Meskipun dilaksanakan secara online, keseruan acara KPI tidak berkurang karena dilaksanakan secara interaktif. Ada tanya jawab dan ada diskusi langsung antar peserta lewat chat dan pengisian peta konsep yang dilakukan secara bertahap setiap selesai acara.
Di bidang pendidikan ada sebanyak 75 peta konsep yang dibuat, lalu di bidang kesehatan ada 33 peta konsep. Selanjutnya di bidang ekonomi ada 16 peta konsep, bidang sosial budaya ada 6 peta konsep, dan di bidang lainnya ada 35 peta konsep yang terkumpul. Saya ada di “bidang lainnya” karena bingung mau menempatkan peta konsep saya yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan khususnya ibu tunggal ini di sebelah mana.
Selain peta konsep, ada juga padlet sinergi, yaitu diskusi dengan sesama peserta yang memiliki peta konsep di bidang yang sama. Bersinergi ini seru karena kita yang ada di dalam kelompok, merencanakan gerakan dan berdiskusi dalam waktu 3 jam saja. Kolaborasi ini menghasilkan 18 aksi yang siap dieksekusi. Meskipun dilaksanakan secara online, ternyata bisa juga membuat sebuah rencana nyata.
Bukan hanya diskusinya, tetapi cara menggunakan tools yang dibutuhkan untuk peta konsep juga menjadi pembelajaran tersendiri. Saya yang awalnya bingung bagaimana upload ke padlet atau jalan-jalan, mampir dan berkomentar di peta konsep peserta lain, akhirnya mampu juga belajar kilat. Intinya jika ingin maju, kita tidak boleh gaptek dan harus terus belajar.
Bicara Peta Konsep
Mengikuti konferensi secara online bukan berarti kita hanya menyaksikan apa yang dipaparkan oleh pembicara, namun ada juga tugas yang harus dikerjakan. Tugas ini hadir dalam bentuk Peta Konsep yang harus diisi dan dilengkapi bersamaan dengan berjalannya konferensi. Ada fasilitator yang siap menemani di setiap sesi.Kesempatan bagi peserta untuk mulai menuliskan peta konsepnya setelah satu sesi berakhir dilakukan sebagai refleksi atas apa yang sudah dipelajari di sesi KPI hari itu. Di sesi pertama misalnya, tentang Aku dan Diriku yang dibawakan oleh Ara Kusuma yang adalah seorang changemaker dari Salatiga. “Jati diri tidak melulu harus dicari, dia ada dalam pribadi yang seringkali luput setelah bertahun-tahun hidup di dunia ini,” paparnya. Untuk kembali mengenal diri sendiri, kita harus sering ngobrol dan menanyakan kabar pada diri sendiri. Wah, biasanya kalau sudah punya peran lain, sebagai ibu atau karyawan kantor atau penggerak komunitas, hal ini yang memang suka terlupakan.
Selain Ara, ada juga Ibu Guru Kembar dari Sekolah Darurat Kartini, Alimah Fauzan dari Komunitas Perempuan Berkisah, Mawar Firdausi yang seorang penulis buku Parenting, dan lainnya, yang menjadi narasumber KPI 2023 yang dilaksanakan secara online ini.
Konferensi Perempuan Indonesia online ditutup dengan deklarasi yang dipimpin oleh Ibu Septi Peni Wulandari selaku Founder Ibu Professional. Deklarasi Perempuan Indonesia tersebut mencakup komitmen peserta untuk:
- Senantiasa mengenali akar diri, menggali potensi dan meningkatkan kapasitas diri sebagai perempuan yang merdeka.
- Senantiasa membangun support system agar mampu menghidupkan peran diri penuh kemanfaatan sebagai anggota keluarga yang setara.
- Senantiasa mengasah empati agar mampu menghidupkan peran diri penuh kemanfaatan sebagai anggota komunitas yang setara.
- Senantiasa berupaya saling mengenal, berinteraksi sosial, membentuk jejaring yang berpihak kepada perempuan dan anak secara sehat.
- Saling bersinergi merawat akar gerakan, mewujudkan ragam aksi yang akan menjadi solusi bangsa ini mewujudkan Indonesia Emas 2045.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.