31 March 2022

Buku Antologi: Perjalanan Ibu Tunggal

Tahun lalu, saya berpartisipasi dalam sebuah buku antologi. Kali ini cukup spesial karena saya bukan hanya terlibat sebagai penulis tapi juga panitia seksi repot hingga terbit dan launchingnya buku ini. Bukan hanya menuliskan kisah tapi juga marketing bukunya. Tapi kita cerita tentang bukunya dulu ya.

Perjalanan Ibu Tunggal: Ragam Cerita Tentang Bangkit dan Berdaya
Penulis: Afriana, Meiyana, Elvira, Sari, Veranty, Ruth, Lucy, Ida Ann, Veronica, Ikha, Ratih, Agnes, Maranata, Dini, Renni, Siti Masyitoh, Wanodya
378 Halaman
Penerbit Samudra Biru, Jogja


Buku ini berisi 50 cerita tentang perjalanan hidup para ibu tunggal yang bergabung di dalam komunitas Single Moms Indonesia (SMI), yang dikelompokkan ke dalam 7 chapter dan dilengkapi dengan sudut pandang expert di bidangnya. Misalnya chapter pertama yang bercerita tentang perceraian, baik prosesnya, healing-nya dan struggle yang dialami para penulisnya, dipasangkan dengan tulisan Rizki Rahmawati Pasaribu S.H., LL.M atau yang akrab dikenal dengan panggilan Pengacara Kiky. Atau chapter yang diberi judul “Single Moms Mandiri Finansial” yang dilengkapi dengan tulisan dari Erlina Juwita M.M. CFP, CSA, seorang financial planner. Karena dari setiap curhatan pasti ada hikmah yang bisa diambil. Kan namanya juga sebuah perjalanan.

Selain 2 chapter yang disebutkan di atas tadi, chapter-chapter lainnya juga tidak kalah serunya: ada “Emotional Healing”, “Solo & Co-Parenting”, “Bahagianya Single Mom”, “Dating Lagi, Setelah Sendiri” dan “Journey of Single by Choice”. Emotional Healing membawa kisah para ibu tunggal yang berusaha bangkit setelah ditinggal suami tercinta dipanggil pulang yang maha kuasa, sementara Journey of Single by Choice menyampaikan jalan hidup para perempuan yang, karena satu dan lain hal, memilih menjadi seorang ibu dan membesarkan anak, tanpa menikahi ayah dari anaknya. Jadi buku ini adalah paket komplit.

Buat saya, setiap chapter ada kisahnya sendiri. Membaca cerita yang ditulis para ibu tunggal di sini membuat saya jadi paham bahwa setiap orang ada masalahnya sendiri, dan mengatasinya dengan cara yang unik untuk mereka sendiri. Yang cocok buat kita, belum tentu cocok buat mereka. Ada bagian yang sedih, ada juga bagian yang bikin ngakak. Campur aduk kalau dibaca, jadi tidak berlarut dalam tangisan hehe. Soalnya, karena saya juga seorang ibu tunggal, membaca tulisan teman-teman ini terkadang bikin yang sudah jadi kenangan, seakan balik lagi ke depan mata. 

Buku ini ya buat siapa lagi kalau bukan buat Dudu?

Tapi kalau ditanya, yang paling seru apa? Ya “Dating Lagi, Setelah Sendiri” dong. Seringkali tabu untuk dibicarakan, pengalaman dating lagi dari teman-teman ibu tunggal ini cenderung seru. Tapi dari membaca chapter ini saya jadi sadar, bahwa sebenarnya dating setelah atau sebelum jadi ibu tunggal ini masalahnya ya mirip. Ada yang tersangkut perbedaan keyakinan karena pasangannya bukan dari Indonesia, ada yang kena PHP dan ghosting, ada yang harus jadi detektif dulu memastikan bahwa si teman kencan tidak bohong tentang statusnya. Yang membedakan adalah, ibu tunggal punya anak yang menjadi prioritas dan terkadang kalau calon pasangan ghosting setelah akrab dengan anak-anaknya, yang terluka bukan hanya ibunya.


Proses Terbitnya Buku

Ide untuk membuat buku antologi ini tercetus di tengah kelas menulis intensif yang diadakan PT. Cakram Indonesia untuk anggota Single Moms Indonesia di bulan Juni 2021 kemarin. Saya yang sebenarnya hadir di situ sebagai volunteer bagian administratif seperti absen, foto bersama, admin WA grup dan lain sebagainya, malah ikut jadi peserta. Ketika kelas yang berjalan selama 4x pertemuan itu berakhir, para peserta mengikuti 30-day Writing Challenge di FB Grup khusus. Karena memang sudah diniatkan untuk jadi buku antologi, peserta yang ikutan challenge wajib menyetorkan tulisan sepanjang 1000 kata setiap harinya dengan tema yang sesuai dengan comfort zone masing-masing ibu tunggal. Tema-tema inilah yang kelak menjadi chapter bukunya. Saya lagi-lagi ikutan sebagai admin FB Grupnya haha. Ujung-ujungnya ya jadi menulis juga.

Bukan cuma belajar jadi admin event, saya juga jadi punya pengalaman jadi admin FB grup. Buku ini, buat saya, bukan sekedar mengisi tulisan tapi juga belajar marketing. Bagaimana membangun pre-hype sebelum bukunya terbit. Bagaimana menjaga antusiasme peserta dan para pihak terkait. Bagaimana menyusun strategi awareness dan mencari sponsor untuk launching buku. Apa yang harus dilakukan ketika launching buku, terutama yang bentuknya anthology karena penulisnya ada banyak. Ternyata banyak yang harus dipikirkan. Untungnya melalui kelas menulis ini juga, saya dipertemukan dengan tim yang lumayan solid dan teman-teman penulis yang berkomitmen tinggi. Jadi kami berhasil membuat IG Live berseri 2 minggu sebelum terbitnya buku yang isinya ngobrol-ngobrol dengan penulis, expert, editor buku dan pihak lain yang terlibat.


Bangkit dan Berdaya itu Apa?

Kisah para ibu tunggal di buku ini menggambarkan bahwa bangkit dan berdaya setelah melewati badai kehidupan itu adalah sebuah proses. Tidak mudah mengikhlaskan suami berpulang, tidak mudah memaafkan sebuah perceraian dan tidak mudah membuat sebuah keputusan untuk hidup sendiri. Selain proses internal yang hubungannya sama hati, para ibu ini masih harus berkutat dengan masalah finansial dan co-parenting bersama mantan, semua demi anak-anak.

Di chapter terakhir yang diberi judul “Bahagianya Single Mom,” saya jadi tahu bahwa yang namanya bahagia itu macam-macam. Beberapa sederhana, seperti nonton konser dan fangirling. Ada yang dapat berkah umroh, atau bisa memasang umbul-umbul 17an. Tapi ada juga yang ceritanya adalah mencari kebahagiaan diri sendiri alias self-love. Intinya, bahagia. Meratapi nasib itu boleh, tapi jangan berlarut-larut. Segera bangkit lagi dan temukan cara menjadi berdaya, jadi bahagia ketika berdiri di kaki sendiri.

Buat yang punya banyak pertanyaan soal ibu tunggal dan prosesnya tapi sungkan bertanya, buku antologi ini bisa jadi pilihan. Dari mereka yang mampu menuliskan ceritanya dan berbagi kisah perjalanan melewati ujian. Tidak harus dibaca a sampai z, karena bisa dibaca per chapter atau per-kisah. Penasaran?

Jadi buku ini, buat saya, bukan cuma sekedar tulisan. Tapi juga jadi proses bangkit dan berdaya. Bukan cuma sumbang kata-kata, tapi banyak dapat pelajaran tentang proses dan hasil usaha. Menulis adalah sesuatu yang memang sudah saya lakukan sebagai blogger, namun book marketing dan creating awareness tentang #IbuTunggalBerdaya adalah sesuatu yang baru. Seru juga ternyata bisa launching buku. Tahun ini mau bikin apa lagi ya?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.