13 March 2022

Cerita Nostalgia Tentang si Panda

Perkenalkan ini namanya Panda.
Teddy bear kesayangan, orang ke-3
yang menemani perjalanan saya dan Dudu.

“Mama, ini bukan seekor panda.”
“Iya Mama tau, tapi namanya Panda.”


Long story short, boneka yang konon saya miliki sejak usia 2 tahun, ini warnanya belang-belang. Dulu sih kelihatannya hitam putih. Jadi waktu kecil saya kira ini boneka seekor panda. Sejak itu, namanya Panda. Sejak itu pula, saya harus menjelaskan asal muasalnya karena setiap yang melihat pasti bertanya, “ini kan beruang.”

“Ya, tapi kan beruangnya dua warna, jadi mirip Panda.”
“Di bagian matanya nggak hitam.”
“Soalnya Panda yang ini tidak suka begadang.”
Sampai di sini, biasanya yang bertanya sudah menyerah untuk melanjutkan.

Karena sudah bersama-sama selama 30 tahun lebih, banyak cerita sama si Panda. Waktu saya kecil, nenek buyut ikut menjahitkan leher si Panda yang hampir putus. Lalu entah siapa lagi yang membantu saya memastikan bahwa si Panda tetap utuh, sampai saya bisa menjahit sendiri. Seiring dengan waktu, Panda jadi kurus karena sering dicuci, jadi saya isikan kapas baru supaya bentuknya kembali lagi seperti semula.




Panda sudah keliling dunia sama saya. Waktu saya kuliah ke luar negeri dia ikut, lalu ketika Dudu lahir, dia mulai kenalan sama Dudu. Banyak dramanya karena si Panda ini bentuk dan warnanya sudah kelihatan tidak steril, tapi selalu berada di sebelah bayi. Haha. Waktu saya jatuh cinta, waktu saya patah hati, si Panda juga ada. Untunglah dia tidak bisa cerita kan jadi aman semua rahasianya. Panda juga sering ikutan saya ngeblog di cafe, staycation di hotel, ke acara family day kantor, sampai ke playdate bareng teman-teman Dudu. Panda pernah ikut saya hangout, lalu saya terpaksa harus cuci karena dia jadi bau rokok padahal tidak keluar dari tas. Sejak itu, dia saya tinggal di rumah kalau pergi ke acara yang sekiranya bisa membawa bau yang menempel. Haha. Yang bertemu dengan Panda pertama kalinya juga biasanya shock, “itu boneka dekil kenapa dibawa-bawa?” Tapi ya, teman setia saya, selain Dudu, ya si Panda ini.




Sampai pernah, pada masanya, saya buatkan akun instagram sendiri supaya bisa berteman dengan boneka-boneka lainnya.

Teman dan keluarga dekat saya sudah hafal betul kalau si Panda ini tak terpisahkan dari saya. Biasanya ada di dalam tas atau sering juga ada di kantong celana. Tergantung situasi dan kondisi. Misalnya kalau sedang jalan-jalan bersama keluarga, si Panda suka ada di kantong celana, atau minimal kepalanya muncul dari tas saya. Kalau saya pergi nonton Konser K-Pop ya si Panda ada di tas saja, malu juga mengeluarkannya. Panda sering membuat bagian pemeriksaan tas bingung sendiri dan kadang ada yang bertanya.

“Mbak, bawa boneka?”
“Iya. Ini si Panda, Mas.”
Orang lain bawa lightstick, saya bawa boneka.

Di beberapa kesempatan, ketika saya dan Dudu tidak travelling bareng, si Panda menggantikan posisi saya. Sampai Dudu akhirnya punya Sparky. Di sini, saya jadi menyadari bahwa kalau si Panda dibawa pergi, saya jadi tidak tenang. Soalnya kan tidak tahu apa yang akan terjadi sama Panda pas dititipkan ke Dudu. Seingat saya malah pernah ada insiden kecemplung di kolam ikan atau ketumpahan teh. Waduh. Kalau mau menginap tanpa Panda juga biasanya saya jadi gelisah sendiri. Kalau sudah begini biasanya Dudu yang komplain, karena absennya Panda adalah karena saya lupa memasukkan dia ke tas.



Panda dan Sparky

“Kenapa tidak di-packing dari awal?”
“Ya kan kasihan, Du, ntar Panda sumpek di tas.”
“Panda itu kan boneka, Ma.”
Iya sih…

Boneka lain silih berganti, cuma Panda yang tetap di hati. Hihihi.
By the way, ada yang udah pernah bertemu Panda?


1 comment:

  1. Semacam spirit doll, karena emang bisa memberikan spirit untuk menjalani hari demi hari ya mbaaa.
    Jadi keinget boneka curut-nya YouTuber Ria SW :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.