24 June 2024

Review Buku: Conscious Diet oleh dr. Yovi

Judul buku ini membuat saya berpikir dua kali. Conscious Diet. Memangnya selama ini kita tidak sadar ya kalau diet? Ternyata artinya lebih dari sekedar sadar bahwa kita sedang menjalani diet, melainkan sadar akan diri kita dan tujuan diet kita. Mengenali diri kita sepenuhnya agar diet yang dilakukan berhasil.

Buku Conscious Diet oleh dr Yovi

Buku setebal 101 halaman ini isinya padat dan praktis. Bukan hanya narasi tapi juga ada rumus BMI, kuis tipe tubuh dan rekomendasi pola diet serta olahraga yang bisa diikuti. Dan karena bukunya juga ringan, jadi bisa dibawa dalam tas untuk bacaan sembari menunggu, atau dijadikan bahan pembicaraan dengan teman.

Mengenali diri sendiri mulai dari mana? Buku Conscious Diet dimulai dengan Bab berjudul “Anda adalah Gaya Hidup Anda.” Pada Bab ini pembaca diajak berkenalan dengan kalori dan BMI. Membahas diet sebagai kalori masuk dan kalori keluar, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hitung-hitungan simple kalori.

“Kenali jenis tubuhmu sebelum mulai diet,” saran dr. Yovi Yoanita, M.Kes (gizi) FAARM, ABRAAM, pengarang buku Conscious Diet pada acara “Brunch Date with dr Yovi” yang digagas oleh Female Digest di YClinic Bintaro beberapa waktu lalu.

“Brunch Date with dr Yovi” yang membahas tentang buku Conscious Diet ini

Bab 4 yang berjudul “Mengenal Diri, Mengenal Tipe Badan,” ada di halaman 75. Bab ini dimulai dengan kuis sederhana yang membantu kita mengenali apa tipe badan kita. Dari sini kita tahu diet apa yang cocok untuk kita jalani.

Saya jadi tahu bahwa tipe tubuh saya adrenal dan dianjurkan untuk melakukan olahraga yang tidak memicu stress, tidak mengurangi porsi makan secara drastis, dan menjaga kuantitas serta kualitas tidur.

“Dengan diet, mindset kita berubah. Saya waktu berat badan 70-80 kilo dulu, sudah memiliki mindset yang berbeda dengan saya sekarang. Lalu, lama-lama paham. Saya pernah sibuk bekerja dan tiba-tiba berat badan berubah. Wah ini saya sudah stress,” cerita dr. Yovi pada sharing session yang diadakan.


Yang paling menyenangkan dari membaca buku ini adalah bahasanya yang mudah dimengerti dan tidak menggurui. Bukunya ringan dan dapat dibaca dalam satu kali masa. Meskipun banyak hal teknis yang dibahas, namun penyampaiannya mudah dipahami. Banyak juga saran yang dibahas dalam konteks kehidupan sehari-hari yang mudah dimengerti.

Misalnya pembahasan soal tidur pada halaman 63. Seringkali orang diet hanya fokus pada makanan, padahal tidur juga berpengaruh. Kurang tidur mengakibatkan masalah metabolisme, yang bisa jadi penyebab gagalnya diet kita. Kurang tidur ini bagian dari gaya hidup kita, yang berarti harus juga kita sadari dan perbaiki bersamaan dengan pola makan.

Atau pada pembahasan mengenai intermittent fasting pada halaman 88-90 yang memberikan penjelasan dan manfaat melakukannya. Disertakan pula rekomendasi puasa dan jendela makan dalam bentuk tabel.

Seminggu kemarin saya mencoba metode 4D yang ditulis pada halaman 54-55 pada buku Conscious Diet. 4D adalah Delay, Distract, Decide, Drink Water. Intinya ketika rasa lapar datang di jam yang tidak seharusnya, coba untuk tidak auto mengambil cookie (delay) selama 30 menit lalu cari pengalihan (distract). Setelah 30 menit, tanya lagi ke diri sendiri apakah saya benar-benar membutuhkan makanan itu (decide) dan minum air putih (drink water) untuk menjernihkan pikiran.

Hasilnya? Well, saya jadi ngemil lebih sedikit dan makan lebih teratur. Setidaknya untuk seminggu belakangan ini.

Sejujurnya, saya tidak pernah diet. Jadi kalau ada yang ngobrolin diet, biasanya saya ikut euphoria aja. Mengamati pola diet teman-teman di sekitar saya, ada beberapa yang menarik. Ada diet yang defisit kalori, yaitu mengurangi jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari. Biasanya ini dilakukan teman-teman yang mobilitasnya berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan menurunnya jumlah aktivitas. Sementara mereka tetap makan dengan porsi yang sama. Lalu ada teman yang ikut diet lain lagi, makan sedikit-sedikit tapi sering dan hampir tidak makan karbohidrat. Ada teman yang intermittent fasting, hanya makan jam 12 siang hingga jam 6 sore. Ada juga yang ekstrim, hanya makan sekali sehari lalu kalau lapar dia akan minum jus atau susu tinggi protein.

Membaca buku ini membuat saya berpikir tentang pola diet teman-teman saya tadi. Mungkin jika saya terjebak dalam percakapan soal diet lagi suatu hari nanti, saya bisa bicara tentang buku Conscious Diet tulisan dr. Yovi ini.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.