Perjalanan hidup Pangean Diponegoro dalam rangkuman |
Terlambat 20 menit gara-gara Car Free Day (seharusnya kita ambil yang sesi siang saja haha), Andrew masih sempat ikut art and craft. Namun dia sudah tertinggal storytelling sesi pertama dan akhirnya ikutan di sesi kedua bersama beberapa teman yang terlambat datang juga. Ternyata anak jaman sekarang berbeda pandangan dengan jaman saya kecil dahulu. Soalnya waktu storytelling Pangeran Diponegoro, ada percakapan begini.
Kakak Museum: Siapa itu Pangeran Diponegoro?
Dudu: Orang nyeker ini… (sambil menunjuk wayang Pangeran Diponegoro yang nyeker).
Kakak Museum: Waktu kecil, meskipun anak raja, Pangeran Diponegoro tidak mau tinggal di istana. Siapa yang tahu kenapa?
Dudu: Pasti karena di istana tidak ada AC….
Anak di sebelah Dudu nyeletuk: Pangeran Diponegoro tinggal di kampung gitu?
Dudu: Pangeran Diponegoro tinggal di kampung agar tidak sombong. Soalnya kalau sombong kan tidak baik, nanti kena batunya….
Kakak Museum: Lalu Pangeran Diponegoro main layangan….
Dudu: Tante… kenapa main layangan? Apa tidak ada permainan yang lebih keren sedikit? Apa Pangeran Diponegoro tidak tahu caranya main petak umpet?
Anak di sebebelah Dudu nyeletuk lagi: Masa Pangeran tidak punya iPad?
Pangeran yang ini cuma punya rempah-rempah dan tanah leluhur…
Mendengar Dudu terkaget-kaget kenapa bangsa Indonesia yang prajuritnya nyeker dan hanya pakai keris serta bambu runcing bisa melawan Belanda yang pakai sepatu boot dan pakai senapan, saya jadi geli sendiri. Tidak masuk akal memang.
Kakak Museum: Pada saat berunding, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda.
Dudu: Pasti karena istrinya berkhianat dan bersekongkol dengan musuh…
Dudu kebanyakan nonton Mahabaratha dan Jodha Akbar di TV kayaknya. Ini cerita sejarah lho bukan sinetron atau drama kolosal. Dan kenapa harus istri yang berkhianat?
Setelah storytelling berakhir (fiuh), kita segera menuju ruang pameran untuk berburu petunjuk. Sejak masuk museum saya sudah mewanti-wanti Dudu bahwa ini Museum untuk orang dewasa jadi anak-anak tidak boleh pegang-pegang sembarangan, harus mengikuti garis hitam dan tidak boleh bersandar di dinding sebelah lukisan. Ketika petunjuk di kertas membawa Dudu ke depan lukisan karya Sudjojono yang harganya 7 Milyar (apa 75 milyar ya?), anaknya langsung shock. Hanya lukisan saja bisa segitu mahal? Well, dia jadi belajar tentang nilai sebuah karya seni.
Sibuk memecahkan puzzle |
Mencari sang pangeran di koin kuno |
We had so much fun! Andrew pas pulang senang bukan main karena berhasil memecahkan puzzle dan bisa membawa pulang wayang karton Pangeran Diponegoro. Sepanjang perjalanan pulang di mobil dia sibuk memainkan wayangnya. Seru. Well, seandainya jaman saya sekolah dulu ada yang seperti ini, saya tidak perlu menghafalkan sejarah pakai trik. Seperti bahwa Perang Diponegoro terjadi pas maghrib… 1825-1830 (kalo ngga salah).
Lukisan ini ibuat dari gambar yang kecil-kecil lho |
Soalnya Andrew suka senapan... |
Nice post, Mbak :)
ReplyDeleteJadi tertarik buat main ke museum nih hehehe. Kalo tau info2 seperti ini dari mana ya?
Thank you,
Lia
Hallo Mba Lia,
DeleteAku follow twitternya @MuseumCeria . Mereka suka ada acara namanya "Family Weekend" yang diadakan di Museum. Dari situ kita bisa daftar.
Hi Mbak Ruth,
DeleteThanks infonya. Langsung menuju TKP :)
Kalo acara gini peminatnya banyak ga mba ruth? Kemaren sempet jg nih kesini.. tp ga tau ad acr museum ceria juga..
ReplyDeleteBanyak kok. Yang Aku Diponegoro ini sampai ada 4 sesi loh
Delete