26 May 2021

Main Game bareng Anak Remaja, Main Game Apa?

Saya suka main console sama Dudu. Sama-sama penggila PS4, yang kalau sudah depan TV bisa sama-sama diamuk si Oma karena lupa mandi dan makan.

“Kamu ini males banget sih, main PS aja seharian.”
“Lho, menurut Mama, ini menurun dari siapa?”
Jreng, jreng!


Emangnya kita berdua ini main game apa sih?

Koleksi Game PS4 saya dan Dudu

Game PS tidak selamanya tembak-tembakan, seram dan sadis. Meskipun game macam God of War dan Final Fantasy VII yang menurut saya seru banget itu juga bukan game kids friendly. Bukan game yang akan lulus sensor emak-emak pada umumnya. Jadi di sini, saya memilih game yang, if I can argue, berfaedah bagi seorang Mama dan anaknya. Percaya atau tidak, ada banyak pelajaran tentang bagaimana cara jadi orang tua di game-game ini.



Overcooked & Overcooked 2

Platforms: Microsoft Windows, PlayStation 4, Xbox One, Nintendo Switch, PlayStation 5, Xbox Series X/S
Developers: Ghost Town Games
Release Date: Agustus 2016 & Agustus 2018
Rating: Everyone



Tentang apa? Game kerja sama memasak makanan ini bisa mengakrabkan hubungan atau memecah belah keluarga gegara masakan gosong. Game yang seru ini bisa dimainkan hingga 4 orang pemain, tapi butuh 4 stick PS. Untungnya, saya dan Dudu biasanya kompak. Review Overcooked selengkapnya ada di sini. Selain jadi game, Overcooked dan Overcooked 2 juga bisa jadi inspirasi makanan. Dudu yang senang memasak pernah mencoba bikin hot chocolate berdasarkan apa yang dilihat di Overcooked 2. Cerita selengkapnya ada di sini.

Dragon Quest Builders & Dragon Quest Builders 2

Platforms: Xbox One, Nintendo Switch, PlayStation 4, Microsoft Windows
Developers: Square Enix
Release Date: Januari 2016 & Desember 2018
Rating: 10+ for Suggestive Content


Tentang apa? Permainan yang menggabungkan Minecraft dan Dragon Quest ini juga favorit kami berdua. Game yang disebut sebagai “block-building RPG” ini memiliki misi mengajarkan caranya membangun, bercocok tanam dan berantem melawan musuh di tengah dunia yang sudah pasrah kalah sama kekuatan jahat. Dragon Quest Builders ada mission-nya, dan di awal-awal kita bermain dengan peralatan dan bahan-bahan terbatas. Tentu saja, setelah ceritanya tamat, kita bisa main dan membangun sesuka hati. Tidak seperti Minecraft, game ini tidak pusing. Jadi saya yang sudah umur ini masih bisa main haha. Jalan ceritanya juga mengajarkan kita tentang arti kesetiaan dan persahabatan. Tentang pengorbanan dan pilihan.

Photo courtesy of square enix

Parentingnya di mana? Di salah satu desa yang kita kunjungi ada seorang anak perempuan bernama Babs yang jadi idola para penambang. Masalah utama datang karena ayahnya Babs ini super overprotektif sama anaknya dan sempat stress ketika Babs mengemukakan dia ingin jadi Dancing Girl mengikuti jejak almarhum ibunya. In the end, sang ayah merelakan Babs memilih jalannya sendiri setelah sang anak yang keras kepala membuktikan bahwa dia mampu.

Saat main ini, kami lebih banyak berantemnya. Alasannya simple, saya mau bikin dapur umum di depan ruang makan. Lalu pas saya tidak ada, si Dudu merombak semuanya dan bikin desa sesuai rencananya. Saya mau pelihara banyak kucing, Dudu lebih prefer punya banyak ayam. Padahal slot hewan peliharaan terbatas.

Akhirnya kami berdua punya save-game masing-masing agar tidak perang dunia.

Dragon Quest XI: Echoes of an Elusive Age

Platforms: Nintendo 3DS, Playstation 4, Nintendo Switch, Windows, Xbox One, Stadia
Developers: Square Enix
Release Date: July 2017 (Japan), September 2018 (Worldwide)
Rating: T for Teen dengan content: Crude Humor, Fantasy Violence, Mild Blood, Simulated Gambling, Suggestive Themes, and Alcohol Use


Tentang apa? Petualangan Luminary menyelamatkan dunia dari kehancuran, dan menemukan teman-teman seperjuangannya sepanjang perjalanan. Menggunakan turn-based battle system, atau yang berantemnya giliran, kita dilatih untuk bisa mengatur strategi: kapan menyerang, kapan bertahan dan kapan harus heal. Dan tentu saja harus tahu siapa berpasangan dengan siapa kalau mau pakai serangan combo (pep powers). Gameplay-nya memakan waktu cukup lama. Namun karena ceritanya menarik, jadi tidak terasa.

Parentingnya di mana?

SPOILER ALERT ya.

Dari game ini saya belajar tentang managing expectation, jadi orang tua yang menyamakan ekspektasi dengan anak sebelum mengharapkan sebuah hasil.

Ada dua kasus. Yang pertama Prince Faris, seorang pangeran manja yang tidak mau berusaha. Sang Pangeran ternyata tertekan harus menjadi pewaris tahta yang sempurna, dan menyalahkan kedua orang tuanya yang selalu memintanya jadi yang terbaik. Dia (merasa) tidak mampu namun tidak mau mengecewakan Sultan dan Permaisuri. Kisah pangeran cengeng ini berakhir bahagia ketika sang pangeran nekat negaranya dari monster walaupun tidak punya kemampuan. Kedua orang tuanya meminta maaf telah menekan anaknya dan Price Faris berjanji akan belajar sungguh-sungguh.


Photos courtesy of Square Enix

Kasus kedua adalah Sylvando, seorang penari keliling, tapi ahli berkuda, punya kapal pesiar dan jago berantem pakai pedang. Usut punya usut, ternyata Sylvando kabur dari rumah setelah bertengkar dengan ayahnya yang seorang pahlawan perang. Sebenarnya Sylvando berbakat dan bisa jadi lebih jago dari sang Ayah, tapi mimpinya malah membangun grup teater keliling. Happy ending juga tentunya, karena Sylvando (dengan bantuan Luminary) akhirnya punya nyali untuk pulang dan minta maaf. Sang ayah akhirnya bisa menerima kalau anak cowoknya ini agak gemulai dan memilih jadi entertainer ketimbang ksatria pembela negara. Toh, apa pun profesinya, Sylvando tetap menemani kita membasmi kekuatan jahat, which is tujuan ayahnya melatih dia berpedang.

Horizon Zero Dawn

Platforms: PlayStation 4, Microsoft Windows
Developers: Guerrilla Games
Release Date: February 2017
Rating: T for Teen dengan content: Blood, Drug Reference, Language, Mild Sexual Themes, Violence


Yang ini saya tidak ikut main karena pusing. Pernah mencoba tapi selalu nabrak, kehilangan musuh atau nyangkut di pinggir jurang lalu hilang arah. Yang ada Dudu emosi mengarahkan saya. Tapi saya suka ceritanya dan si tokoh utama, Aloy, dengan segera jadi tokoh favorit saya. Aloy adalah seorang pemburu yang hidup di dunia post-apocalyptic abad ke 31, di mana mesin sudah menguasai dunia. Jadi di era sebelumnya, manusia bikin robot, eh terus dikudeta. Jadi sekarang, manusia kembali ke kehidupan tradisional.

Aloy adalah seorang outcast, yang menemukan kemiripannya dengan DR. Elisabet Sobeck seorang scientist yang mengepalai Project Zero Dawn. Project yang dibuat ribuan tahun lalu untuk menghancurkan robot-robot ini. Tugas Aloy (dan kita sebagai pemainnya) adalah menemukan lab tempat DR. Sobeck bekerja dan mengaktifkan Project Zero Dawn untuk mengembalikan kejayaan umat manusia.

Horizon Zero Dawn penuh dengan nasihat bermakna, yang kalau dibawa diskusi sama Dudu jadi lebih didengarkan. Salah dua yang jadi favorit saya adalah:

Change will not come in a single sunrise.
- Raja Carja tentang mewarisi alih tahta dari ayahnya yang kejam
Elisabet, being smart will count for nothing if you don’t make the world a better place.
- DR. Elisabet Sobeck, mengingat nasihat dari ibunya
Photo courtesy of ign

Dari setiap game yang kami mainkan, selalu ada pelajaran yang diambil. Dan semuanya ini jadi diskusi saya dan Dudu. Jadi saya selalu mencoba setidaknya ada di sampingnya waktu dia main PS, kalau tidak ikutan main juga. Kadang-kadang game-nya tidak kalah seru dengan sinetron kumenangis yang ditonton oma opa di kamar sebelah.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.