdua, ini tujuannya memberi dan berbagi. Dengan memanfaatkan media sosial yang sudah booming dan sedikit banyak dipercaya orang, serta konsep belanja online yang sudah lebih familiar bagi masyarakat Indonesia, harapannya kami bisa jadi tempat yang memudahkan orang yang ingin membuka ‘adopsi’ bagi barang-barangnya yang sudah tidak terpakai lagi.

Kalau begitu bukan Dudu’s Toybox lagi dong namanya? Kan bukan hanya barang milik Dudu? Well, idenya dari Dudu. Jadi saya akan tetap menggunakan nama si pemilik ide ‘bisnis’ ini. Berharapnya sih ada banyak Mama-mama di luar sana yang terbantu dengan adanya oper-operan mainan ini.

Demikian blog post, curhat sekaligus proposal bisnis kami berdua. Ada yang mau join sama kami berdua?

31 March 2022

Buku Antologi: Perjalanan Ibu Tunggal

Tahun lalu, saya berpartisipasi dalam sebuah buku antologi. Kali ini cukup spesial karena saya bukan hanya terlibat sebagai penulis tapi juga panitia seksi repot hingga terbit dan launchingnya buku ini. Bukan hanya menuliskan kisah tapi juga marketing bukunya. Tapi kita cerita tentang bukunya dulu ya.

Perjalanan Ibu Tunggal: Ragam Cerita Tentang Bangkit dan Berdaya
Penulis: Afriana, Meiyana, Elvira, Sari, Veranty, Ruth, Lucy, Ida Ann, Veronica, Ikha, Ratih, Agnes, Maranata, Dini, Renni, Siti Masyitoh, Wanodya
378 Halaman
Penerbit Samudra Biru, Jogja


Buku ini berisi 50 cerita tentang perjalanan hidup para ibu tunggal yang bergabung di dalam komunitas Single Moms Indonesia (SMI), yang dikelompokkan ke dalam 7 chapter dan dilengkapi dengan sudut pandang expert di bidangnya. Misalnya chapter pertama yang bercerita tentang perceraian, baik prosesnya, healing-nya dan struggle yang dialami para penulisnya, dipasangkan dengan tulisan Rizki Rahmawati Pasaribu S.H., LL.M atau yang akrab dikenal dengan panggilan Pengacara Kiky. Atau chapter yang diberi judul “Single Moms Mandiri Finansial” yang dilengkapi dengan tulisan dari Erlina Juwita M.M. CFP, CSA, seorang financial planner. Karena dari setiap curhatan pasti ada hikmah yang bisa diambil. Kan namanya juga sebuah perjalanan.

26 March 2022

Bahagia Jadi Ibu Tunggal Berdaya

“Halo, Mama Dudu.”

Tahun ini adalah tahun ke-16 saya menjadi seorang ibu tunggal. Jadi Mama Dudu. Sapaan di atas sudah jadi identitas kedua buat saya. Identitas yang saya banggakan juga, meskipun kadang menimbulkan pertanyaan buat teman yang baru kenal. Soalnya sebagai single mom, saya suka terlihat single beneran. Haha. Terlihat happy-go-lucky belum punya anak, belum punya tanggungan. Masih senang-senang sendiri. Sampai kita tukeran IG. Lalu muncul pertanyaan pertanyaan beruntun karena akun IG saya namanya Date with Dudu.


Siapa Dudu? Anak gue. Anak lo umur berapa? 16 tahun.
Hah?


Saya hamil saat kuliah dan karena satu dan lain hal memutuskan untuk jadi seorang ibu tunggal. Ketika saya lulus, Dudu sudah berumur 1 tahun. Mulai dari kuliah sambil mengasuh bayi, lalu mencari kerja sambil membesarkan anak. Tahu-tahu anaknya sudah jadi remaja tahun ini, dan kita sudah melaluinya berdua saja. Saya tidak pernah punya pasangan lagi, si Dudu juga (katanya) belum mau pacaran karena masih mau main game. Hahaha.


Bahagia jadi berdaya

Kehadiran Dudu memberikan saya pelajaran bahwa tidak ada kata terlambat untuk bahagia, meskipun apa yang terjadi ini sebenarnya di luar rencana semula. Saya memulainya dengan menjadi seorang ibu tunggal berdaya. Apa itu? Berdaya, kalau dalam KBBI diartikan sebagai (1) berkekuatan; berkemampuan; bertenaga; dan (2) mempunyai akal (cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu dan sebagainya.

Status single mom di usia 21 tahun tidak menjadikan saya terlambat untuk mengejar mimpi dan melakukan hal-hal yang disuka, karena tinggal ditukar saja rencananya. Yang seharusnya dikerjakan pada umur 20-an, ya dilakukan di umur 30-an setelah anak lebih mandiri. Jadi, berdaya versi saya berarti menyadari bahwa saya punya kekuatan, kemampuan, tenaga dan akal untuk menjadi seorang ibu yang bahagia. Jangan sampai terjebak victim mindset alias berpikir bahwa saya ini korban yang tersandera anak dan takdir. Apalagi saya menjalani peran sebagai orang tua tunggal, semakin banyaklah alasan untuk jadi ibu berdaya.

Bahagia mengejar karir

Ketika Dudu masuk SD, saya pindah dari media ke e-commerce karena mengejar gaji yang lebih besar untuk kebutuhan hidup yang juga meningkat. Dunia e-commerce yang fast-pace mungkin tidak cocok buat seorang single mom usia 30-an seperti saya, bersaing dengan anak muda yang sebagian besar adalah fresh graduate berambisi. Bagaimana saya, yang fokusnya terbagi dengan anak, bisa mengejar karir di dunia ini?

Di sini, cara saya untuk mengatasi persaingan adalah dengan menunjukkan kemampuan. Menjadi seorang ibu berarti saya mampu bertanggung jawab atas kehidupan orang lain, dalam hal ini anak. Dan sebagai seorang single mom, saya mampu melakukan hal tersebut sendirian. Dudu adalah bukti ‘kesuksesan’ saya. Weekend saya memang buat nge-date sama Dudu. Tapi weekdays saya, bisa dipakai fokus mengejar karir dan mimpi di industri yang sekarang. Dan saya bahagia.


Bahagia melakukan hobi

Dudu yang semakin besar, berarti saya punya lebih banyak waktu untuk diri sendiri. Waktu ini saya gunakan untuk melakukan hobi, yang kemarin sempat terbengkalai. Misalnya dengan ikut les bahasa, nonton konser Kpop di Youtube, volunteer di komunitas, atau ikut online event. Loh, terus Dudu ditinggal? Yah, anak ABG ini sekarang lebih memilih main game sama teman-temannya dibandingkan nge-date sama Mama. Tapi karena pandemi ini membuat kita di rumah saja, saya masih berusaha makan siang dan makan malam bersama Dudu. Sekarang saya bahagia karena melakukan semua hal yang saya suka, tanpa kehilangan waktu bersama Dudu.

Kalau ditanya apa rasanya jadi seorang ibu, jawabannya saya adalah “seru”. Loh kok seru? Nggak susah? Mungkin ada susahnya, tapi saya lupa. Lebih banyak kenangan seru dan bahagianya. Yang diingat cuma sering traveling sama Dudu, sering keliling kota mencoba restoran baru dan pergi event seru. Kok bisa? Ya soalnya saya kan ibu tunggal berdaya. Hahaha.