06 February 2023

Skill Wajib Punya Tahun Ini: Community Management dan Community Marketing

Setiap tahun, saya selalu ingin belajar bahasa asing. Tahun ini mungkin saatnya mencoba sesuatu yang berbeda.

Tahun lalu saya mencoba serius di community management. Volunteering di bagian Learning & Development komunitas Single Moms Indonesia. Lalu saya menemukan bahwa dunia mengelola komunitas ini menyenangkan. Komunitas bukan hal baru dalam kehidupan saya (dan Dudu). Ketika Dudu lahir, saya ikutan komunitas single moms di kampus. Lalu pulang ke Indonesia, dan bergabung ke komunitas parenting dari Femina Group. Rajin ikutan acara, kenal banyak orang dan akhirnya jadi keterusan berkomunitas. Karena saya menulis, saya ikutan komunitas blogger juga. Lalu yang terakhir ya Single Moms Indonesia, di mana saya memutuskan untuk jadi lebih dari sekedar anggota.


Community management dan yang akhir-akhir ini populer, community marketing, bukan hal baru sih. Tapi baru dapat kesempatan untuk belajarnya tahun kemarin. Belajar yang langsung praktek karena baru volunteer lalu kejeblos dapat tugas. Ujung-ujungnya mendadak jadi learning and development yang bertanggung jawab untuk internal program dan internal communications dari komunitas Single Moms Indonesia. Meskipun sudah learning by doing, saya tetap ingin belajar lagi. Tapi dicari-cari courses yang gratisan dari Coursera tidak ada yang tentang community management. Kebanyakan malah Social Media Marketing.

Tapi ada satu free course berjudul “Transforming Communities” yang merupakan bagian dari Leading Sustainable Community Transformation Specialization yang ditawarkan oleh University of Colorado - Boulder. Kelas ini menarik perhatian saya karena silabusnya menjanjikan bagaimana membangun engagement yang efektif dan encourage perubahan. Sepertinya kelas ini akan saya masukkan to do list di 2023 sambil mencari apa lagi dari community management yang bisa saya pelajari.

Kenapa harus Community Marketing?


Lalu ada Community Marketing, yaitu strategi brand atau penjual untuk engage dengan komunitas konsumennya untuk mendapatkan insight dan/atau customer baru. Di masa sekarang ini, Community Marketing adalah strategi pemasaran yang sering digunakan oleh startup dan merupakan salah satu strategi yang dianggap efektif karena mempertahankan hubungan yang sehat antara brand/perusahaan dengan konsumen/customernya. Strategi pemasaran berbasis komunitas ini seringkali dilakukan melalui media sosial, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan secara organik misalnya ada di grup WA atau Telegram.

Berbeda dengan digital marketing yang banyak berinteraksi dengan mesin pencari dan automation, community marketing ada sisi interaksi dengan manusia. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut.

Padahal saya introvert haha.



Saya belum menemukan kelas untuk community marketing. Mirip seperti community management, kalau cari di situs gratisan, ketemunya social media marketing, digital marketing dan yang terbaru adalah tentang metaverse. Tapi Community Marketing ini sudah mulai dijalankan oleh beberapa brand di luar negeri, misalnya melalui Convosight. Kalau mencari video tentang Community Marketing di Youtube, misalnya, sudah banyak expert yang menyarankan brand untuk berinvestasi di komunitas.

Meskipun belum ambil kelas dan belum menemukan kelas yang pas, saya beruntung lagi-lagi bisa learning by doing dalam mempelajari community marketing ini.

Tahun ini saya ingin belajar lebih banyak tentang membangun dan memasarkan komunitas. Bagaimana menjaga engagement, bagaimana menyuarakan visi misi dan bagaimana menjaga branding. Beda dengan karyawan perusahaan yang digaji, anggota komunitas bergabung dengan sukarela karena ketertarikan yang sama atas sebuah subject. Dan ini sepertinya menarik.

04 February 2023

Berjejak dan Berbagi di Ulang Tahun KEB ke-11

Menjejakkan kaki di acara offline pertama bareng teman-teman komunitas Kumpulan Emak Blogger, setelah sekian tahun nyaman bersembunyi di balik layar laptop ternyata bikin panik juga. Banyak amat orangnya hahaha. Tapi ya memang ini kan acara Syukuran KEB 11 Tahun.



Acara Syukuran KEB 11 Tahun: Berjejak dan Berbagi berlangsung di Bali Notes Terrace, Jl. Prof. Joko Sutono SH No.15, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu siang, tanggal 28 Januari 2023 yang lalu. Overthinking sudah dimulai dari sejak menembus hujan dan macet Jakarta. Gimana kalau saya lupa ini emak siapa, itu emak yang mana? Ntar awkward nggak yah, sudah lama tidak bertemu. Tapi ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti karena meskipun lama tidak jumpa, kita semua masih ngobrol seru kayak ketemu teman lama.

“Dudu apa kabar?”

Banyak yang menanyakan Dudu hahahaha. Lebih dicariin daripada mama-nya nih. Maklum, Kumpulan Emak Blogger ini bukan sekedar komunitas Blogger buat saya, tapi juga tempat saya sharing soal Dudu di blog saya. Kumpulan Emak Blogger bukan hanya mengajarkan saya cara ngeblog, tapi juga bagaimana cara berkomunitas. Terbukti meski sudah berjalan 11 tahun, dan saya termasuk yang tidak aktif sejak Dudu “sulit diajak kerja sama” jadi bahan tulisan, semuanya tetap ramah dan menyambut dengan tangan terbuka. Tau gitu Dudu diajak ya, Mak. Hahahaha.

Ada apa sih emangnya di acara Syukuran KEB 11 Tahun?

Temanya “Berjejak dan Berbagi.” Acaranya sendiri diisi oleh mini workshop dengan narasumber Ali Muakhir (Penulis) dan Oktora Irahadi (CEO INFINA) yang membawakan materi praktis buat emak-emak.


Oktora Irahadi membawakan tema “Cara Cuan Masa Kini” yang memberikan bocoran tentang bagaimana mendapatkan penghasilan tambahan buat para emak, tentunya dengan bermodalkan apa yang dipunya saat ini. Bisa nulis, ya jadi freelance writer. Mau jualan tapi bingung modal, ya coba jadi dropshipper. Ada banyak cara cuan di luar sana. "Kita bisa memanfaatkan jarak, ruang dan waktu untuk mendapatkan cuan," jelas Oktora.

Tapi tidak asal 'jualan' juga sih. "Waktu saya mencari orang yang cocok untuk sebuah Brand, saya melihat 3R," kata Oktora memberikan bocoran. Apa tuh 3R? Reach, Resonance dan Relevant. Siapakah target yang bisa dijangkau oleh orang tersebut? Cocok tidak personality-nya dengan pesan yang harus dibawakan? Apakah orang tersebut relevan di dunianya?

Kata Oktora, "kalau kita bisa menulis dengan cara berbeda, tulisan kita akan lebih terlihat." Lalu penulis, content creator dan influencer Ali Muakhir memberikan tips dan trik menulis kisah inspiratif dengan metode Emak..

Kisah inspiratif inilah yang akan membuat kita unik. Tapi Metode Emak ini apa? Dan apa yang membuatnya jadi berbeda? Menurut Ali Muakhir, ada 4 hal yang sebaiknya dilakukan terus menerus agar bisa menjadi penulis kisah inspiratif. Endapkan rasa, mulai dengan struktur, cari 1 pesan yang bisa dijadikan penutup kisah dan buat jadwal tulisan agar kisah kita tuntas.

Bukan hanya workshop, seru-seruannya juga banyak!

Selain mini-workshop, Syukuran KEB 11 Tahun juga menjadi ajang peluncuran e-book yang ditulis oleh para makmin Kumpulan Emak Blogger berjudul “Warna-warni Dunia Blogging dan Cerita di Balik Dapur Komunitas,” dan penyerahan secara simbolis #KEBPeduli melalui kampanye #KEBCharity11KRun dalam rangka KEB 11 Tahun sebesar Rp. 2.500.000 kepada RA Miftahul Jannah, Noborejo, Salatiga. Sesuai dengan semangat KEB Berjejak dan Berbagi, rangkaian kegiatan Ulang Tahun Kumpulan Emak Blogger ini berlangsung meriah.



Hari Sabtu sore itu, Bali Notes Terrace juga jadi panggung fashion show Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Nusantara (PPBN) yang membawakan parade kebaya nasional. Siapa bilang pakai kain itu ribet? Bahkan sebenarnya dress code acaranya juga kain dan kebaya. Dukungan KEB terhadap Gerakan Nasional Literasi Digital - Siberkreasi juga mengingatkan emak-emak untuk check dan recheck sebelum membagikan informasi. Apalagi menurut CEO INFINA Oktora Irahadi di sesi workshopnya, sumber informasi tercepat ini sebenarnya adalah emak-emak. Jangan sampai kita ikut menyebarkan hoax ya.


Pas pulang, rasanya belum puas haha. Belum rela bubar karena merasa belum selesai ngobrol, belum menyapa beberapa orang di acara. Boleh dong, KEB bikin acara rasa reuni nostalgia lagi. Lumayan mengobati rasa kangen berkomunitas, bertemu teman lama dan jadi makin semangat blogging lagi karena diingatkan bahwa blogging itu adalah salah satu cara "Berjejak dan Berbagi." 

Syukuran KEB 11 Tahun didukung oleh Siberkreasi, Kominfo RI, INFINA dan Bali Notes.

11 January 2023

Akhirnya Adopsi Dua Ekor Kelinci

Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian.
Tergantung bagaimana kita melihatnya.


Beberapa waktu lalu, di komunitas saya, ada yang sempat sharing menanamkan tanggung jawab dengan memelihara binatang. Sebagai seorang ibu tunggal, si pembuka topik mengungkapkan bahwa keluarga yang tidak lengkap membuatnya sulit mengajarkan seorang anak laki-laki untuk bertanggung jawab. Sempat dapat resistensi dari ibu tunggal yang lain, yang mengatakan bahwa mantan suaminya tetap menjadi seorang laki-laki tidak bertanggung jawab walaupun memelihara banyak exotic pets di rumah keluarganya.

Sebagai ibu tunggal dengan seorang anak laki-laki, saya merasa tersindir. Lalu saya penasaran dengan teori binatang peliharaan dan akhirnya membawa dua ekor kelinci pulang ke rumah.



Bukan karena tanggung jawab sih. Soalnya, menurut saya, Dudu termasuk yang bertanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaan rumah, penggunaan gadget dan pengaturan uang yang diberikan baik yang berbentuk saldo e-wallet maupun uang cash. Tapi karena Dudu bilang dia merasa kesepian.

Ya, apapun itu, saya dan Dudu sekarang memelihara dua ekor kelinci. Namanya Sentaro dan Arisu.

14 December 2022

Setiap Blog Post Ada Perjuangannya

“Gue mau jadi blogger dong kayak lo.”

Bukan sekali dua kali saya mendapat komentar seperti ini, karena teman yang melihat blog saya berdua Dudu. Namun memang konsistensi itu sulit. Lalu, setelah mengatasi rasa malas dan niat meluangkan waktu menulis, masih ada hal-hal lain yang harus dikerjakan sampai sebuah blog post yang baik itu ter-publish.


Blog buat saya adalah ‘reportase’, meskipun terkadang tulisannya opini atau pengalaman sendiri. Tapi yang ideal tetap saja perlu research atau setidaknya hadir event/ melakukan kegiatannya sendiri. Dan ketika dilakukan berdua anak, ternyata prosesnya tidak seindah hasil tulisannya haha.


Kok gitu?
Soalnya Blog ini melibatkan si anak yang berarti kalau bikin postingan ya menunggu mood si anak bagus, atau momen yang tepat. Tidak bisa posting setiap saat, setiap waktu juga.

Lalu, apa dong reportase yang berkesan?
Saya dan Dudu pernah ikutan acara launching susu UHT. Sebenarnya tidak ada kewajiban apa-apa dari acara tersebut, tapi saya merasa bahwa ceritanya seru dan bisa jadi cerita lebih panjang. Jadilah selesai acara tersebut, saya dan Dudu hunting kemasan susu UHT demi sebuah postingan yang lebih memuaskan target pribadi.

Perjuangannya lumayan. Saya meluangkan waktu seharian di akhir pekan untuk berburu bahan tulisan dan mengabadikan gambarnya. Tapi worth it banget, kan demi #DateWithDudu juga.

Yang tidak kalah berkesannya adalah ketika saya menulis tentang pengalaman journaling beberapa waktu lalu. Penuh perjuangan karena sebelum membuat postingan itu saya harus beneran journaling, bikin gratitude journal dan daily habit journal selama setidaknya sebulan penuh. Setelah itu, barulah saya tulis reportasenya. 

Bagaimana kabar teman-teman saya?
“Duh, gue mau update tapi malas menulis.”
“Ngedit foto ternyata lama ya.”
“Gimana sih caranya biar bisa rapih gitu tulisannya? Harus dari laptop ya?”
Nah kan. Hahahaha.

Ini bukan berarti saya tidak pernah malas. Buktinya blog ini juga bolak-balik vakum. Dengan makin besar-nya si Dudu plus pandemi yang di rumah aja itu, bingung mau menulis apa. Ada ide, malas mengejar fotonya, malas ngedit layoutnya. In the end, ya jangan biarkan rasa malas itu menghalangi postingan blog di depan mata sih.

Kalau tulisan tentang liburan sama Dudu gimana?

“Kebanyakan foto, lo enjoy jalan-jalannya nggak sih?”
Pertanyaan penasaran dari seorang teman yang bikin saya berpikir juga. Kalo liputan event kan kerja ya, wajar kalau foto sana sini, mencatat semuanya dan mengamati sekitar. Gimana kalau liburan, kan kita maunya enjoy tanpa beban. Eh, ini malah ada PR untuk bikin tulisan perjalanan.



Menulis perjalanan dan tidak melupakan detailnya adalah sebuah perjuangan juga. Untungnya sekarang internet bisa banyak membantu. Informasi tinggal di Google search aja lalu muncul semua jawabannya. Biasanya saya memfoto informasi, mengambil brosur atau menandai sebuah tempat di Google Maps. Lalu yang saya catat adalah rasa, kesan dan hal-hal yang terpikirkan saat berada di tempat tersebut. Mungkin celoteh si Dudu, mungkin ada milestones dia waktu kecil yang terjadi ketika jalan-jalan. Soalnya yang itu kan tidak ada di internet. Justru sayalah yang mau menuliskannya di internet.

Setiap tulisan adalah perjuangan.
Tapi yang bikin blogging jadi seru dan berkesan ya cerita keribetannya itu kan.

06 December 2022

Kumpulan Lagu Penyemangat Hari di Spotify Wrapped 2022

Spotify Wrapped tahun ini isinya sama lagi haha. Top artists saya tetap dia lagi dia lagi. Backstreet Boys dan/atau Super Junior di peringkat pertama dan kedua. Lalu yang ketiga L'Arc-en-ciel. Nomor Empat dan Lima yang baru: Lady Gaga dan Boyce Avenue. Agak kaget karena Linkin' Park nggak masuk.

Emang, lagu apa sih yang didengarkan berulang kali sampai masuk Spotify Wrapped? Segitu menginspirasinya buat seorang single mom?


You Say - Boyce Avenue

Lagu ini sebenarnya bukan punya Boyce Avenue. Tapi karena versi Lauren Daigle tidak bisa buat karaoke, alias suara saya tidak sampai, jadi versi Boyce Avenue inilah yang saya sering pasang di mobil.

Yang bikin lagu ini inspirational adalah bagian chorusnya yang bilang bahwa kita ini ada artinya. Kita punya meaning, dan ada yang selalu perduli sama kita. Jadi, lagu ini bagus karena mengingatkan saya bahwa ketika semuanya bubar, ada anak yang selalu membutuhkan keberadaan dan kasih sayang kita sebagai ibunya.
"What matters is what you think of me
In you I found my worth, my identity."

 

Stay Away - L'Arc-en-Ciel

Lagu ini nadanya ceria tapi liriknya kena. Kalau kata Google Translate, lagunya tentang menemukan kebebasan dan menyuruh masalah jauh-jauh aja dari kita. "I just wanna say I'm lucky" dan "I just wanna say I'm happy." Buat saya sih ini matra buat single mom banget

Lagu yang dirilis tahun 2000 ini ada cover version yang dinyanyikan oleh Daniel Powter (buat yang merasa kenal, dia ini yang nyanyi "cos you have a bad day…") dengan lirik yang senada. Intinya tentang percaya pada diri sendiri dapat membawa perubahan dalam hidup kita. Harus percaya bahwa jadi ibu tunggal ini kita kuat. "No looking back or second guessing, I think by now I've learnt my lesson. Feeling lucky, feeling lucky. Feeling really lucky."

Lady Gaga' songs

Lagu-lagu penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini selalu relatable. Mulai dari Poker Face sampai Sour Candy. Lagu terbarunya, Hold My Hand, yang dirilis buat Soundtrack film Top Gun: Maverick pas banget didengarkan kalau lagi overwhelmed kebanyakan urusan. Namanya single mom kan semua diurus sendirian lalu capek. Pengennya ada yang paham tanpa harus cerita.
"That fear that's inside you will lift, give it time
I can see everything you're blind to now
Your prayers will be answered, let God whisper how"

Bagian itu terutama, mengingatkan saya kalau pas semua rusuh dan bingung gimana lagi nih kok kayak nggak ada jalan keluar, bahwa tunggu aja ntar juga ada titik terangnya. Mungkin saya tidak bisa lihat karena lagi tenggelam dalam masalah. Give it time, nanti juga terjawab doanya.

Suju sama Backstreet Boys ya udahlah ya. Tiap tahun mereka muncul, rebutan peringkat pertama dan kedua di hati saya, eh Spotify Wrapped saya. Dan Backstreet Boys sudah menemani saya melewati masa remaja, patah hati, jatuh cinta, gagal move on, jatuh cinta lagi, lalu capek sendiri.

Skip.

Satu lagu yang masuh honorable mention adalah Just Because yang dinyanyikan Dido. Liriknya bagus dan beatnya asyik. Coba cek bagian ini:


"Just because everybody does it
Doesn't mean we need to
Just because everybody wants it
Doesn't mean we want it too (sing your song)
Just because everybody's talking
We don't need to share"

Cuma karena semua keluarga lengkap bapak-ibu, bukan berarti saya harus nikah juga. Cuma karena semua orang pengen liat saya punya pasangan, bukan berarti saya harus cari pacar. Cuma karena semua orang kepo dan bertanya-tanya, bukan berarti saya harus cerita.

Sing your song. Nyanyiin aja lagu saya sendiri, tidak usah pusing sama lirik lagu orang lain.

Udah gitu aja pokoknya. It's a wrap!

24 November 2022

Menjawab Penasaran Tentang Blogger Itu Apa Sih?

Title “blogger” biasanya saya gunakan ketika saya tidak ingin atau tidak bisa menyebutkan pekerjaan utama yang sedang dilakukan sekarang. Soalnya Blogger ini adalah satu “pekerjaan tetap” yang sudah saya lakukan sejak sebelum Dudu lahir. Bahkan beberapa kali, pekerjaan ini lah yang Dudu sebutkan ketika ditanya Mama-nya kerja apa.

Terus reaksinya gimana?


Yuk kita mulai bloggingnya

Generasi Opa-Oma

Kalau cerita ke generasi orde lama dan orde baru, misalnya orang tua dan om tante saya, ya kata “blogger” ini masih sangat asing. Jadi, kalau ditanya sama temannya Mama atau sama orang tua teman saya, awalnya saya bilang “jurnalis tapi punya website sendiri.” Lalu ketika saya tunjukin blog saya, mereka biasanya komentar “oh, penulis ya.”

Jadi Blogger adalah Penulis.

Yang jadi masalah adalah ketika mereka bertanya lebih lanjut, “terus kamu dapat uangnya dari mana?” Soalnya para oma-opa ini kurang paham soal endorsement, paid promote dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya bilang kalau ada brand yang kerjasama, kita dapat uang untuk menuliskan tentang produk mereka. Ya, kurang lebih sama seperti iklan.

Generasi Saya

Yang ini lebih mudah karena tidak perlu menjelaskan arti blogger dan diskusinya bisa lebih seru. Reaksi pertama biasanya bertanya, apa isi blognya. Lalu berujung minta alamat blog-nya karena penasaran dengan tulisannya, atau penasaran dengan Dudu. Lumayan dong, jadi nambah traffic. Yang lebih penasaran akan bertanya awal mula bikin blog, susah atau nggak, lalu berujung konsultasi tentang blogging.

Perjalanan setiap orang untuk jadi blogger itu berbeda. Ada yang menggunakannya untuk buku harian, seperti saya pada awalnya, dan ada yang memang ingin mendapatkan penghasilan. Tapi, satu yang pasti, blogging membutuhkan komitmen. Saya baru benar-benar menggunakan title “Blogger” ini setelah blog saya berjalan beberapa tahun. Dan tidak ada yang instan, kalau mau bangun audience dan dapat penghasilan. Ini yang perlu diingat ketika hendak memulai sebuah blog.

Kalau jadi blogger bisa kumpul-kumpul dan ketemu banyak teman baru

Generasi Dudu

Karena Dudu sudah tahu saya ini penulis, dan sebagai generasi yang lahir tahun 2000an, tentunya sudah familiar dengan kata “blog,” maka tidak sulit menjelaskan ke orang-orang seumurannya tentang blogging. Berbanding terbalik dengan generasi opa-oma yang merasa bahwa blogging ini super advanced technology, buat para anak ABG ini, blogging itu ketinggalan jaman.

Sekarang jamannya short video, yang tentunya lebih cocok untuk attention span mereka yang singkat.

Jadi, bagaimana menjelaskan kepada mereka yang awam tentang profesi blogger? 

Selain menunjukan wujud nyata si blog kepada mereka yang bertanya, saya biasanya cenderung menjelaskan apa yang saya lakukan dan biarkan mereka membuat definisinya sendiri. Blogger bisa jadi penulis untuk para opa-oma, atau citizen journalist buat teman-teman saya, ataupun journal online buat anak-anak remaja masa kini.

Kenapa blogging? Kenapa bukan vlog atau podcast?


Jawabannya ya karena saya adalah seorang penulis, jadi menuangkan sesuatu pasti dalam bentuk tulisan. Lebih bisa merangkai kata daripada mengucapkannya.

Menulis blog juga bisa jadi terapi murah dan mudah yang bisa dilakukan kapan saja oleh siapa saja. Soalnya blog ini mirip sama jurnal, bisa jadi tempat mencurahkan isi hati dan mengenal diri sendiri. Ada banyak journal prompts di luar sana yang bisa digunakan sebagai ide menulis, yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan mental health kita misalnya self-healing journal, forgiveness journal atau gratitude journal. Yang tematik seperti ini juga bisa dikelompokkan menjadi satu blog bertema.

Bagaimana dengan blog yang menghasilkan uang? Kalau isinya curhat ya tidak bisa dimonetisasi dong. Well, karena tujuan saya blogging ini curhat, alias berbagi cerita saya dan Dudu, saya tidak begitu ambil pusing dengan pendapatan sebagai blogger. Tapi bukan berarti saya tidak menjaga image blog agar konsisten dan selalu ter-update. Niche blog-nya jelas: parenting. Lalu idealnya sih, bisa update sekali sebulan.

Ada yang tertarik mencoba jadi blogger juga?

24 October 2022

Menjawab Pertanyaan Anak Tentang Pinjol dan Cara Menghadapinya

Ketika sedang nonton episode terbaru Spy x Family sama Dudu hari Minggu kemarin, saya ditelepon sama seorang ibu yang mengaku dari pinjol bernama Akukaya. Ibu yang tidak sempat saya tangkap namanya ini menanyakan keberadaan seorang teman yang katanya mencantumkan nama saya sebagai kontak darurat. Nada suara si ibu yang khas dari daerah tertentu ini bikin percakapan jadi lebih menarik. Haha.

Biar nggak serius-serius amat, fotonya pake foto Dudu lagi angkat telepon

Yang unik, si ibu penagih pinjol ini pakai memperkenalkan diri terlebih dahulu. “Saya ibu xx dari Akukaya, Ibu kenalkah dengan yang bernama AABB?”

Setelah beberapa kali konfirmasi, barulah saya sadar kalau nama AABB ini terlalu umum, dan saya punya teman lebih dari 3 dengan nama yang persis sama seperti itu. Ketika si ibu pinjol menyebutkan alamatnya, saya tidak tahu teman-teman saya ini tinggal di mana. Bahkan ketika si ibu pinjol ini menyebutkan “Orangnya ini memakai hijab, Ibu?” Saya juga belum bisa memutuskan, yang mana yang dimaksud si ibu.

Hanya saja, siapapun yang dimaksud, saya sudah bertahun-tahun tidak bertemu mereka semua dan dulu sih semuanya tidak pakai hijab ya haha.
“Teman ibu ini mencantumkan nomor ibu ini sebagai kontak darurat. Dia meminjam uang lalu tidak membayar.”

“Ya terus?”

“Kita akan telepon Ibu untuk menyuruh teman Ibu untuk membayar hutangnya.”

“Ya, saya tidak bisa bantu apa-apa sih, Bu. Saya tidak tahu yang mana yang dimaksud. Dan semuanya sudah tahunan tidak kontak dengan saya.”

“Oh begitu?”

“Nomornya tidak bisa di-blok saja?”

“Nomor ini tidak bisa di-blok, Ibu?”
Nada suara si ibu ini selalu berakhir naik. Kayak artis yang kemarin pernikahannya ribut-ribut karena tanpa restu dari pihak orang tua perempuan itu. Jadi menarik.
“Kalau gitu saya laporkan saja ya.”

“Silahkan dilaporkan, Ibu, tapi nanti teman-teman saya akan tetap menelepon Ibu sampai teman Ibu lunas sudah hutangnya.”

“Oh ya nggak apa-apa sih. Kalau saya mood, nanti saya jelaskan lagi. Kalau nggak ya saya tutup aja teleponnya dan blok lagi.”

“Nomor ini tidak bisa di-blok, Ibu.”

“Oh, maksud saya nomor teman-teman Ibu yang saya blok kalau mereka telepon.”

“Oh iya silahkan, ibu.”

Aneh percakapannya mendadak jadi sopan haha.

Sepertinya karena saya cuek, si Ibu juga bingung sendiri. Toh, maksud dia menelepon sudah tersampaikan, dan saya tidak bisa membantu juga. Terus gimana? Mau mengancam juga, ya saya pikir itu SOP-nya mereka. Kalau mengganggu tinggal saya blok dan report.

Bagaimana mengajarkan konsep pinjol kepada anak?

Daripada pertanyaan si Ibu tersebut, lebih susah pertanyaan si Dudu.

Dudu: Pinjol itu apa?
Mama: Pinjaman online, jadi bisa hutang tapi bukan dari bank gitu kalau butuh uang.
Dudu: Lalu kenapa Mama ditelepon?
Mama: Jadi ada teman Mama yang pinjam uang, lalu tidak bayar. Katanya nomor Mama dicantumkan jadi kotak darurat. Lalu ya ditelepon.
Dudu: Terus bagaimana?
Mama: Ya, Mama tidak tau siapa yang dimaksud, kalau pun tahu juga terus benefitnya apa buat Mama? Kan si Pinjol tidak kasih Mama incentive untuk ikut bantu kejar-kejar client mereka bayar hutang. Mereka bayar orang-orang itu untuk telepon teman-teman si peminjam.

Dudu mengangguk-angguk saja sih sampai sini. Nonton lagi, lalu tahu-tahu bertanya,

Dudu: Itu bukannya data breach?
Mama: Ya, mau gimana lagi, memang pinjol kan begitu business modelnya. They lent some money but got access to your contacts. Just in case kamu tidak bayar, ya mereka bisa meneror teman-teman dan bikin kamu malu.

Bagaimana menghadapi pinjol?

Lalu saya posting kejadian ini di Facebook dan mendapatkan beberapa insight dari teman-teman.

  1. Bisa gunakan apps truecaller dan sejenisnya buat mendeteksi telepon dari nomor yang tidak dikenal. Apalagi kalau kita sudah pakai nomor ini sejak lama atau menggunakan nomor ini untuk point of contact online shop kita, networking dan sejenisnya, di mana potensi tersebar lumayan luas.
  2. Jangan langsung percaya sama si pinjol. Biasanya mereka menghubungi semua nomor yang ada di kontak tersebut dan bilang kalau dipasang sebagai nomor darurat, nomor penjamin dan sebagainya. Padahal tidak juga, ini hanya cara mereka untuk membuat kasusnya terdengar urgent.
  3. Kalau mendapatkan pesan lewat WA (bukan telepon langsung), segera blok dan report.
  4. Kalau terlanjur diangkat gimana? Ya kalau tahu ini pinjol, segera matikan dan blok nomornya. Atau ya, seperti saya tadi, tetap tenang lalu jawab tidak tahu. Para penagih ini memang bekerja sebagai penagih hutang. Mereka karyawan. Saya bukan karyawan pinjol jadi ya buat apa saya terlibat? Kecuali kalau ketika si teman saya bayar hutangnya, saya dapat incentive juga gitu karena bantuin nagih.
  5. Jangan takut kalau dapat message/ telepon dari tagihan pinjol milik “teman”. Kita tidak bisa mengatur apa yang dilakukan si pinjol dan apa yang dilakukan si teman, tapi kita bisa mengatur apa yang kita mau lakukan. Tutup aja teleponnya. Beres.
So, what we can do adalah bagaimana kita menyikapi situasi ini. Si temen bakal tetap pinjam uang, si pinjol tetap harus menagih, tapi kita tidak harus menjawab atau meladeni telponnya.

16 October 2022

Bikin Podcast Gimana Caranya?

Beberapa waktu lalu, ketika Dudu membuka sesi tanya jawab di grup Single Moms Indonesia, ada yang menyarankan untuk membuat podcast. Ini bukan pertama kalinya ada yang melemparkan ide bikin podcast kepada saya dan Dudu. Tapi sampai sekarang, ide ini belum terlaksana.

Padahal katanya bikin podcast gampang.

Ada teman saya yang punya podcast hanya dengan monologue iseng yang direkam. Lalu ada juga yang merekam obrolan berdua sahabatnya lalu diupload. Tidak pakai studio, tidak pakai peralatan profesional. Hanya pakai hape. Tanpa di-edit. Jadi, ini saya yang overthinking atau terlalu perfeksionis?

Pernahnya jadi penyiar Radio

Ketika ada seseorang yang meminta saya jadi project manager buat podcast-nya, saya mencari insight yang lebih serius tentang bagaimana seharusnya kita memulai sebuah podcast. Selain teknis, seperti equipment, ada beberapa hal yang memang perlu diperhatikan.

Misalnya bertanya pada diri sendiri, apa tujuannya bikin podcast? 


Apa yang kita mau share? Ada tidak audiencenya? Menjawab pertanyaan ini cukup mudah buat saya dan Dudu. Sama seperti status Facebook yang sering saya tuliskan, atau isi blog ini, podcast kami bisa jadi obrolan seru ibu dan anak tentang isi dunia. Tujuannya tentu saja berbagi, sharing tentang perspektif ibu dan anak. Audience-nya juga sudah pasti ada, karena sudah ada demand-nya. Banyak yang penasaran dan ingin mendengarkan dari sudut pandang anak namun tidak berani bertanya sama anak sendiri.

Setelah yakin bahwa kita mau memulai podcast, waktunya memilih nama.


Kalau saya, sudah pasti pakai #DateWithDudu. Karena memang sudah menjadi brandingan sejak awal. Namun bagaimana caranya memilih nama podcast? Kalau kita adalah publik figure terkenal, nama kita bisa langsung digunakan karena selain sudah punya fans militan yang akan mendengarkan, nama kita juga sudah menarik general public buat klik. 

Bagaimana kalau kita nobody alias bukan siapa-siapa. Nama podcast sebaiknya dicari yang catchy dan bikin orang penasaran namun masih sesuai konsep yang kita tetapkan. Apa niche podcast-mu? Bisnis? Lifestyle? Komedi? Bentuknya apa? Interview atau monologue atau ngobrol bareng co-host. Dari kedua hal tersebut, nama podcast bisa ditemukan. Kalau saya tidak menggunakan nama #DateWithDudu misalnya, mungkin saya akan memberikan nama "Podcast Bareng Anak" atau "Perspective Anak" atau "Oh, Ternyata Begitu" yang merepresentasikan isi podcast saya.

Terus bisa mulai?

Sebenarnya bisa, jika bikin podcast-nya buat happy-happy tanpa beban. Tapi jika ingin membuat podcast jadi sesuatu yang serius dan dimonetisasi, memulai episode nol atau episode pilot ini berarti sudah siap konsisten update episode secara berkala.

Ada yang bilang podcast ini mirip sama blog.


Saya sendiri menemukan setidaknya dua kesamaan, hal-hal yang saya kerjakan di blog ternyata bisa diaplikasikan ketika merencanakan sebuah podcast. Sama seperti ketika mau memulai one day one post, ketika hendak bikin podcast ya saya menuliskan 10 episode pertama yang mau saya rekam. Topiknya apa, mau membahas apa dan kira-kira perlukah saya mengundang pembicara lain. Semacam content plan beserta timelinenya.

Begitu juga dengan marketingnya. Sharing podcast itu ya per-episode. Sama seperti meninggalkan link blog ketika blogwalking atau sharing postingan di komunitas, yang saya share ya yang relevan dengan audience-nya. Sepertinya podcast juga sama. Setiap episode bisa jadi kesan pertama pendengarnya, dan setiap episode bisa di-share secara mandiri ke komunitas berbeda.

Jadi, kendalanya apa buat saya (dan Dudu)?

Yang pertama sekarang adalah waktu. Podcast membutuhkan komitmen berdua untuk bertemu, ngobrol, briefing, latihan dan akhirnya rekaman. Belum lagi kalau ternyata perlu editing, misalnya ada kata-kata kasar, nama orang lain yang tidak sengaja kesebut. Jadi, dibandingkan dengan blog, podcast tentunya membutuhkan investasi waktu yang cukup besar.

To recap apakah Podcast ini medium yang tepat untuk #DateWithDudu? Tujuan sudah ada, nama juga sudah dapat, yang belum tinggal menyediakan waktu untuk planning dan eksekusinya. Jadi, kayaknya belum sekarang deh.