16 July 2017

Mengajak Anak Cowok Ikut Kelas Zumba

Kemarin Dudu berulang tahun yang ke-11. Ah, sudah bukan anak-anak lagi dong ya. Sebentar lagi jadi teenager lalu akan pergi jalan sendiri dengan teman-teman dan pacarnya. Aktivitas #DateWithDudu akan banyak berkurang. Tapi sebelum itu terjadi, saya mau membuat resolusi untuk mencoba banyak hal baru agar ngedate dengan anak pra-remaja ini bisa jadi lebih seru.

Date kita kemarin di National Gallery Singapore
Father and son? Mother and daughter? Forget that. Jadi seorang single mom dengan anak laki-laki kadang menjadi tantangan tersendiri karena katanya ada hal-hal yang menjadi "urusan bapaknya" atau kegiatan yang jadi kewajiban anak perempuan untuk menemani ibunya.

Seiring berjalannya waktu ternyata kompromi itu bisa diciptakan, meskipun separuhnya kadang saya memaksa Dudu buat mencoba ini itu seperti kemarin ketika saya secara sepihak mendaftarkan dia kelas Zumba di studio tempat saya olahraga. Sepulang Zumba, saya dan Dudu jadi ngobrol-ngobrol tentang kegiatan date kita, lalu menemukan beberapa hal yang ternyata bisa dilakukan oleh ibu dan anak laki-lakinya.

Zumba
"Kenapa Zumba isinya cewek-cewek semua, Ma?"

Gara-gara pertanyaan itu saya jadi browsing Mbah Google. Memangnya Zumba bukan olahraga laki-laki? Saya mengajak Dudu ikutan kelas Zumba karena instrukturnya adalah laki-laki dan gerakan Zumba juga bukan yang meliuk-liuk ke sana ke sini. Joe Donatelli di Livestrong.com mengatakan bahwa alasannya adalah laki-laki lebih suka olahraga sendirian sementara perempuan lebih suka ikutan kelas bersama-sama. Joe kemudian penasaran dan mengikuti salah satu kelas Zumba di dekat rumahnya demi mengetahui alasan sebenarnya laki-laki tidak ikut Zumba. Dia terkejut melihat kaca besat yang terpajang di sisi ruangan dan lebih terkejut lagi ketika menyadari bahwa gerakan Zumba sulit diikuti dan itu membuatnya malu karena di kelas yang penuh dengan perempuan,tentunya seorang laki-laki ingin terlihat keren. Lebih parahnya, jelas Joe, pada kelas ketiga dia menyadari bahwa tidak seorang pun di kelas menyadari bahwa dia melakukan banyak kesalahan karena semuanya terlalu fokus dengan Zumba itu sendiri.

Selfie sebelum kelas zumba
Jadi Dudu, dengan segala gerakannya yang asal, sebenarnya mengikuti Zumba dengan baik. Dia tidak begitu perduli gerakannya salah karena yang penting dia bergerak dan berolahraga membakar kalori. Malah saya yang biasanya khawatir dia nabrak tante-tante di sekitarnya.

Ke Salon
"Aku pernah ikut Mama ke salon. Ikut keramas yang pakai shower itu. Enak jadi tidak usah keramas sendiri."


Kita semua tahu si Dudu ini termasuk yang malas mandi sehingga saya harus cari banyak akal dan alasan seperti sabun baru supaya dia semangat mandi. Apalagi keramas. Jadi beberapa kali dia menemani saya ke salon, entah sekedar keramas ataupun ikut potong rambut. Rambut Dudu juga agak unik dan anaknya marah kalau rambutnya berubah cepak, jadi saya sering menyerahkan soal gaya rambut ke salon daripada barber shop. Biasanya lalu dia yang akan mengarahkan si tukang salon untuk memotong rambut sesuai keinginannya. Namun karena perawatan saya jauh lebih lama daripada Dudu yang hanya keramas dan potong maka Dudu biasanya wajib membawa mainannya atau tablet agar tidak bosan menunggu saya selesai creambath.

Nonton Film Korea
"Train to Busan dong, Ma, kan film Zombie." 


Memang bukan film drama sih, tapi sejak menonton Train to Busan itu Dudu jadi tidak terlalu sebal sama yang berbau Korea dan bahkan mau nonton Goblin sama saya walaupun cuma cuplikan klip di YouTube. Pernah saya ajak nonton film konser SMTown, yang katanya ada Suju tapi isinya 80% EXO itu dan anaknya ngomel seharian haha. Tidak kapok sih karena setelahnya dia masih suka video klip Mamacita, menemani Mamanya mampir ke toko pop up bias dan karaoke lagu Devil. Jadi saya juga toleransi game zombie dan hal-hal lain yang menurut saya tidak masuk akal itu.

Main Game
“Mama, mau main tembak-tembakan zombie?”


Yah, sebenarnya bukan main bersama sih karena stick PS4 di rumah hanya satu dan gamenya zombie semua jadi saya jijik lihatnya. Tapi saya bisa berdiskusi soal game dengan si Dudu. Sebagai seorang anak perempuan dengan dua adik laki-laki yang namanya game console sudah akrab dalam kegiatan saya sehari-hari. Akhirnya, sebagai seorang Mama yang baik, sayalah yang mengajarkan Dudu main arcade Street Fighter, tembak-tembakan Time Crisis yang akhirnya berhasil kita tamatkan beberapa waktu lalu dan beberapa game lainnya. Sebenarnya bermain game bersama ini seru, karena saya dan Dudu bisa belajar jadi tim yang seimbang. Di beberapa game bahkan dia yang memimpin sementara tugas saya menghabisi musuh yang ada di pinggir-pinggirnya.


Selain game tembak-tembakan, kita berdua sering datang ke game center pagi-pagi untuk main Dance-Dance Revolution atau mesin sejenis. Biasanya kita bertanding mendapatkan nilai lebih baik di lagu-lagu tertentu. Tapi misi sebenarnya adalah olahraga haha. Permainan yang menurut saya termasuk golongan setengah olahraga ini menguntungkan karena membantu latihan koordinasi mata-telinga dan gerakan badan.

Cuci Mobil
“Aku yang lap, Mama yang semprot pakai selang.”


Liburan Lebaran kemarin saya menyempatkan diri mencuci mobil bersama Dudu. Ini bukan hal baru sih karena mencuci mobil adalah kegiatan yang senang dilakukan berdua namun jarang punya kesempatan karena kita sehari-harinya tinggal di apartment. Hanya bisa dilakukan ketika pulang ke rumah orang tua da nada perlengkapannya. Saat Dudu kecil, dia lebih suka menyemprot dengan selang, tapi sekarang entah bagaimana dia lebih senang mengelap mobil. Yang penting mobilnya bersih. 



Apa lagi ya?

Semakin anak besar, saya harus semakin kreatif mencarikan kegiatan. Bukan hanya ikut talkshow lalu anaknya main di playground seperti ketika dia TK. Atau ikutan playdate dengan kegiatan art seperti menggambar dan mewarnai. Sekarang ini harus lebih menghasilkan quality time yang bisa mengalihkan saya dan dia dari gadget. Soalnya kalau sudah makan atau duduk berhadapan, kita lebih banyak melirik layar daripada ngobrol. Padahal yang namanya ngedate kan harus fokus sama pasangannya.



Setuju?

4 comments:

  1. Asyiik banget tuh datenya. Punya pasangan yang kritis dan punya pendirian. Itu semuaa berkat didikan dari Sang Mama, pastinyaa. My daughter is exactly like you, Nina. Usia Dudu sama dengan usia anaknya (cucu bunda) 11 tahun. Yang bisa dilakukan sebagai keebersamaan adalah Olah Ragaa Renang thok, selebihnya dia asyik sendiri dengan gadgetnya. Coba dia Blogger pasti bunda suruh dia baca postingan Nina yang positif ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita playdate aja yuk Bun ke taman gitu biar anaknya ngga gadget melulu. Si Dudu sudah mau ABG, makanya aku berusaha ngga gadget karena ntar kalo sudah pacaran dan tugas sekolah, kan pasti lebih sibuk HP dan laptop. Mumpung masih bisa seru-seruan bareng.

      Delete
  2. Yaampun seru banget ya kisah mbak dan si mas ganteng. Dia mau aja ya mbak diajak kesana-kesini sama bundanya. Family goals banget. Jadi iri deh. Saya dulu malah ditinggal di rumah sama mama kalau mama ada kegiatan di luar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mumpung masih mau Mba. Hehe. Sbentar lagi jadi ABG sibuk dia pasti.

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.