17 July 2015

Smart Parenting in Digital Era

Dibuka dengan sebuah pernyataan menarik: “Kadang orang tua berpikir bahwa anak yang sudah bisa menyalakan dan mematikan tablet berarti sudah bisa bertanggung jawab dalam memainkan gadgetnya. Padahal melepas anak main gadget itu seperti melepas anak menyebrang jalan.” 


Najelaa Shihab dari 24 Hour Parenting
Smart Parenting in Digital Era. Itu judul talkshow yang saya hadiri beberapa waktu lalu. Pembicaranya Najelaa Shihab dari 24 Hour ParentingAda beberapa poin yang saya anggap penting dari sharing-an Najelaa Shihab ini.

  • Berikan batasan. Saya bukan tipe yang khawatir dan saya percaya sama Dudu. Untuk orang tua yang membutuhkan, tab seperti Samsung Galaxy V3 yang diperkenalkan dalam acara talkshow ini memiliki beberapa fitur yang dapat digunakan orang tua untuk membatasi penggunaan gadget baik dari segi waktu maupun security. Bahkan layarnya bisa multi-screen jadi bisa digunakan bersama-sama dan mencegah kita jadi ansos (anti-sosial?) kalau kata anak jaman sekarang.
  • Memberikan pilihan namun konsisten menjalankannya. Bisa jadi ada perbedaan hak dan kewajiban antara si kakak dan si adik yang dapat memicu perselisihan. Misalnya, bisa saja si kakak protes kok waktu dia umur 3 tahun dia tidak boleh pegang iPad Papa, sementara si adik sekarang punya iPad sendiri. Atau mungkin si adik protes karena si kakak boleh main tablet lebih lama. Berikan saja pengertian namun jangan merubah peraturan hanya karena “protes” satu pihak.
  • What to expect. Ingat umur anak berapa dan antisipasi penggunaan gadgetnya. “Anak 2 dan 12 tahun tentunya memiliki kemampuan menggunakan gadget yang berbeda,” kata Najelaa. “ Anak 12 tahun misalnya, memiliki kemampuan manage diri yang rendah, jadi kalau gadgetnya sering hilang ya kita sudah harus menduganya. Jangan belikan yang mahal-mahal agar kita tidak histeris ketika barang tersebut lenyap atau rusak.”
Ini cara menjadi orang tua digital

Umur dan Gagdet

Menurut 
Najelaa, anak balita sebaiknya tidak memiliki gadget sendiri karena dalam banyak hal, anak-anak ini tidak mampu untuk mencerna sendiri apa yang dia lihat di gadgetnya. “Gadget yang jadi pengasuh bisa menyebabkan ketergantungan. Lagipula, anak di usia ini lebih membutuhkan sesuatu yang bersifat fisik dibandingkan dengan dunia digital.” Kalau pun memutuskan untuk memberikan anak gadget, jadikan gadget ini sarana kegiatan bersama antara orang tua dan anak.

Usia 6-12 tahun (nah usia si Andrew nih), adalah usia yang tepat untuk mulai menggunakan gadget dan belajar mendapatkan informasi yang tepat. Sesuai dengan agreement di social media, anak dibawah usia 13 tahun sebaiknya tidak puny
a akun. Jika punya pun, password dan penggunaannya harus dalam pengawasan orang tua.


Main tab butuh pendampingan
13 tahun ke atas, anak dapat menggunakan gadget secara efektif. Namun di sinilah peran “meniru kebiasaan orang tua” mulai muncul. Jika Anda jarang baca whatsapp ya jangan expect anak langsung membaca semua whatsapp kiriman Anda. Pada jenjang usia ini, orang tua juga sudah harus berhati-hati dengan pornografi dan peer pressure. Wah, di sekolah anak saya, usia 7-8 tahun juga sudah kena peer pressure tentang gadget.

Mengutip kata mastermind di balik produk Apple, Steve Jobs, dalam sebuah interview yang membawanya ke pernyataan: anak-anak Anda pasti sangat menyukai iPad. Jawaban Steve sedikit mengejutkan. "Mereka belum menggunakannya. Kami membatasi penggunaan gadget dan teknologi di rumah."


Penggunaan gadget untuk anak usia 6-12 tahun
Yang jelas, penggunaan gadget oleh anak dapat dilihat dari kebiasaan orang tuanya. Anak-anak kan memang paling bisa meniru orang tuanya. Saya sendiri merasa bahwa si Dudu ini persis benar deh sama saya when it comes to gadget and games. Memang saya bukan fans berat zombie dan tidak hobi “berubah” jadi zombie di tempat umum, tapi kalau yang namanya game tembak-tembakan atau detektif memecahkan misteri ya memang jelas menurun dari kesukaan saya. Yang jelas gadget bisa jadi investasi waktu dan hubungan dengan anak, seperti kita kalau sedang main Smurf Village atau Criminal Case berdua jadi lupa waktu. Jangan sampai gadget jadi alat/babysitter untuk membuat anak jadi sibuk karena orang tua sedang tidak mau diganggu.

Setuju?

16 July 2015

Staycation untuk Belajar Ujian

Di saat orang lain ngungsi ke hotel untuk liburan, saya malah mendatangi sebuah hotel untuk belajar. Bukan saya sih... si Dudu. Biasanya ngerjain PR juga di coffee shop atau sambil nyobain resto dan mall baru. Bahkan kita pernah ngerjain PR di Lollipop saking extremenya. So, this escape is one step further from our weekend ritual.

Jadi anak semata wayang saya itu mau ujian. Dan hasil mock test (test yg sebelum ujian sesungguhnya) itu jelek banget. Daripada ngga lulus, mendingan ditarik aja belajar serius. Di rumah sudah jelas ngga bisa. Yang ada dia main game terus. Belajarnya nanti-nanti terus. Jadi daripada ribet, mendingan saya angkut dia ke hotel sekalian menggunakan voucher yang sudah mau expired itu.


Kamar Hotel Harris Sentul
Kamar hotelnya ada meja untuk belajar
Sampai di hotel, check-in, langsung duduk belajar. Kebetulan dapat hotel yang temanya "ceria" dengan warna-warna orange menyala (haha ketahuan dong hotelnya apa). Yang ada dia beneran semangat. PR disikat sejam selesai. Tumben. Belajar spelling juga semangat sampai kelaparan dan kita buru-buru turun untuk breakfast.

Breakfast di hotel adalah salah satu kegiatan favorit Andrew karena dia paling suka membuat roti bakar. Kebetulan, di hotel ini breakfastnya enak dan banyak pilihannya. Agak surprise juga jadinya. Tapi hal ini ternyata membuat Andrew makin semangat. Setelah breakfast dia membereskan sisa PR lalu berenang. Ya karena PRnya sudah selesai, dan materi ujian besok sudah dipelajari, boleh lah dia berenang hahaha. Habis berenang dia main ke kids club.


Berenang di Hotel Harris Sentul
Semangat belajar dong, kan mau berenang
Dan ternyata, bukan hanya anak saya yang senang dengan perubahan suasana, saya juga semangat nulis blog lagi. Tiga entry jadi dalam waktu semalam, dan paginya bisa nulis sambil nungguin anak berenang.

Mama: Kok kamu senang banget sih Du?
Dudu: Soalnya Mama juga kelihatan bahagia. Ngga marah-marah terus.

UPS!

Sementara orang lain stay di rumah karena anak harus belajar ujian tengah semester, saya dan Dudu malah 'kabur' ke daerah pegunungan dan belajar di sana. Berhasil ngga metode ini? Apa mau dikata, nasib berbicara lain. Ternyata jaman sekarang jelek bagusnya nilai hanya menentukan rangking. Anak saya tetap naik kelas. Nilainya? Tetap agak pas-pasan sih, tapi adalah improvement dari mock testnya.

Seperti dikatakan Olga Jarrett, seorang professor di bidang pendidikan anak usia dini, Georgia State University di Scholastic.com, “anak yang memiliki kesulitan konsentrasi adalah anak-anak yang lebih membutuhkan reses. Banyak yang beranggapan dengan waktu belajar yang lebih panjang, anak akan lebih banyak mempelajari sesuatu. Padahal tidak selalu begitu.” Setiap ambil raport, saya selalu menghadapi guru yang mengadukan kalau Andrew sering bengong dan kesulitan konsentrasi mengikuti pelajaran sekolah. Tapi di rumah, ketika saya membebaskan dia bikin PR kapan saja asal selesai saat dia mau sekolah, PRnya jadi benar-benar selesai. Mungkin teori ini ada benarnya.

Ya meskipun berhasil juga ngga tiap ujian begini sih, bisa bangkrut nanti hahahaha.

14 July 2015

Andrew Bicara Jalan-Jalan

Setelah memutar otak mau menulis apa lagi untuk tantangan blogging 15 hari non-stop yang saya ikuti di salah satu grup FB, akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang anak yang menjadi awal mula adanya blog ini dan kisah #datewithdudu. Yup! Hari ini Andrew ulang tahun.


Sebagian pembaca blog ini mungkin sudah tahu kalau Andrew alias Dudu itu cerewet, berani komentar dan mudah akrab dengan orang. Zodiaknya sama dengan si Mama jadi kita berdua sama-sama sensitif dan drama. Kalau urusan jalan-jalan, dia senang yang outdoor (biasanya gunung atau pantai) dan menginap di hotel. Lalu apa lagi? Kita interview saja anaknya.


Apa yang paling seru dari liburan?
Aku bisa kemana-mana. Kita bisa jalan-jalan dan bersenang-senang bersama keluarga. Naik pesawatnya seru, naik kereta juga asyik. Tapi paling asyik naik pesawat karena bisa dapat makanan. Mungkin naik mobil paling asyik karena di pesawat tidak bisa makan mie instant

Loh siapa bilang?

Ada yang bisa ya, Ma? Pesawat apa? Yuk naik!

Tujuan liburan favorit kamu ke mana?
Singapore, karena ada Science Center yang isinya banyak hal mengenai science. Sepulang dari sana kita bisa membaca buku di perpusatakaan karena letaknya tidak terlalu jauh dari science center. Juga ada subway jadi kita bisa kemana-mana tanpa mobil. Singapore juga keren karena mempunyai Sentosa Island yang penuh dengan waha seru seperti yang mobil meluncur turun dari atas bukit, yang aku nabrak terus ketika mengemudikannya (Namanya Luge, Du) dan tembak-tembakan sambil naik kuda. Universal studio juga bagus karena bisa naik wahana Jurassic Park dan Madagascar.

Main pistol air di Waterworld
Negara yang ingin dikunjungi?
Inggris. London. Aku ingin pergi lagi ke sana. Aku ingin ke jam besar yang itu lagi. Big Ben. Aku ingin mendengarnya berbunyi.

Emang masih berbunyi, Du?
Kurasa masih. Dan kita belum ke Tower of London untuk melihat-lihat pedang ksatria. Selain itu aku mau pergi ke Amerika untuk bertemu keluargaku. Semoga di Amerika ada kolam renang yang bagus.


Selamat datang di Guci
Kalau di Indonesia, senang ke mana?
Di Indonesia aku senang ke Guci karena ada pemandian air panas. Apalagi bisa naik gunung. Udaranya dingin jadi aku suka. Selain Guci aku senang ke Semarang karena bertemu dengan keluargaku juga. Aku juga suka makan nasi ayam. Satu lagi tempat yang aku ingin kunjungi di Indonesia adalah Pekalongan karena hotelnya punya kolam renang seperti waterbom. 

Ini Dupan, waterpark yang ada di Pekalongan
Maksudnya Dupan ya Du? Kayaknya itu bukan kolam renang hotel tapi waterpark yang ada di samping hotel deh. Ngomong-ngomong Hotel, hotel seperti apa yang kamu suka?
Hotel Guci. Hotelnya bentuk perumahan seperti tinggal di villa di gunung. Juga ngga ada AC tapi ngga panas. Bisa ke atas gunung jadi senang hati. Kalau tidak ada gunung, hotel yang ada kids clubnya. Kids club itu penting karena aku bisa main sepuasnya. Kolam renang saja tidak cukup, aku mau ke kids club juga.


Kecil-kecil sudah geret koper sendiri
Jadi, kalau anak-anak mau jalan-jalan, mereka harus siapkan apa saja?
Barang-barang yang mereka perlu, mainan, buku, bekal, air. Siapkan peta juga. Jangan lupa kasih tahu Mama-nya kamu ingin ke mana (di tempat tujuan). Jika ternyata nggak bisa ya jangan ngambek. Kalau mau naik pesawat, agar tidak takut, anak-anak harus mengalihkan perhatian mereka pada mainan atau buku yang mereka bawa. Kalau ke Singapore, anak-anak harus berjalan secara normal, jangan terlalu aktif agar tidak capek karena di Singapore kan jalan kaki terus.

Happy birthday Dudu! Let’s go on another adventure soon.

12 July 2015

Parc Sovereign Hotel - Tyrwhitt, Singapore

Tiga alasan saya menginap di Parc Sovereign Hotel - Tyrwhitt Singapore: lokasi, staff yang ramah dan harga murah yang kebetulan muncul di search engine saya. Hotel yang namanya agak susah diucapkan ini masih termasuk hotel baru. Ketika saya menginap belum semua fasilitasnya available untuk tamu sehingga saya hanya kena harga room only. 





Tapi lokasinya, sekitar 2-3 blok dari MRT Lavender, adalah salah satu lokasi favorit saya. Selain karena tidak ganti warna dari Changi Airport, Lavender juga masih termasuk di tengah kota (atau tengah negara?). Masalahnya karena hotel baru dan dengan nama yang cukup unik, maka banyak yang belum tahu tentang hotel ini termasuk supir taksi dan orang lokal yang terkadang kesulitan dengan pengucapannya.

Bicara tentang staff sebagai alasan ke-2, resepsionisnya ramah dan sangat helpful. Melihat saya datang dengan anak dan koper, mereka tidak membiarkan saya menunggu. Bahkan saya dibolehkan check-in langsung, meskipun tadinya hanya mau titip koper sambil cari makan siang karena baru boleh check-in jam 1an. Si resepsionis goes the extra mile dan mencarikan kamar yang sudah siap dan saya bisa langsung unpacking. Yeay!

Untuk menuju kamar, kita harus menggunakan beberapa kali kartu. Ketika keluar lift, untuk masuk ke bagian yang ada kamarnya, kita harus menggunakan kartu untuk membuka pintu ke lorong. Agak merepotkan memang, terutama karena ruangannya tidak terlalu luas. Namun mengingat setiap lantai langsung terhubung dengan gedung parkir, saya pikir extra pintu ini penting juga untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Tempat tidur double bed yang hanya terpisahkan pembatas

Airnya bisa diminum lho, ada keterangannya
Kamarnya kecil. Kalau untuk keluarga dengan 2 anak, sejujurnya tidak begitu nyaman. Kamar mandi-nya juga pas-pasan dan washtafel ada di luar. Saya dan Andrew hanya berdua jadi kita nyaman tinggal di sini. Toh, setiap kali menginap di Singapore kita selalu pergi pagi pulang malam, jarang spend waktu lama di hotel. Kamar dengan 2 tempat tidur bukan beda bed, namun 1 bed yang dipisahkan oleh pembatas yang berbentuk seperti lengan sofa. Kalau membawa bayi atau batita sebaiknya memilih yang 1 tempat tidur.

Makan? Ada beberapa food court di sekitar hotel dan satu yang dekat Jalan Besar Stadium, dan sebagian buka sejak pagi. Ada minimarket di belakang hotel. Kalau mau berjalan-jalan seputar Lavender, ada beberapa coffee shop, pastry place, bakery dan toko makanan. Favorit saya Chye Seng Hwat Hardware yang persis ada di seberang hotel yang selalu penuh saat weekend brunch.

Sarapan pagi bisa di coffee shop dekat hotel
Transport? Selain MRT Lavender, ada bus stop di belakang hotel, seberang mini-market. Bus ini bisa ke Orchard, bisa juga sampai Ang Mo Kio untuk ke Singapore Zoo. Bisa sampai ke Marina Bay Sands juga. Lavender ini cukup strategis. Hanya saja, kalau ke Little India (siapa tahu mau ke Mustofa), lebih baik naik taksi karena tidak ada bis dan MRT yang langsung ke sana.

Pemandangan sekeliling, ini begitu naik bus langsung foto-foto
Favorit Andrew? Aku suka lobby-nya. Lobbynya bagus. Kamarnya juga bagus. Untung kecil karena aku sempat kehilangan sarung tangan. Coba kalau kamarnya besar, Ma. Pasti sarung tangan aku itu tidak akan berhasil ditemukan. (Lah, kamu tidur di situ enak ngga, Du?) Oh, maksudnya itu. Nyenyak tidurnya. Meskipun agak sempit sih.

Next time harus booking yang 1 tempat tidur saja jadi tidak ada pembatasnya. Dan tentu saja mencoba rooftop poolnya. Maklum, kalau ke Singapore kan kita pergi sebelum breakfast dan pulang sebelum dinner, jadi fasilitas hotel selain kamar dan lift tidak seberapa pengaruh/digunakan. Terkadang hotel murah di Singapura memang muncul di saat tidak terduga. 
Haha. 

Sebelum pergi bertualang, kita foto dulu
Check in at:
Parc Sovereign Hotel - Tyrwhitt
165 Tyrwhitt Road, Singapore 207569
+65 6340 1188
http://www.parcsovereign.com/parc-sovereign-tyrwhitt


Dudu's Star Rating: 3 stars

09 July 2015

Mengenali Eksploitasi Anak

Jadi model itu bukan karena bakat dan bukan karena suka difoto. Model anak juga tidak melulu jadi korban eksploitasi orang tua. Modelling itu kerja, cari teman, sambil belajar menempatkan dan membawa diri dengan benar.

Mejeng di depan foto sendiri
Melanjutkan postingan tentang jadi model cilik kemarin. Jadi model (menurut saya) bukan prestasi yang menghebohkan banget. Karena awalnya Andrew jadi model juga tidak sengaja. Ketika Andrew sedang padat-padatnya casting dan shooting, sempat ada diskusi begini waktu jaman Baim cilik masih terkenal. Dudu waktu itu baru sekitar 5-6 tahun...

Mama: Dudu main sinetron ya tuh kayak Baim. Kan kamu sering dibilang mirip Baim.
Dudu: Tapi aku bukan Baim. Aku Dudu!
Mama: Iya, main sinetron tuh. Uangnya banyak.
Dudu: Baim sekolah tidak, Ma?
Mama: Entah ya. Ngga kali. Kan dia dari pagi sampai pagi lagi main sinetron. Kalau sekolah juga asal.
Dudu: Tidak mau, nanti aku bodoh.

Kasus Baim sering disebut eksploitasi. Definisi eksploitasi juga perlu dipertanyakan. Saya sering kena tuduh eksploitasi anak hanya karena Andrew sering casting dan fashion show. Padahal dia hanya mengisi waktu luang dan bukannya mencari uang. Ada beberapa pertanyaan yang saya gunakan untuk melihat apakah Andrew "tereksploitasi":

  1. Apakah anaknya enjoy? Kalau masih terlalu kecil, mungkin memang orang tua yang memutuskan, tapi kalau sudah bisa berpendapat, ada baiknya anak diajak diskusi soal banyaknya “job” yang akan diambil.
  2. Apakah anak tetap bisa bermain, belajar dan melakukan hal yang dia suka? Syukur-syukur hal yang disuka itu foto atau shooting. Bermain dan belajar adalah dua hal yang menjadi hak anak dan kewajiban orang tua untuk memberikannya. Kalau sampai shooting, foto atau apapun yang dia kerjakan membuat dia tidak bisa bermain dan bersekolah dengan benar, hati-hati, mungkin Anda sedang mengeksploitasi anak.
  3. Apakah anak bisa memilih? Memilih job yang dia mau (misal antara sinetron atau fashion show) atau memilih apakah dia mau ikutan casting, mau difoto dan lain sebagainya. Kalau orang tua semua yang memutuskan dan anak tinggal menjalankan kok kurang adil rasanya.
  4. Apa tujuannya? Andrew jadi model karena kesempatan itu ada, bukan karena mau jadi artis. Kalau tujuannya supaya anaknya terkenal (atau ibunya mau terkenal juga), ya sebaiknya sih pikir-pikir lagi. At least, pastikan bahwa tujuan Anda sama dengan tujuan anak Anda memasuki dunia entertainment ini. 
  5. Siapa yang cari uang? Ini pertanyaan mutlak buat saya. Selama saya tidak menggantungkan hidup saya pada pendapatan Andrew, itu bukan eksploitasi. Saya masih pencari nafkah utama dalam keluarga dan Andrew dapat uang hanya untuk tabungan atau digunakan beli mainan.
    Andrew saat shooting iklan Morinaga. Sudah standby dari subuh baru take jam 10an
    Antara kerja dan main.
Sekarang Dudu sudah mau 9 tahun dan percakapannya jadi begini...

Mama: Du, kamu main sinetron sana. Mama jadi manager aja.
Dudu: Manager itu apa, Ma?
Mama: Kamu cari uang, Mama yang belanja pakai uang kamu. Kan enak kamu juga ngga usah sekolah.
Dudu: Mama ini enak saja. Yang seharusnya bekerja kan orang tua. Anak tinggal minta uang untuk beli game dan pistol-pistolan.
Mama: Jadi kamu tidak mau cari uang?
Dudu: Tidak. Nanti aku rugi. Aku mau sekolah lalu bersantai-santai. Semuanya Mama yang bayar.

Ih, anak jaman sekarang ya.


Andrew tahu bahwa foto, fashion show dan shooting itu kerja. Professional itu berarti melakukan yang terbaik semampu kita karena kita akan dibayar. Masalahnya, Andrew jadi merasa kerja itu gampang. Tinggal senyum sedikit, uang langsung datang. Tidak seperti saya yang kerja kantoran dari pagi hingga malam. 

Dari semua kegiatan, Dudu paling suka fashion show.
Soalnya bisa tampil di atas panggung
Tapi bukan berarti tidak ada gunanya lho ikutan modelling dan berusaha jadi artis. Karena Dudu anak tunggal, berada di tempat casting dan tempat audisi mengajarkan dia toleransi. Terutama jaman dia masi 2-3 tahun sebelum masuk TK. Dia jadi punya teman dan bisa bergaul. Dia tahu bagaimana menghadapi orang dewasa. Selain itu, dia belajar menghargai waktu dan kesempatan berbicara orang lain. Sebagai anak aktif yang saya curiga (tapi belum terbukti) dia ada bakat ADHD, kegiatan ini membantu dia belajar mendengarkan, jadi lebih tenang dan mengikuti instruksi dengan benar. Kita bahkan dapat teman yang akrab sampai sekarang. Bonus yang lebih berharga daripada uang yang masuk ke rekening.

08 July 2015

Mimpi Jadi Artis Cilik

Siapa sih yang tidak mau anaknya terkenal, menghiasi sampul majalah ternama atau bahkan main sinetron. Nope, tidak ada yang salah dengan impian itu. 

Panggung pertama Andrew
waktu jadi finalis pemilihan cover majalah
Banyaknya ajang modelling yang menjanjikan “kesempatan berkarir di dunia entertainment” membuat orang tua tergerak mendaftarkan anaknya ke salah satu audisinya. "Karir" anak saya, Andrew alias Dudu, juga kurang lebih dimulai dari acara pencarian model cover majalah Parenting Indonesia. Kebetulan lolos jadi finalis dan kebetulan anaknya pede buat difoto. Jadilah Andrew seorang model pada usia 2 tahun. Sekarang, 7 tahun kemudian, anak saya masih diajak foto dan fashion show walaupun sudah tidak sesibuk ketika dia umur 4-6 tahun yang bisa ada job atau casting setiap minggu.

Andrew bersama model cilik lain
ketika fashion show untuk brand baju Pumpkin Patch
Anak saya berbakat jadi model? TIDAK! Anak saya kebetulan ganteng (kata orang), kebetulan bule (kata orang juga, tapi memang campuran sih) dan fotogenik (kata beberapa fotografer dan fashion stylist yang kebetulan pernah kerja sama). Makanya lolos sampai final beberapa lomba model. Buat saya, anak saya ya biasa-biasa saja. Anak saya suka difoto? Tidak juga. Yang ini suka karena biasa. Karena sering difoto sejak kecil, anak-anak jadi bisa berteman dengan kamera. Apalagi setelah kenal selfie dan tongsis, biasanya usia playgroup juga sudah bisa selfie pakai gadget Mama. 

Yang ada, orang tua tinggal mengarahkan bakat dan minat anak. Kalau memang anaknya senang bergaya dan suka (biasa) difoto, ya kenapa tidak diikutkan ajang cari model cover majalah atau lomba fotogenik. Siapa tahu bisa membawa pulang hadiah dan piala.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan kalau mengikutkan anak casting/audisi:
  1. Pastikan penyelenggaranya jelas. Majalah ternama atau EO yang sudah bolak balik bikin acara. Ada alamat dan ada wujud kantornya. Acaranya benar diselenggarakan dan hadiah (jika menang) biasanya diserahkan langsung saat pengumuman.
  2. Tidak minta bayaran di depan, baik dari pihak PH, agency dan lainnya. Biasanya bayaran agency dipotong dari fee yang diterima setelah syuting selesai. Kadang ada lomba/audisi yang memungut biaya pendaftaran, tapi hadiahnya juga biasanya sesuai dengan jumlah yang kita keluarkan. Biaya pendaftaran juga tidak sampai jutaan. Rp150,000 juga sudah termasuk mahal buat saya. Kalau biaya masuk management beda lagi urusannya ya. 
  3. Juri/penilai yang kompeten. Kalau ikut lomba/audisi yang offline di panggung biasanya yang menilai itu jelas siapa namanya, jabatannya apa dan kualifikasinya apa. Kadang malah ada yang jurinya artis. Meskipun tidak menjadi acuan bahwa lomba/audisi ini pasti adil, setidaknya acaranya tidak menipu. 
Kalau dari 3 hal ini saja sudah tidak jelas dan meragukan, mendingan cari ajang/casting lain deh.
Piala pertama si Andrew
Percakapan ini terjadi ketika Dudu berusia 6 tahun, karena saya penasaran.

Mama: Apa enaknya foto dan fashion show sih, Du.
Dudu: Dapat uang. Bisa beli mainan sendiri. Tapi uangnya kan selalu disita Mama.
Mama: Terus?
Dudu: Terkenal. Banyak yang potret-potret aku terus bilang aku ganteng. Emang aku ganteng ya Ma?
Mama: Buat Mama biasa aja. Kadang cakep kadang jelek.
Dudu: Mama ini bagaimana sih, anak sendiri kok dibilang jelek.

Saking lebih terkenal anak saya, banyak yang kenal saya hanya sebagai “Mama Dudu”. Memang nasib jadi orang tua jaman sekarang. Hahaha.


Emangnya ini bukan eksploitasi anak? Well, ini jawaban saya tentang eksploitasi.

07 July 2015

Berkenalan dengan Binatang di Mini Jungle Bazaar

Nama binatang ini Sugar Glider. Binatang nocturnal asli Indonesia yang berasal dari Papua, walaupun namanya pakai bahasa Inggris. 

Sugar Glider ini termasuk exotic pets
Dudu kira ini musang, lalu dikira sigung padahal bukan. Binatang ini bisa dipelihara karena bisa mengenali majikannya dan pemilik Sugar Glider ini punya komunitas tersendiri di Indonesia. Selain Sugar Glider, kemarin kita bertemu banyak binatang lainnya di Jungle Fever Bazaar yang ada di Pantai Indah Kapuk.



Sebenarnya karena kita kelaparan setelah main Waterbom hari Sabtu pertama bulan Juli kemarin, terpancing oleh keramaian di seberang Marketing Gallery PIK dan berharap menemukan makanan. Yang ada kita malah bertemu ular, kelinci, burung dan kura-kura. Semuanya ada di mini zoo yang terletak di samping tenda utama. Para pengunjung, terutama anak-anak, sangat antusias bertemu dengan binatang-binatang yang mungkin hanya bisa mereka lihat di buku atau paling dekat juga dari balik kandang di kebun binatang. Sekarang bisa dipegang.

Having fun with friends!
Melihat seorang petugas hendak memberi makan kelinci, Andrew segera menghampiri dan meminta bagiannya. Sebentar kemudian dia sudah semangat karena para kelinci yang sejak tadi bersembunyi di dalam rumah, mau keluar untuk makan. Favorit saya ya si kelinci putih ini. Mendekati kandang ular, Andrew dengan entengnya penasaran lalu membuka salah satu kotak plastiknya. Waduh... bisa geger nanti kalau beneran lepas.

Mama: Du, kita pelihara ini saja ya, lucu.
Dudu: Tidak mau.
Mama: Kan enak, bisa dilepas di rumah untuk berburu tikus
Dudu: Mama, ini ular lho...

Dan saya shio-nya tikus haha. Tapi suka sama ular albino kuning putih yang matanya merah itu. Lucu. Andrew langsung kabur dan mencari binatang yang benar-benar lucu. Ketika itulah kita bertemu si Sugar Glider ini. Ternyata buat Dudu, binatang yang lucu itu yang punya fur (alias bulu kayak anjing dan kucing). 

Kelinci putih yang dikasi makan sama Dudu
Beranjak dari mini zoo, masuk ke dalam tenda, barulah kita menemukan makanan. Sementara di panggung depan mulai berlangsung fashion show anjing, kita berburu makanan bazaar. Sejak mampir di Shophoria Grand Indonesia waktu itu, makanan bazaar jadi wajib dicoba.

Mama: Sebentar beli ini dulu.
Dudu: Mama beli kue poop ini lagi?

Hasil berburu makanan bazaar hari ini
Dari kue Pooki Bbang ini kita mampir di booth susu pasteurized yang hadir dalam berbagai rasa seperti Red Velvet, Strawberry Cheesecake dan Vanila Cream. Disajikan dalam botol kaca, minuman bernama Harvest Moo ini ternyata jadi favorit Andrew. Buat saya agak terlalu manis, maklum, habis menyelesaikan Americano dari cafe di Waterbom. Si penjaga booth lantas ngobrol dengan Andrew. Ujung-ujungnya, kita dapat info kalau mereka punya cafe lengkap dengan wi-fi di Summarecon Digital Center di Gading Serpong. Kalau pas weekend tidak ada tujuan oke juga tuh.



Yang terakhir kita dapatkan adalah Potato Ball alias Kroket. Tapi berbeda dengan kroket kebanyakan yang sebesar kepalan tangan, Potato Ball lebih kecil dan lebih simpel. Isinya tidak sepadat kroket. Bisa diisi keju, sosis atau keduanya. Lalu bisa juga ditambahkan saus mayo, keju, Barbeque atau Chilli. Namanya juga Andrew... dia memilih yang tidak pakai saus.


Boothnya Potato Ball banyak hiasan lucu
Bazaar di PIK sedikit berbeda dengan beberapa bazaar di pusat kota yang pernah kita datangi. Selain konsep dan lokasinya yang jelas ada di luar mall, sehingga dapat mengakomodasi teman-teman berkaki 4, tenant makanannya juga berbeda. Enak mana? Ya masih tergantung selera. Ada lebih banyak makanan, camilan dan minuman sehat yang sebenarnya tempting untuk dicoba.

Sambil menurunkan makanan sambil memutari bazaar baju dan beauty yang ada di marketing gallery. Tapi memang dasar bukan orang shopping, kita hanya berputar sekali lalu kembali lagi ke mini zoo.

Bikin mau adopsi deh.

Tips Road Trip Dengan Balita

Beberapa waktu lalu, timeline Twitter saya memberikan pertanyaan mengelitik: “Bagaimana caranya pergi road trip sama anak kecil?” Well, mendadak saya jadi nostalgia.

Ketika masih di Amerika dulu, saya gila road trip. Tiap libur sedikit, langsung masuk mobil dan jalan. Ketika saya punya anak, saya mengatur jadwal supaya hari Jumat dan Senin tidak ada kelas, jadi saya bias kabur ke negara bagian terdekat. Untungnya karena saya kuliah di Missouri yang notabene di tengah-tengah banget, perjalanan kemana-mana jadi dekat.

Hallo, sudah sampai mana?
Kembali ke pertanyaan tadi, bagaiman acaranya road trip sama anak kecil?
Ini #7Something, rules saya untuk road trip bersama anak:

1. Something Planned
Merencanakan itu sudah pasti. Kalau anak belum cukup besar hindari pergi ala backpacker yang kesemuanya baru ditentukan di perjalanan. Jika mau ke kota X, sebaiknya sudah merencanakan apakah kita mau ke taman bermain dulu, ke museum dulu atau check in hotel dulu. Jangan paksakan waktunya, kalau bisa ada sisa waktu sehari, jika road trip molor dan kita harus spend another night on the road, kita tidak stress dengan liburan yang sudah berakhir. Sesuaikan jumlah hari dengan jarak. Kalau hanya weekend ya kalo bisa tidak perlu jauh-jauh.
Horeeeee istirahat untuk udara segar!
2. Something Paused
Ketika merencanakan road trip bersama balita, satu hal yang selalu saya masukkan adalah rencana berhenti. Jangan ragu juga untuk berhenti. Misalnya dari Jakarta Ke Semarang, saya siapkan berhenti di Cirebon, Brebes/Tegal, Pekalongan/Comal baru kalau sanggup masuk ke Semarang. Kalau akhirnya tidak perlu berhenti kan berarti extra jam di rencana perjalanan kita. Siapkan juga kegiatan saat berhenti. Apa sambil makan siang, sambil restock snack atau sekeda rmenepi dan merenggangkan tubuh. Kadang bukan hanya si balita yang perlu berhenti, tapi kita yang duduk di kursi kemudi juga perlu menghilangkan jenuh.

Bawa mainan baru di mobil
Kalau sudah besar bawanya buku
3. Something New
Bawa mainan baru, buku baru, atau apapun yang bias menyita waktu si balita di mobil. Jangan segan untuk membeli ketika berhent iatau di tempat tujuan. Yang jelas, something new ini jangan untuk makanan. Meskipun seringkali saya juga tergoda untuk membiarkan Andrew mencicipi makanan setempat, saya jadi berpikir juga bagaimana kalau anak ini nanti diare di jalan? Kalau di Amerika mungkin makanan tidak seberapa bervariasi dan cenderung lebih bersih. Di Indonesia banyak makanan yang bumbunya termasuk tajam (untuk perut balita) padahal kita sih enak-enak saja makannya.

4. Something To Eat (on the go)
Siapkan camilan dan makanan untuk balita Anda yang bias dikonsumsi di jalan. Jadwal lapar anak biasanya berbeda dengan kita, ditambah lagi suasana baru dan makanan di jalan/tempat tujuan yang belum tentu cocok dengan selera dan kemampuan perut si anak. Jangan sampai tujuan wisata kuliner Anda terhambat hanya karena si kecil tidak doyan atau tidak bisa makan makanan setempat karena pedas misalnya. Beri dia makan duluan dan biarkan dia bermain sementara Anda sibuk mencoba makanan baru. Kalau anak sudah lulus ASI, boleh juga bawa susu, siapa tahu merk susunya tidak dijual di kota tujuan. 

Kalo saya yang penting bisa selfie hehe
5. Something for Mom
Meskipun pergi sama anak, jangan lupakan tujuan untuk diri sendiri. At least ada satu tempat yang bias jadi kesenangan bersama seperti factory outlet yang ada tempat bermain anaknya. Jika anaknya sudah besar, ajak diskusi juga, jadi dia juga bisa antisipasi bahwa ada beberapa tempat yang memang untuk si Mama dan dia bisa belajar toleransi dengan membiarkan Mamanya bersenang-senang juga.

6. Something Simple
Pergi itu jangan dibuat susah. Jangan buat target kebanyakan karena target road trip (buat saya) hanya: Mengatur waktu sendiri. Tidak ada pesawat yang harus dikejar, tidak ada booking-an restoran yang harus dipenuhi seperti kalau kita ikut tour… semuanya santai dan menikmati perjalanan.

Kolam renang di Guci ini salah satu tempat favorit kita untuk istirahat

7. Something Comfortable
Pergi sama balita itu capek. Jadi, jika budget memungkinkan, pilihlah hotel yang nyaman (dan aman) untuk Anda dan balita. Balita Anda juga capek lho. Jadi jika hotel Anda ada kolam renang atau fasilitas Kids Club, boleh juga dimanfaatkan untuk istirahat setengah hari sampai waktu check out. Jadi Anda juga tidak eneg-eneg amat sama mobil. Pakaikan si kecil baju yang nyaman selama di perjalanan. Bergaya untuk post di social media ditunda dulu hingga sampai hotel ya.

Jadi kangen road trip lagi deh.