01 May 2014

Cerita Andrew Jadi Wakil Spiderman

“I love Spiderman because he’s amazing.”

Itu jawaban pertama Andrew ketika saya tanya kenapa Spiderman jadi idolanya. Jadi ketika majalah XYKids membuat edisi khusus Spiderman dan kuis jadi Wakil Spiderman, Andrew langsung daftar! 


That’s how Andrew (without Garfield) became Spidey’s representatives during its Indonesian Premiere at Gandaria City IMAX on April 29th.Waktu ditelepon sama pihak XYKids, saya sudah bertekad BISA. Hari biasa, Bu. BISA. Malam loh, Bu. BISA. Pokoknya BISA hahaha. Sebenarnya ini ambisi si Mama apa anaknya ya? Tapi begitu saya sampaikan ke Andrew dia juga langsung heboh. “Jadi… aku dapat kostum Spiderman, Ma? Aku jadi wakil Spiderman? Asyikkkk.”


Para Wakil Spiderman di Premier
Foto bersama crew XYKids!
Tanggal yang dinanti tiba. Andrew dapat kostum bersama dengan 5 anak lainnya. Sesorean dia lompat-lompat dari ujung lobi XXI ke ujung satunya dengan kostum Spiderman. Foto bersama crew XYKids dan tepat sebelum film dimulai para perwakilan ini maju ke depan untuk ngobrol-ngobrol dengan MC dan dapat goody bag. Ini lho isi goodybagnya yang bikin Andrew heboh besok paginya.
Isi goody bag dari XYKids! dan Sony banyak banget!
Entah nasib entah apa… nama asli si Dudu itu Andrew. Jadi tiap ditanya namanya, terdengar orang-orang komentar hahaha. 

The Second Story of Spidey

The Amazing Spiderman 2 menceritakan bagaimana Peter Parker maju mundur soal hubungannya dengan Gwen Stacey dan perjuangannya mengungkap masa lalu orang tuanya. Banyak yang dijelaskan di film ini… terlalu banyak malah. Seperti mind map yang dibuat Peter Parker di kamarnya, film The Amazing Spiderman 2 memiliki (terlalu) banyak focus: (1) Hubungan Peter dan Gwen, (2) Nasib orang tua Peter, riset tentang laba-laba mutant dan Oscorp, (3) Hubungan Spiderman dengan masyarakat… karena tidak seperti Batman dan Superman, Spiderman ini cenderung misterius dan sendirian, (4) Memerangi musuh yang beraneka ragam (total ada 4) dan (5) Hubungan Peter dan sahabat lamanya Harry Osborne yang pulang ketika sang ayah meninggal dunia.


Terus apa yang paling diingat Andrew Garfield… eh maksud saya Andrew Dudu tentang Spiderman 2?

“Electro adalah seseorang bernama Max Dillon yang berusaha memperbaiki aliran listrik yang rusak. Dia jatuh dan tercemplung ke kolam belut listrik. Habis itu dia berubah jadi Electro. Yang paling aku ingat ya itu… habis dia berubah jadi batu pasir, batu pasirnya pecah dan dia berubah jadi biru-biru manusia listrik. Spiderman harus melawan Electro pakai baterai.”

Musuh yang lainnya?

The Rhino
“Ada the Rhino dan Green Goblin juga, Ma. Musuh favorit aku adalah The Rhino karena di awal cerita orangnya celananya melorot. HAHAHAHAHAHA.”

Dan muncul pertanyaan… “Kenapa semuanya berawal dari Oscorp, Ma? Semuanya mendapatkan kekuatan dari Oscorp.” Nah loh.


Terlepas dari bagus tidaknya film Spiderman yang kedua ini, pengalaman Andrew jadi extra special karena dia berkesempatan jadi wakil Spiderman. Thanks to XYKids Magazine for the once in a lifetime chance.

Andrew Paundra dan Andrew Garfield

23 April 2014

The Ice Cream Personality Test

Originally created for dates – to see whether the guy sitting across you on the first date actually a potential match, I thought this can apply to mother-child relationship. 

My Favorite is Cotton Candy
Why not? I go on a date a lot with my son, and ice cream is part of our routine. Neurologist Dr Alan Hirsch on his book “What Flavor is Your Personality?” reveals how our taste buds affect our personality. Here’s what he shares:

  • Chocolate Chip: Competitive, competent and ambitious. Choco chip is for the life of the party. The good side is you can be generous.
  • Coffee: Coffee-lovers are dramatic, flirtatious and always seeking for new adventures. Even though you get bored easily, you give the best in what you do… while you’re on it.
  • Butter Pecan: If this flavor is your favorite, then you’re an introvert who’s sensitive to the feelings of others. On the other side, you’re a devoted person who also cares about how much you spend. 
  • Mint Chocolate Chip: This flavor gives out the confidence you have in life. Despite being skeptical about how life goes, you plan for the future. Honesty and family are two things you treasure the most.
  • Rocky Road: Goal-oriented, outgoing and aggressive. Whoa! You like being pampered and appreciates the finer things in life. Bossy is your middle name, but more often than not, people are convinced to follow what you say.
  • Vanilla: Surprise! Instead of being plain and boring, Vanilla people are emotionally expressive, aims high, and determined to get what they want. You’re not afraid to take risk although that doesn’t mean you go jump off the cliff when the rest of your friends are jumping off.
  • Strawberry: You love strawberry means you are logical, loyal and supportive. You don’t mind working behind the scene as you’re very tolerant about things.
  • Chocolate: You’re very passionate with what you do that people find that charming. You are also easygoing and young at heart. But Choco lovers are also dramatic, flirtatious and gullible. Whoops!
  • Rainbow Sherbet: Identical with diet, the sherbet/sorbet family is about being pessimistic. Despite its bright colors, life for sherbet’s fans are dull as they tend to analyze too much and taking not enough decision.

Of course, my favorite flavor: THE cotton candy isn’t here. 

When It Comes To Milk...
Now the question remains: can you apply this to formula/UHT milk flavor? Here’s what I came up with: Vanilla, Strawberry and Chocolate stay the same with what’s stated above. Honey can go for Butter Pecan and other adventurous flavors (like that honey dew or banana milk) can go for Mint Choco Chip or Rainbow Sherbet.

My Vanilla son is always on the go and says what he has to say. He sets high goal for himself and stays focus to get what he wants. As for me, I was often criticized as being too relax and too easygoing when it comes to being a parent. Some even says I’m more of my son’s friend instead of his mom.

So what? I’m a chocolate milk person.


17 April 2014

For The First Time...

Masih ingat saat anak Anda pertama kali jalan?
Saya masih.


Saat itu saya sedang di acara kampus, mengerjakan prakarya dengan anak saya duduk di lantai sambil mainan kertas. Tahu-tahu dia berdiri dan berjalan menghampiri saya. Atau mungkin, masih ingat momen pertama anak Anda bisa baca? Makan sendiri? Pakai baju sendiri? Bisa sholat sendiri? Ngaji sendiri? Pasti ingat dong.
Dudu Pertama makan pake pisau-garpu sendiri nih!

Tapi ternyata di zaman modern ini, yang penting adalah… masih ingat kapan anak anda pertama kali eksis? Pertama kali nongol di TV? Pertama kali jadi artis?

Saya ngga ingat. Bukannya saya pikir hal tersebut ngga penting, tapi kalau dibandingkan buku pertama yang diselesaikan anak saya, iklan pertama anak saya jadi ngga terlihat significant. Tapi apa yang buat saya ngga penting ternyata penting buat beberapa Mama lain. Lolos casting pertama, catwalk pertama, pemotretan pertama… 

Hal ini seakan diamini beberapa produk ibu-anak yang menyelenggarakan lomba. Sebagai seorang pengamat lomba anak, saya sering browsing. Beberapa kali tema lomba seperti "momen pertama si kecil" atau "cerita tentang si kecil" diisi dengan
 cerita dan foto yang menceritakan tentang “impian” si anak menjadi artis, menjadi bintang sinetron terkenal atau jadi model terkenal. Pokoknya si anak mimpi jadi eksis. Makanya momen pertama eksis ini jadi momen pertama paling berkesan bagi orang tuanya. 

Saya sejujurnya kecewa.

Kemudian saya jadi makin kecewa ketika momen-momen ini mengalahkan momen yang menceritakan lucunya anak-anak dan saat pertama kali mereka berhasil melakukan sesuatu yang anak-anak banget. Okelah itu kebijakan panitia penyelenggara lomba.

Saya bukannya mendiskreditkan para Mama yang anaknya sudah main puluhan iklan, membintangi ratusan sinetron dan jadi juara ribuan lomba fashion show. Saya juga sering kok mengikutkan anak saya casting dan lomba. Sekali dua kali dia pasti menang atau dapat job. Hanya saja satu hal yang harus kita ingat adalah anak-anak tetaplah anak-anak. Spotlight dapat menghilangkan kepolosan anak-anak dan membuatnya tumbuh dewasa lebih cepat dan kita akan kehilangan momen-momen pertama itu karena anak-anak akan melewatinya sebagai bagian dari ke-eksis-an mereka, bukan sebagai momen pertama mereka yang special untuk disaksikan hanya oleh orang tuanya.

Atau mungkin saya yang terlalu idealis.

10 April 2014

#ThrowbackThursday: Yishun

While searching for ideas of what to post, I was browsing what's inside my laptop and find this screen capture for #DateWithDudu. Let's revisit Yishun.


#DateWithDudu at Yishun





One day we're stranded in Singapore, thanks to an early morning affordable flight the next morning. We have less than 24 hours and no hotel to stay. After dropping off our bags at the airport, we’re set to wait for my younger brother to get off work. His apartment is in Yishun area – or at least that’s the closest bus station from his place. We arrived at Yishun Northpoint Shopping Mall after lunch. Off the MRT station, we walked to Golden Village and ordered ticket for that afternoon show of The Lone Ranger. We bought books, toys, and some exam paper exercises (yes, Andrew goes to a Singaporean school in Jakarta so those papers worth it) and killed time at Starbucks. It’s our fourth Starbucks stops in four days.

That's how close we are with coffee.


What's in Yishun?
Mainly residential area. There are a lot of apartments, condos and high-rise buildings around the area. The mall is actually small (if you compared to the ones in Jakarta. But apparently it's the largest one in Northern Singapore. It has endless dining option and tons of toys stores. Andrew couldn't really complain. But aside from the mall, and the regional library inside the mall, you can walk 15 minutes to Yishun Park. Well-known for its tropical fruit tree collection, visiting this park can be a good chance to let your kids know what Durian tree is like. There's also a playground in the area. it sounds so nice.
One day we’ll return.

19 March 2014

Episode Snacking Sehat

Setiap weekdays, saya menghadapi masalah yang sama: pulang kantor pas jam makan, sampe rumah udah terlalu malam buat makan. Belum lagi harus ngurus anak dan nemenin dia tidur. Yang ada saya baru punya kesempatan dinner jam 10 malam. Tapi sekarang saya punya 'teman' berwarna hijau-ungu bernama Fitbar.

Dari mana saya tau Fitbar? Dari anak saya si Dudu. 

Fitbarnya jadi makanan Luigi
Suatu hari, anak saya ikutan lomba di Kalcare Pondok Indah Mall. Karena dia jadi salah satu pemenang lomba fashion show, ada goody bag Kalbe yang kita bawa pulang. Sampai rumah si Dudu sibuk bongkar-bongkar hadiah dan datang ke saya dengan satu box Fitbar Fruits dari dalam goody bag.

Dudu: Yang ini buat Mama.
Mama: Apaan nih, Du?
Dudu: (membaca boxnya) Fitbar. Fruit. Buah nih Ma, sehat pastinya.
Mama: Ah males. Mama ngga makan gituan.
Dudu: Bungkusnya hijau loh, Ma. Pasti enak ini.
Mama: Yaelah, itu kan cuma karena kamu suka warna hijau.
Dudu: Tapi ini bisa buat Mama biar ngga kelaperan terus tiap pulang kerja. Jadi bisa langsung temenin aku tidur.

Ih, saya paling benci makanan ginian. Dari sejak tinggal di Amerika saya belum pernah nemu snack berbentuk bar yang saya benar-benar suka sampe bisa jadi camilan tetap. Jadilah si Fitbar terabaikan sampai saya kelaparan di saat saya baru pulang kantor dan anak yang ngantuk maksa minta dibacain cerita sebelum tidur. 


Kalo lapar, Fitbar selalu ada within reach
Dan snack itu menyelamatkan saya…

Saya bisa mengunyah sambil tidur-tiduran, sambil baca cerita. Ngga khawatir makannya berceceran di tempat tidur karena snack ini compact banget. Ngga takut gemuk meski makan-nya jam 9 malam. Ngga kepikiran juga setelah makan karena setelah saya iseng ngeliat bungkusnya dan browsing di website, Fitbar itu mengandung Kalsium, Vitamin A, B12, dan C. Bener-bener snacking with no worries.

Sekarang ngga cuma pas mau tidur. Fitbar juga jadi sahabat saya di saat kelaparan melanda sore-sore sambil minum kopi. Soalnya Fitbar ngga manis dan ngga keras. Meski berharap varian rasanya bisa jadi lebih macam-macam... sekarang saya hanya suka yang fruit bar.

Anak saya komentar dong… begitu saya taro Fitbar sekotak di samping tempat tidur.

Dudu: Kok Mama beli ginian lagi? Kan kemaren ngga suka.
Mama: Habis lapar. 
Dudu: Yang kotak kemarin sudah habis?
Mama: Sudah tuh.
Dudu: Ooo… soalnya dimakan Om Onda sama Oma juga kan ya?

Pantesan cepet bener habisnyaaaa.

17 March 2014

The Lost Plane

Obrolan hilangnya pesawat MH370 sampai juga ke Andrew...

Dudu: Ada pesawat ilang, Ma?
Mama: Iya tuh.
Dudu: Dibajak kali.
Mama: Itu kamu yang kebanyakan nonton film.
Dudu: Masa pesawat bisa hilang? Kan besar?
Mama: Ngga tau.

Dan setelah teori pembajakan keluar dari statement resmi pemerintah Malaysia...

Dudu: (sambil main game, menyelak Mama yang lagi rumpi) Pesawat yang hilang sudah ketemu?
Mama: Belum. Dibajak katanya.

Dudu: Tuh kan aku bilang juga apa...

Entah kenapa saya semangat banget mengikuti pencarian si MH370 ini. Biasanya ada kecelakaan pesawat ya biasa aja. Mungkin karena misterius, mungkin karena ceritanya seperti film detektif yang siap di-filmkan stelah pesawatnya ketemu, mungkin karena saya jurnalis jadi gatel baca berita, mungkin karena.... mendengar orang tua penumpang dari Cina yang rata2 meratapi hilangnya penerus generasi mereka. 

One child policy.
And their only child is on that plane.

I only have one son.
I've flown Malaysia Airlines before

Semoga cepat ketemu  pesawatnya.

08 March 2014

Introducing #DateWithDudu

Setiap weekend atau hari libur, #DateWithDudu muncul di timeline saya.

Sebagai seorang ibu bekerja... Waktu bersama anak itu tidak tergantikan dengan apapun. Saya pergi pagi pulang malam, ketemu anak maksimal satu jam sehari (30 menit pagi 30 menit malam, syukur-syukur kalo masih ketemu). Jadi kalau weekend, saya sebisa mungkin full sama anak. Sejak saya aktif di Twitter, saya sering cerita (or tepatnya pamer) kegiatan saya sama anak. Semacam anak kecil dapat mainan idaman gitulah, kan pasti mau diceritain ke semua orang.

Dari situlah ada #DateWithDudu, hashtag twitter yang saya gunakan untuk pameran kencan saya dengan putra semata wayang saya si Dudu.

Surprise...
Itu yang saya rasakan waktu #DateWithDudu mulai dapat notice orang-orang sekitar, meskipun itu baru teman sekantor atau geng mami-mami tetangga. Teman playdate saya suka nanya, weekend besok, #DateWithDudu-nya ke mana? #DateWithDudu juga pernah eksis di timeline sebuah radio lokal dan saya sempat sharing via telepon loh. 




Baru-baru ini, hashtag tersebut mengantarkan saya menang kuis. 




Bukan sesuatu yang WAH! memang. Hadiahnya bukan jalan-jalan ke luar negeri, foto dan ceritanya juga biasa saja dibandingkan pemenang lain yang lebih romantis. Tapi ini sesuatu yang bikin saya happy dan bersyukur banget sampe harus nge-blog. Hehehehe...

Mau tau cerita Date With Dudu? Cek labels #DateWithDudu di blog ini.

05 March 2014

Mr. Peabody's Parenting Style

Weekend kemarin kita bangun pagi-pagi buat nonton Mr. Peabody and Sherman. Mama masi ngantuk vs Dudu yang semangat '45 berangkat menuju Kota Kasablanka.

Sepanjang perjalanan ada percakapan gini...
Dudu: Film apa sih Ma?
Mama: Sherman. Tentang anak kecil dan anjing gitu.
Dudu: Ceritanya apa?
Mama: Ngga tau. Nih, coba cek di wikipedia
Dudu: (ngecek wiki di layar BB super kecil) Ooo... yang anak kecil diadopsi sama anjing ya?
Mama: Hah? Anak kecil diadopsi anjing? Ngga kebalik Du?
Ternyata ngga terbalik dong.

Mr. Peabody and Sherman

Who is Mr. Peabody
Seekor anjing super cerdas berhasil jadi, well, seekor anjing sukses. Berawal dari pengalaman buruk saat kecil yang terlalu serius sampai ngga ada yang mau adopsi, Mr. Peabody jatuh kasihan pada anak kecil yang dia temukan di dalam kardus. Jadilah si Anjing serba bisa ini mengadopsi si anak kecil yang diberinya nama Sherman. Hubungan ayah (?) dan anak ini berjalan mulus sampai si anak masuk SD dan harus bergaul dengan anak manusia lainnya. Berkelahinya Sherman dengan seorang anak perempuan nyolot bernama Penny membuat Mr. Peabody terancam kehilangan hak adopsinya. Dalam usahanya mencegah kehilangan Sherman, Mr. Peabody mengundang Penny dan kedua orang tuanya dinner di rumah... dan berujung bencana waktu Sherman dan Penny main-main dengan mesin waktu milik Mr. Peabody.

Jadi?
I found Mr. Peabody interesting. Menemukan seseorang yang senasib dan merasa tergerak buat mengadopsi (meskipun itu melawan takdir). My favorite quote from the movie is this:
Judge: Mr. Peabody, you're a Nobel Prize-winning scientist, a world-renowned explorer, and you're an Olympic gold medalist in the long jump and the decathlon. You're sure you're capable of meeting ALL the challenges of raising a human boy? 
Mr. Peabody: Given all that I've accomplished, how hard could it possibly be?
Ternyata it's harder than all of the above. Membesarkan anak itu susahnya setengah mati. Buktinya Sherman berkelahi dengan temannya (meskipun dari kecil bolak balik ketemu Gandhi). Dari film ini saya belajar bahwa yang paling susah dari membesarkan anak adalah membiarkan si anak jadi besar. Anak sudah SD ngga bisa diharapkan nurut 100% sama kita karena mulai adanya pengaruh sosial di luar. It takes a village to raise a child.... it doesn't take an award-winning scientist.
Mr Peabody: Why can't children be simple?
Pertanyaan Mr. Peabody muncul setelah Leonardo Da Vinci menyarankan untuk merelakan Sherman bermain bersama Penny instead of helping them build a machine. Sebagai orang tua, kadang saya berpikir, anak tinggal dibilangin X ya ntar dia melakukan X. Ternyata ngga. Dia ada ide sendiri yang sering nekat dia jalanin dan akhirnya bikin bubar semuanya... In the end kita sebagai orang tua yang harus membereskan 'sampah' dan menyelamatkan anak kita dari kekacauan. 
Mr Peabody: (to Sherman) You used time-travel improperly... we must rewrite history in order to save the universe! 
Tapi semua sampah dan kekacauan itu adalah proses anak kita tumbuh dewasa, dan menjalankan semuanya tanpa kita cegah (kecuali fatal banget kali ya?) adalah persiapan buat mereka jika mereka harus hidup tanpa kita kelak. Dan yang lebih berat dari beresin sampah adalah kalau sudah tidak ada sampah lagi untuk dibereskan... alias anak sudah besar dan lepas dari kita. 

Mama: Kita mirip Mr. Peabody dan Sherman ya Du?
Dudu: Mama tuh mirip sama Mr. Peabody. Aku tidak mirip sama Sherman.
Mama: Dari mana? Kamu kan bandel gitu juga. Suka coba-coba juga.
Dudu: Aku ngga pake kacamata.
Mama: Ya Mama juga bukan anjing cowok yang menang nobel sih....
Dudu: Tapi Mama cerewetnya sama.

DUAR!

Mama Peabody dan Dudu Sherman