Hubungannya apa? Well, 2025 ini entah kenapa saya nggak update blog utama. Hanya update di blog traveling karena ikutan challenge. Itu pun, kejar-kejaran dengan deadline. Blog yang ini berdebu. Draftnya ada beberapa tapi tidak pernah ter-publish. Ketika hadir di kumpul-kumpul blogger di rumah Founder ISB, Teh Ani Berta, ternyata bukan saya saja yang punya masalah “hiatus” ini.
Menjawab apa yang terjadi, saya mencoba merefleksikan dengan kondisi saat ini. Tahun 2025, saya resmi pengangguran. Pekerjaan nggak stabil berarti harus cari yang secara freelance. Freelance ini menyita waktu dan tenaga. Harus pitching, melamar, negosiasi, tambal sulam sana sini. Otomatis kegiatan yang tidak menghasilkan uang langsung jadi prioritas kesekian. Termasuk blogging. Apalagi privilege sebagai blogger sudah banyak berkurang dari zaman kejayaannya dulu.
Singkatnya, kalau dulu saya punya pekerjaan tetap serta gaji bulanan, jadi bisa curi-curi waktu ngeblog di saat istirahat, sekarang saya nggak punya waktu istirahat. Semua waktu yang tidak digunakan untuk cari uang adalah terbuang percuma.
Wajar kalau dengan berkurangnya semua privilege dan antusiasme di masyarakat, motivasi ngeblog juga jadi hilang. Ketika kumpul-kumpul kemarin, ini salah satu yang jadi topik bahasan kami selain bagaimana cara masak ikan tanpa bawang merah, mau S2 bidang apa, daun kenikir itu bisa dimakan, menghadapi anak remaja, nostalgia kompasiana dan sejuta topik lainnya yang urgensinya agak sedikit di bawah. Hahaha.
Ada beberapa poin yang saya bawa pulang dari diskusi informal sambil ngemil bolu dan cendol keju di dalam kaleng biscuit itu.
Ingat Kembali Alasan Awal kita Ngeblog
“Saya ngeblog karena saya suka nulis.” Pernyataan tersebut menjadi tamparan buat yang blognya mandeg seperti saya. Kalau memang ngeblog musiman, karena sumber uangnya dari sana, ya mau gimana lagi kalo jadi demotivasi. Nah, kalau yang memang blognya nggak monetized seperti saya? Alasannya apa? Kalau menyukai sesuatu kan seharusnya punya waktu.Kalau alasan awalnya ngeblog karena uang gimana? Pamor blogger turun, nggak ada brand mau bayar post, terus diam saja, pasrah? Ya, nggak dong. Kita jemput bola, menjaga blog tetap aktif lalu bersama-sama membuktikan kalau kita ini masih eksis, masih relevan.
Fokus pada Niche yang Spesifik dan Sesuai Passion Sekarang. Cari Inspirasi Baru.
Misalnya kalau dulu kita fokus traveling solo karena masih single, sekarang kita fokus ke parenting karena sudah berkeluarga. Dulu kita ngomongin anak, sekarang anaknya sudah besar, kita kuliah lagi. Jadi, blognya banyak membahas edukasi dan dunia pendidikan. Hidup berjalan dan cerita kita berganti. Rasanya sulit menulis yang tidak sesuai dengan keadaan sekarang, jadi ya jangan takut mencari niche atau fokus ke topik baru.
Creating awareness & Interaction
Jangan berhenti branding. Satu pertanyaan yang dilontarkan Teh Ani membuat saya jadi merenung. “Bagaimana caranya agar brand di luar sana tahu bahwa blogger masih ada?” Salah satunya, yang muncul dari ajang diskusi, adalah dengan eksis lagi, konsisten ngeblog lagi dan memanfaatkan media sosial yang sekarang ada untuk sharing tentang blogging. Ngeblog next level ini bukan hanya tentang saya senang menulis. Tapi bagaimana kita membangun personal branding, meningkatkan awareness dan ketertarikan orang akan blog yang dimiliki.
Tentunya, tidak sendirian dong. Bergabung dengan komunitas blogger, komunitas menulis atau komunitas lainnya yang bergerak di bidang literasi untuk saling menyemangati dan membangun jaringan.
Pulang dari kumpul-kumpul, bukan cuma perut yang penuh karena kebanyakan ngemil, tapi hati dan pikiran juga penuh dengan ketemuan teman serta homework untuk membawa blogging ke level selanjutnya.
Who’s with me?