08 July 2015

Mimpi Jadi Artis Cilik

Siapa sih yang tidak mau anaknya terkenal, menghiasi sampul majalah ternama atau bahkan main sinetron. Nope, tidak ada yang salah dengan impian itu. 

Panggung pertama Andrew
waktu jadi finalis pemilihan cover majalah
Banyaknya ajang modelling yang menjanjikan “kesempatan berkarir di dunia entertainment” membuat orang tua tergerak mendaftarkan anaknya ke salah satu audisinya. "Karir" anak saya, Andrew alias Dudu, juga kurang lebih dimulai dari acara pencarian model cover majalah Parenting Indonesia. Kebetulan lolos jadi finalis dan kebetulan anaknya pede buat difoto. Jadilah Andrew seorang model pada usia 2 tahun. Sekarang, 7 tahun kemudian, anak saya masih diajak foto dan fashion show walaupun sudah tidak sesibuk ketika dia umur 4-6 tahun yang bisa ada job atau casting setiap minggu.

Andrew bersama model cilik lain
ketika fashion show untuk brand baju Pumpkin Patch
Anak saya berbakat jadi model? TIDAK! Anak saya kebetulan ganteng (kata orang), kebetulan bule (kata orang juga, tapi memang campuran sih) dan fotogenik (kata beberapa fotografer dan fashion stylist yang kebetulan pernah kerja sama). Makanya lolos sampai final beberapa lomba model. Buat saya, anak saya ya biasa-biasa saja. Anak saya suka difoto? Tidak juga. Yang ini suka karena biasa. Karena sering difoto sejak kecil, anak-anak jadi bisa berteman dengan kamera. Apalagi setelah kenal selfie dan tongsis, biasanya usia playgroup juga sudah bisa selfie pakai gadget Mama. 

Yang ada, orang tua tinggal mengarahkan bakat dan minat anak. Kalau memang anaknya senang bergaya dan suka (biasa) difoto, ya kenapa tidak diikutkan ajang cari model cover majalah atau lomba fotogenik. Siapa tahu bisa membawa pulang hadiah dan piala.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan kalau mengikutkan anak casting/audisi:
  1. Pastikan penyelenggaranya jelas. Majalah ternama atau EO yang sudah bolak balik bikin acara. Ada alamat dan ada wujud kantornya. Acaranya benar diselenggarakan dan hadiah (jika menang) biasanya diserahkan langsung saat pengumuman.
  2. Tidak minta bayaran di depan, baik dari pihak PH, agency dan lainnya. Biasanya bayaran agency dipotong dari fee yang diterima setelah syuting selesai. Kadang ada lomba/audisi yang memungut biaya pendaftaran, tapi hadiahnya juga biasanya sesuai dengan jumlah yang kita keluarkan. Biaya pendaftaran juga tidak sampai jutaan. Rp150,000 juga sudah termasuk mahal buat saya. Kalau biaya masuk management beda lagi urusannya ya. 
  3. Juri/penilai yang kompeten. Kalau ikut lomba/audisi yang offline di panggung biasanya yang menilai itu jelas siapa namanya, jabatannya apa dan kualifikasinya apa. Kadang malah ada yang jurinya artis. Meskipun tidak menjadi acuan bahwa lomba/audisi ini pasti adil, setidaknya acaranya tidak menipu. 
Kalau dari 3 hal ini saja sudah tidak jelas dan meragukan, mendingan cari ajang/casting lain deh.
Piala pertama si Andrew
Percakapan ini terjadi ketika Dudu berusia 6 tahun, karena saya penasaran.

Mama: Apa enaknya foto dan fashion show sih, Du.
Dudu: Dapat uang. Bisa beli mainan sendiri. Tapi uangnya kan selalu disita Mama.
Mama: Terus?
Dudu: Terkenal. Banyak yang potret-potret aku terus bilang aku ganteng. Emang aku ganteng ya Ma?
Mama: Buat Mama biasa aja. Kadang cakep kadang jelek.
Dudu: Mama ini bagaimana sih, anak sendiri kok dibilang jelek.

Saking lebih terkenal anak saya, banyak yang kenal saya hanya sebagai “Mama Dudu”. Memang nasib jadi orang tua jaman sekarang. Hahaha.


Emangnya ini bukan eksploitasi anak? Well, ini jawaban saya tentang eksploitasi.

12 comments:

  1. Wah Dudu... keren, kecil2 berprestasi. Aku sih melihat ini fine2 aja, yang penting anaknya enjoy njalaninnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Donna, Terima kasih Mba. Iya bener. Yang penting anaknya enjoy. :)

      Delete
  2. Tapi uangnya kan selalu disita Mama. => Saya ngakak yang bagian ini hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dia sering bilang gini... ke sodara-sodara juga. Hahahaha...

      Delete
  3. Andrew ganteng banget Yang penting selalu didampingi ya mbak kalau anak-anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mba, iya betul kalau anak-anak harus selalu didampingi. Saya dulu sering cuti kalo pas dia shooting.

      Delete
  4. Anaknya kiyut banget siy, Mba. Cocok deh, jadi model.
    Sukses terus ya.

    ReplyDelete
  5. Hahahaha, itu bagian penyitaan uang lucu banget ih.
    Btw, Dudu cakep ya. Anakku yang cowok yang katanya ada tampang-tampang bule nya *hahaha* malah sebaliknya, Mbak. Susah difoto. Ada beberapa yang nawarin jadi bintang iklan (sepatu, celana jins, susu, dll) dulu waktu masih kecil, dianya malah gak mau blasss. Yasud, aku gak mau maksa. Memang tergantung anaknya ya, Mbak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Wiwiek, Emang kalo anak cowok suka begitu. Kalo cewek genit dari sananya mungkin ya. Ini udh SD juga Dudu malas difoto (lebih suka main game). Malu sama teman-teman juga. Iya ya tergantung masing-masing anaknya.

      Delete
  6. Ih... dudunya ganteng banget. Gemes pengen cubit pipinya. Hebat, kecil kecil udah punya prestasi. Ngga malu-malu lagi. Semangat dudu ^__^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.