Dibuka dengan sebuah pernyataan menarik: “Kadang orang tua berpikir bahwa anak yang sudah bisa menyalakan dan mematikan tablet berarti sudah bisa bertanggung jawab dalam memainkan gadgetnya. Padahal melepas anak main gadget itu seperti melepas anak menyebrang jalan.”
Smart Parenting in Digital Era. Itu judul talkshow yang saya hadiri beberapa waktu lalu. Pembicaranya Najelaa Shihab dari 24 Hour Parenting. Ada beberapa poin yang saya anggap penting dari sharing-an Najelaa Shihab ini.
Umur dan Gagdet
Menurut Najelaa, anak balita sebaiknya tidak memiliki gadget sendiri karena dalam banyak hal, anak-anak ini tidak mampu untuk mencerna sendiri apa yang dia lihat di gadgetnya. “Gadget yang jadi pengasuh bisa menyebabkan ketergantungan. Lagipula, anak di usia ini lebih membutuhkan sesuatu yang bersifat fisik dibandingkan dengan dunia digital.” Kalau pun memutuskan untuk memberikan anak gadget, jadikan gadget ini sarana kegiatan bersama antara orang tua dan anak.
Usia 6-12 tahun (nah usia si Andrew nih), adalah usia yang tepat untuk mulai menggunakan gadget dan belajar mendapatkan informasi yang tepat. Sesuai dengan agreement di social media, anak dibawah usia 13 tahun sebaiknya tidak punya akun. Jika punya pun, password dan penggunaannya harus dalam pengawasan orang tua.
13 tahun ke atas, anak dapat menggunakan gadget secara efektif. Namun di sinilah peran “meniru kebiasaan orang tua” mulai muncul. Jika Anda jarang baca whatsapp ya jangan expect anak langsung membaca semua whatsapp kiriman Anda. Pada jenjang usia ini, orang tua juga sudah harus berhati-hati dengan pornografi dan peer pressure. Wah, di sekolah anak saya, usia 7-8 tahun juga sudah kena peer pressure tentang gadget.
Mengutip kata mastermind di balik produk Apple, Steve Jobs, dalam sebuah interview yang membawanya ke pernyataan: anak-anak Anda pasti sangat menyukai iPad. Jawaban Steve sedikit mengejutkan. "Mereka belum menggunakannya. Kami membatasi penggunaan gadget dan teknologi di rumah."
Yang jelas, penggunaan gadget oleh anak dapat dilihat dari kebiasaan orang tuanya. Anak-anak kan memang paling bisa meniru orang tuanya. Saya sendiri merasa bahwa si Dudu ini persis benar deh sama saya when it comes to gadget and games. Memang saya bukan fans berat zombie dan tidak hobi “berubah” jadi zombie di tempat umum, tapi kalau yang namanya game tembak-tembakan atau detektif memecahkan misteri ya memang jelas menurun dari kesukaan saya. Yang jelas gadget bisa jadi investasi waktu dan hubungan dengan anak, seperti kita kalau sedang main Smurf Village atau Criminal Case berdua jadi lupa waktu. Jangan sampai gadget jadi alat/babysitter untuk membuat anak jadi sibuk karena orang tua sedang tidak mau diganggu.
Setuju?
Najelaa Shihab dari 24 Hour Parenting |
- Berikan batasan. Saya bukan tipe yang khawatir dan saya percaya sama Dudu. Untuk orang tua yang membutuhkan, tab seperti Samsung Galaxy V3 yang diperkenalkan dalam acara talkshow ini memiliki beberapa fitur yang dapat digunakan orang tua untuk membatasi penggunaan gadget baik dari segi waktu maupun security. Bahkan layarnya bisa multi-screen jadi bisa digunakan bersama-sama dan mencegah kita jadi ansos (anti-sosial?) kalau kata anak jaman sekarang.
- Memberikan pilihan namun konsisten menjalankannya. Bisa jadi ada perbedaan hak dan kewajiban antara si kakak dan si adik yang dapat memicu perselisihan. Misalnya, bisa saja si kakak protes kok waktu dia umur 3 tahun dia tidak boleh pegang iPad Papa, sementara si adik sekarang punya iPad sendiri. Atau mungkin si adik protes karena si kakak boleh main tablet lebih lama. Berikan saja pengertian namun jangan merubah peraturan hanya karena “protes” satu pihak.
- What to expect. Ingat umur anak berapa dan antisipasi penggunaan gadgetnya. “Anak 2 dan 12 tahun tentunya memiliki kemampuan menggunakan gadget yang berbeda,” kata Najelaa. “ Anak 12 tahun misalnya, memiliki kemampuan manage diri yang rendah, jadi kalau gadgetnya sering hilang ya kita sudah harus menduganya. Jangan belikan yang mahal-mahal agar kita tidak histeris ketika barang tersebut lenyap atau rusak.”
Ini cara menjadi orang tua digital |
Umur dan Gagdet
Menurut Najelaa, anak balita sebaiknya tidak memiliki gadget sendiri karena dalam banyak hal, anak-anak ini tidak mampu untuk mencerna sendiri apa yang dia lihat di gadgetnya. “Gadget yang jadi pengasuh bisa menyebabkan ketergantungan. Lagipula, anak di usia ini lebih membutuhkan sesuatu yang bersifat fisik dibandingkan dengan dunia digital.” Kalau pun memutuskan untuk memberikan anak gadget, jadikan gadget ini sarana kegiatan bersama antara orang tua dan anak.
Usia 6-12 tahun (nah usia si Andrew nih), adalah usia yang tepat untuk mulai menggunakan gadget dan belajar mendapatkan informasi yang tepat. Sesuai dengan agreement di social media, anak dibawah usia 13 tahun sebaiknya tidak punya akun. Jika punya pun, password dan penggunaannya harus dalam pengawasan orang tua.
Main tab butuh pendampingan |
Mengutip kata mastermind di balik produk Apple, Steve Jobs, dalam sebuah interview yang membawanya ke pernyataan: anak-anak Anda pasti sangat menyukai iPad. Jawaban Steve sedikit mengejutkan. "Mereka belum menggunakannya. Kami membatasi penggunaan gadget dan teknologi di rumah."
Penggunaan gadget untuk anak usia 6-12 tahun |
Setuju?
terimakasih informasinya, menyadarkan saya banget nih yang terlalu kendor membiarkan Alfi bermain gadget
ReplyDeleteHehe. saya juga sama Mba :)
Delete"...seperti melepas anak menyebrang jalan."
ReplyDeletemakasih sharingnya mbak. soal gadjet, ada bapaknya anak2 yg galak n ngebatasin main gadjet. tapi kalo emaknya suka nggak tegaan
Lumayan Mba, ada yang berani galak haha. Saya beneran ga tegaan :)
DeleteSteve job benar, anak anak mestinya blum boleh main gadget. Tapi gimana lagi ya di zaman gini, paling cuma bisa membatasi...
ReplyDeleteBenerrrr... soalnya kalau kita ngga kasi, dia main di rumah temen atau sepupu *pusing sendiri*
Delete