08 February 2022

Ketika Suka Menulis Saja Tidak Cukup untuk Menjadikannya Kebiasaan

Saya suka menulis!

Tapi blog kok berdebu? Buka laptop kok langsung blank dan malah nonton Youtube? Buka hape malah cek Instagram? Hm… Ada yang pernah ngalamin?

Kehabisan ide, writer’s block atau hilang mood biasanya jadi alasan klasik saya tidak kunjung menulis. Belum lagi kalo nge-blog pakai malas ngedit fotonya haha. Di dua kelas persiapan Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) yang saya ikuti minggu lalu, ada banyak tips dan trick yang bisa saya lakukan supaya bisa terus lancar menulis setiap hari. Penasaran?



Dari sesi Ibu Septi Peni Wulandari, Founder Ibu Professional yang berjudul “Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga dalam Berkarya,” saya menemukan beberapa tips.

Yang pertama, kita harus tau apa yang kita sukai. Saya suka menulis. Iya, menulis apa? Pendek, panjang, serius, fiksi, non-fiksi, blog? How to identify them? “Kuncinya adalah kebahagiaan,” begitu saran Ibu Septi. “Tulisan sebagus apapun, kalau tidak ada hatinya, tidak sampai ke pembacanya.” Ini bener banget, soalnya kalau tidak suka dengan apa yang kita tuliskan, bagaimana bisa ide muncul dan menulis bisa lancar?

Sudah suka dan bahagia pun banyak tantangannya. Misalnya ketika ikutan challenge setoran harian KLIP, di mana kita diwajibkan menulis setiap hari selama setahun. Hari-hari pertama, tentunya masih semangat. Banyak ide, banyak yang ingin ditulis dan semua langsung bisa dituangkan. Sebelum makan siang, sudah isi google form setoran dan bangga pada diri sendiri. Mendekati hari ke 10, ide sudah mulai habis dan menulis jadi tidak semangat. Mulai menunda menyelesaikan tulisan dan ujung-ujungnya tidak mengirimkan setoran. Ah, writer’s block.

Yang kedua adalah memberikan apresiasi untuk diri sendiri. Kalau menyukai sesuatu dan bahagia saja tidak cukup, apa yang bisa membantu kita melewati writer’s block di saat harus menulis sesuatu setiap hari sepanjang minimal 300 kata? Januari kemarin, saya berhasil menyetor lebih dari 20 tulisan di berbagai platform. Ceritanya sudah saya sharing di postingan ini. Saya menyadari, yang membuat saya semangat menulis adalah adanya apresiasi.

Ibu Septi juga menyebutkan pentingnya apresiasi, no matter how small it is. “Kemenangan-kemenangan kecil yang didapatkan segera dihargai. Misalnya mendapatkan badge good dari menyetor 10 tulisan, segera hargain misalnya dengan makan es krim,” saran Ibu Septi. Intinya sih, “kebahagiaan itu diciptakan, jangan ditunggu.” Sama seperti ketika setoran KLIP saya terpilih jadi pemenang di sebuah kontes Wattpad. Dapatnya badge dan mention di postingan si penyelenggara, tapi senangnya bukan main karena ada apresiasi.

Ini Badge-nya, akhirnya dipajang juga.

Lalu dari Sesi Teteh Shanty Dewi Arifin, Inisiator KLIP, yang berjudul “Mengenal Free Writing,” saya jadi paham bahwa menulis untuk setoran harian bukan cuma sekedar ‘saya suka menulis’.

“Saya suka loh nulis,” cerita Teh Shanty. “Tapi berat banget menyediakan waktu untuk menulis.” Dari pagi, kegeser siang, kegeser sore lalu jadi besok dan besoknya lagi. Kenapa susah mendapatkan waktu dan kenapa menulis masih menjadi beban. “Satu blogpost bisa 3-4 jam, dan tidak setiap hari punya waktu sebanyak itu,” kata Teh Shanty. “Atau kalau ada ide, bagaimana mau mengembangkannya?” Belum lagi kalau kita kepikiran ‘gimana kalo dibaca orang?’ atau takut tulisan kita tidak menarik.



Menyukai menulis bukan berarti tidak ada beban menyelesaikan sebuah tulisan. Makanya coba pakai teknik free writing. Siapkan waktu 15 menit sehari untuk menulis apa saja, tanpa memikirkan hal-hal yang menjadi beban seperti tersebut di atas. No stopping, no rules. “Mau lompat-lompat, nggak apa-apa. Mau macet, ya macetnya aja itu ditulis,” saran Teh Shanty. “Keluarkan saja dulu semua, karena tidak untuk dibaca orang lain.” Dari sini lalu temukan pola menulis kita. Apakah kita tipe yang senang menulis pagi atau malam? Menulis di laptop apa di hape?

So, next time ucapan ‘saya suka menulis’ tidak cukup mendorong saya untuk menulis setiap hari, kita bisa mengkondisikan suasana supaya moodnya kembali. Karena saya tahu ‘saya suka menulis di pagi hari menggunakan laptop.’ Apa yang ditulis? Ya, apa saja. Kan saya suka menulis. Lalu, jadikan menulis free writing di pagi hari dengan laptop sebagai kebiasaan. Gunakan alarm jika perlu, agar bisa benar-benar menulis selama 15 menit tanpa godaan cek email atau chat masuk, dan supaya tidak overwhelmed. Jangan sampai “kebablasan lalu jadi sejam dua jam, dan besok tidak menulis lagi,” kata Teh Shanty. Dari sini, kita juga jadi tahu selama 15 menit menulis ini, kita bisa mendapatkan berapa kata.

Jadi, di bulan ke-2 ikut challenge KLIP ini, saya sudah berhasil ikutan tanpa absen. Haha. Belom sepuluh hari kok, masih banyak godaan menanti di tengah dan ujung jalan. Tapi setidaknya, berhasil menulis sesuatu setiap hari adalah kebanggan tersendiri. Soalnya, saya jadi bisa membuktikan kalau saya suka menulis.

1 comment:

  1. Pembukaannya menarik banget Ruth. Suka deh. Mudah-mudahan kita bisa lebih semangat dan konsisten ya nulisnya tahun ini.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.