Saya mencoba bertanya sama partner petualangan saya, Dudu (soon-to-be 9thn) apa artinya biodiversity? “Biodiversity adalah rumah bagi binatang dan tanaman yang beda. Ini namanya Bio different-city, Ma.” Kata Dudu setelah membaca ringkasan tentang Biodiversity Warrior dari Yayasan Kehati.
Acara Nulisbuku.com yang diadakan di Conclave, Wijaya itu menghadirkan 2 narasumber menarik Travel Writer Anida Dyah dan Journalist-turned-Writer Feby Indirani yang membuat Sabtu pagi lebih bermakna.
Ollie dari Nulisbuku.com sedang menjelaskan tentang kompetisi |
Pembicara pertama, Anida Dyah, adalah pengarang buku travelling Under The Southern Star yang bercerita tentang road tripnya keliling Australia selama 30 hari yang disebutnya sebagai titik balik dalam hidup setelah ditinggal ibunda tercinta dan jenuh dengan pekerjaan rutinnya. Bukunya berbentuk travel narrative. “Ini berarti tidak bicara budget dan printilan teknis ya, karena pasti berbeda untuk setiap orang,” kata Anid.
Anida Dyah berbagi pengalamannya di Australia yang mencengangkan |
Pembicara kedua, Feby Indirani, adalah seorang jurnalis/produser TV yang tidak mau disebut senior karena masih muda (kata orangnya sendiri lho), dan sudah menerbitkan buku dari berbagai genre. Feby, yang baru pulang dari membawa rombongan wartawan Jerman ke Kawah Ijen ini berbagi ilmu tentang bagaimana menulis naskah yang awesome.
Feby ini kocak banget dan semangat kalau sedang bicara |
Anid yang praktisi dan Feby yang menjabarkan teknik merupakan gabungan yang pas. Ada beberapa tips menulis naskah travelling yang bisa disimak:
Setting dalam bentuk deskripsi – Setiap orang memiliki preference berbeda-beda. Anid mengaku menggunakan warna untuk menggambarkan alam dan segala bentuk yang dia lihat. Sebentara latihan yang diberikan Feby mengajarkan kita untuk menggunakan metafora untuk mengajak orang menjadi dekat dengan pengalaman kita, dan menghindari penggunaan kata sifat yang cenderung terikat pada perspektif dan pandangan pribadi penulis.
Mencatat kesan, rasa dan aroma yang bisa hilang setelah kita pulang. Menurut Anid, fakta lain bisa di-Google, tapi apa yang ada di benak kita saat itu biasanya tidak bertahan lama. Hal ini termasuk interaksi dengan orang setempat atau teman seperjalanan yang seringkali tidak ada juga di Google. Feby mengingatkan tentang 5W+1H yang seringkali terabaikan dan menggali detail sebanyak mungkin. “Belanja adalah modal untuk menulis,” katanya. Ini maksudnya belanja detail ya bukan belanja oleh-oleh.
Sambil “belanja” temukan hal baru dan menarik yang bisa jadi cerita. Kata Anid, “masukkan unsur sejarah dan background story pada tempat-tempat yang menarik tapi jangan sampai tulisan kita jadi wikipedia.” Hal ini identik dengan cerita Feby tentang penambang belerang di Ijen. Ketika ditanya oleh wartawan Jerman apakah mereka tersinggung menjadi objek foto turis dan wartawan, para penambang ini berkata sebaliknya bahwa mereka senang difoto karena mereka bisa dapat uang tambahan yang kadang melebihi penghasilan utama mereka. Menggabungkan perspektif si penambang sekaligus background tentang pekerjaan dan penghasilan mereka bisa jadi satu cerita menarik tentang kunjungan ke Ijen.
Memberikan rasa personal, tapi pusatnya tidak pada diri sendiri ataupun perasaan pribadi, saran Feby. Ketika Anid menulis bukunya, kita tahu perjalanan ini sangat pribadi bagi dirinya sendiri. Namun apa yang tertuang adalah sebuah kisah perjalanan yang dapat membawa pembaca ikutan kesal, senang, excited atau sedih. Yang membuatnya jadi personal adalah kontemplasi yang mucul di cerita. (Saya belum baca bukunya jadi tidak berani bicara banyak – ini hanya berdasarkan presentasi Anid ya.)
Well, this workshop is really beyond expectation. It was an awesome journey to sat down and learn a few things about learning. Sekarang kita siap-siap ikutan lombanya yuk!
Setting dalam bentuk deskripsi – Setiap orang memiliki preference berbeda-beda. Anid mengaku menggunakan warna untuk menggambarkan alam dan segala bentuk yang dia lihat. Sebentara latihan yang diberikan Feby mengajarkan kita untuk menggunakan metafora untuk mengajak orang menjadi dekat dengan pengalaman kita, dan menghindari penggunaan kata sifat yang cenderung terikat pada perspektif dan pandangan pribadi penulis.
Mencatat kesan, rasa dan aroma yang bisa hilang setelah kita pulang. Menurut Anid, fakta lain bisa di-Google, tapi apa yang ada di benak kita saat itu biasanya tidak bertahan lama. Hal ini termasuk interaksi dengan orang setempat atau teman seperjalanan yang seringkali tidak ada juga di Google. Feby mengingatkan tentang 5W+1H yang seringkali terabaikan dan menggali detail sebanyak mungkin. “Belanja adalah modal untuk menulis,” katanya. Ini maksudnya belanja detail ya bukan belanja oleh-oleh.
Sambil “belanja” temukan hal baru dan menarik yang bisa jadi cerita. Kata Anid, “masukkan unsur sejarah dan background story pada tempat-tempat yang menarik tapi jangan sampai tulisan kita jadi wikipedia.” Hal ini identik dengan cerita Feby tentang penambang belerang di Ijen. Ketika ditanya oleh wartawan Jerman apakah mereka tersinggung menjadi objek foto turis dan wartawan, para penambang ini berkata sebaliknya bahwa mereka senang difoto karena mereka bisa dapat uang tambahan yang kadang melebihi penghasilan utama mereka. Menggabungkan perspektif si penambang sekaligus background tentang pekerjaan dan penghasilan mereka bisa jadi satu cerita menarik tentang kunjungan ke Ijen.
Memberikan rasa personal, tapi pusatnya tidak pada diri sendiri ataupun perasaan pribadi, saran Feby. Ketika Anid menulis bukunya, kita tahu perjalanan ini sangat pribadi bagi dirinya sendiri. Namun apa yang tertuang adalah sebuah kisah perjalanan yang dapat membawa pembaca ikutan kesal, senang, excited atau sedih. Yang membuatnya jadi personal adalah kontemplasi yang mucul di cerita. (Saya belum baca bukunya jadi tidak berani bicara banyak – ini hanya berdasarkan presentasi Anid ya.)
Well, this workshop is really beyond expectation. It was an awesome journey to sat down and learn a few things about learning. Sekarang kita siap-siap ikutan lombanya yuk!
asyik banget ya kalau bisa jalan-jalan sambil nulis gitu
ReplyDeleteAyo Mas ditulis :)
Deletekayaknya perjalananku waktu ke Thailand boleh juga kalau tak tulis
ReplyDeleteAyo ditulis... siapa tahu yang berikutnya jadi jalan-jalan gratis :)
Delete