Film Doraemon: Nobita's Sky Utopia adalah salah satu tontonan long weekend saya dan Dudu. Film yang sebenarnya ingin disaksikan di bioskop ini malah jadi tontonan rumah di Netflix.
Salah satu ciri khas film Doraemon adalah adanya pelajaran hidup yang diambil, dengan cerita yang mudah dimengerti anak SD. Sekarang, nonton film Doraemon dengan Dudu yang sudah remaja, kesannya jadi sedikit berbeda.
gambar diambil dari Youtube |
Doraemon: Nobita's Sky Utopia
Durasi: 1 jam 47 menit
Mendengar dari Dekisugi tentang Sky Utopia, di mana semua orang bisa jadi sempurna dan baik hati, Nobita yang baru mendapat nilai nol, payah dalam olahraga dan selalu jadi korban kenakalan Giant, berharap bisa pindah ke sana. Impiannya agar jadi seorang anak sekolah yang sempurna.
Ketika akhirnya geng petualangan Nobita ini sampai di Sky Utopia dan tinggal di sana selama beberapa hari, Giant, Suneo dan Shizuka mulai berubah. Mereka mampu mengerjakan soal hitungan dengan lebih cepat dan tidak lagi kasar pada Nobita. Tetapi Nobita tetap saja payah. Pertengkarannya dengan Doraemon yang disebutnya robot payah, membuat Nobita menyadari bahwa ketidaksempurnaan bukanlah sesuatu yang buruk, jika kesempurnaan membuat kita kehilangan jati diri.
Filmnya bagus?
Menurut Dudu, meskipun message-nya keren, tapi filmnya sendiri kurang menarik. Soalnya penjahatnya langsung ketahuan dan tidak ada character development-nya. Hanya diberikan info sekilas bahwa sosok ini adalah si penjahat dan back story-nya dalam bentuk narasi singkat melalui monolog si penjahat sendiri.
Saya lebih mempermasalahkan ending yang gantung, karena sampai akhir, salesman penjual balon udara yang dibeli Doraemon secara cicilan itu tidak datang menagih hutangnya. Haha. Namun, ada beberapa momen kejutan di filmnya yang membuat ceritanya secara keseluruhan jadi menggugah hati.
Gambar diambil dari netflix |
Yang bisa dibawa pulang dari film ini adalah pesan moral bahwa setiap anak itu berbeda. Meskipun terlihat tidak sempurna tetapi keunikan setiap anak inilah yang menjadikan mereka seorang manusia. Kalau semua sama ya jadinya robot dong. Robot saja berbeda-beda. Di sini, saya melihat bahwa meskipun ibunya Nobita selalu marah-marah soal nilai nol, tetapi dia tetap sayang dengan anaknya dan memikirkan anaknya. Begitu juga dengan Giant, Suneo, Shizuka, Nobita dan Doraemon. Meski sering bertengkar dan kasar, namun persahabatan mereka mampu melewati segalanya. Dan masing-masing menyayangi temannya apa adanya.
Jadi, kalau dituntut punya anak sempurna, saya jadi bertanya, kesempurnaan ini standard siapa?
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.