18 April 2019

Tips Mengatur Keuangan Untuk Single Mom

Perempuan perlu paham tentang mengelola keuangan. Soalnya sebagai Single Mom, sayalah yang harus mengatur pengeluaran dan saya juga yang bertanggung jawab atas pemasukan keluarga. Keluarganya hanya saya dan Dudu sih.

Buat yang bertanya-tanya, saya selalu bilang pasti sanggup kok membiayai semuanya ini meskipun sendirian. Tapi, seumur hidup, keuangan saya diatur Mama yang memang seorang akuntan. Saya cuma tau cari uang dan spending aja. Tidak tau bagaimana menghitungnya. Jadi, sekarang saya bingung mulai dari mana kalau disuruh mengatur keuangan. 


Sebelum mulai acara, kita menuliskan kendala keuangan dan ditempel di tembok.
Pas banget ada acara Planning A Better You dari Single Moms Indonesia dan QM Financial di 13 April kemarin. Bertempat di Ruang Komunal Facebook Indonesia, acara ini menghadirkan Financial Planner handal, Ligwina Hananto. Kenapa perempuan perlu belajar keuangan? Karena kebanyakan perempuan diajarkan bahwa “someone will take care of you.“ Masalahnya, ketika pada akhirnya semua harus dikerjakan sendiri dan tidak ada yang membantu, kita jadi bingung.

Yuk kita duduk manis menyimak tips mengatur keuangan untuk para single moms dari Teteh Wina ini.


Menghasilkan Uang
Jangan pernah berhenti menghasilkan uang. Bisa dari gaji, bisa dari investasi atau deposito, atau dari hasil keuntungan bisnis dan dagang. Bahkan ketika menjadi seorang ibu rumah tangga, seorang perempuan tidak boleh berhenti belajar mengelola uang dan, kalau bisa, tetap menghasilkan uang. “Belajar bisa kapan saja, tapi praktek itu berat kalau terlambat,” kata Ligwina sambil memberikan contoh seorang nenek yang membuka kantin pada usia lanjut karena bingung hendak melakukan apa setelah suaminya meninggal. Seumur hidupnya, nenek ini adalah seorang ibu rumah tangga. Ketika memulai usaha lalu berhasil, usahanya tidak bertahan lama karena lelah dan tidak terbiasa bekerja. 


(Baca cerita gaji pertama Dudu di sini)

Financial Check Up yang manual kurang lebih begini bentuknya
Atur Cashflow 
Realistis tentang apa yang bisa kita beli dan berhenti iri melihat pengeluaran orang lain. Si A bisa ke Eropa atau si B bisa beliin gadget baru buat anaknya. Kalau diturutin tidak ada habisnya. Dengan memiliki cash flow, kita jadi tahu kemampuan kita sehari-hari dan senang-senang. Soalnya setelah harus membiayai anak sendirian, pasti ada yang berubah dari perputaran uang yang kita miliki. Yang tadinya punya mobil sekarang harus naik ojek. Yang tadinya bisa ke mall pulang kantor, sekarang jadi makan di rumah. Setelah itu kita bisa mengatur gaya hidup sesuai dengan kemampuan kita sekarang. Buat yang tidak tahu mau mulai membuat cashflow dari mana, bisa dengan melakukan financial check up dan mencatat pengeluaran.


Aplikasi 1money
Aplikasi 1money
Saya akhirnya pakai aplikasi 1Money buat mendata pengeluaran


Menabung & Investasi
Yang ini penting karena menyangkut rencana jangka pendek dan panjang. Tapi sebelum mulai melakukan 2 hal ini, selesaikan dulu hutang kartu kredit yang ada. Setelah itu temukan tujuannya memulai tabungan/investasi. Bahkan kalau tujuannya simple, misalnya tas baru, tetap saja punya tujuan itu akan membuat tabungan lebih terarah. Apalagi kalau tujuannya sebesar biaya sekolah anak. Ngomong-ngomong, ini cara saya mempersiapkan biaya sekolah Dudu. Selain uang sekolah anak, satu hal lain yang perlu dipersiapkan adalah Dana Pensiun.

Kapan menabung dan kapan investasi? Hitung-hitungannya cukup rumit haha. Tapi intinya menabung itu sebaiknya untuk jangka pendek sementara investasi untuk jangka panjang. Cara taunya? Buat timeline rencana keuangan seperti tabel di bawah ini. Cuma coret-coretan juga boleh kok.




Siapkan Proteksi
Dari semua jenis proteksi yang ada, yang wajib dimiliki adalah dana darurat untuk anak, asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Dana darurat adalah tabungan yang bisa sewaktu-waktu digunakan dan sebaiknya untuk yang memiliki anak 1 tabungannya sebesar 9x pengeluaran bulanan. Waduh, apa bisa ya? Asuransi jiwa ini penting karena jika amit-amit ada yang terjadi sama kita sebagai orang tua satu-satunya, anak akan tetap terlindungi. Untuk asuransi kesehatan, pilih yang cashless jangan sistem reimburse agar tidak mengacaukan cashflow. Selain itu perlu diingat bahwa asuransi bukanlah investasi. “Anggap saja asuransi itu biaya untuk beli payung,” jelas Ligwina. 

Belajarnya serius banget ya? Tapi mudah dipahami kok.
Ajarkan Fungsi Uang Pada Anak
Nah ini yang seru. Ligwina memberikan cara mudah dengan MBBM: Menghasilkan uang, Berbelanja, Berbagi dan Menabung. Loh, kok ada belanja? Menurut Ligwina, belanja itu mengajarkan anak mengambil keputusan. Sementara menabung mengajarkan value “delayed gratification” yang akan berdampak positif untuk anak di kehidupan lainnya karena mereka dapat menahan diri.

Begitulah yang terjadi sama Dudu. Sejak kecil sudah cari uang dengan modelling dan fashion show. Lalu mengumpulkan uang angpao dan memanfaatkan momen ulang tahun untuk membeli gadget pertamanya: Samsung Tablet. Cerita perdana Dudu beli gadget bisa dilihat di sini. Sekarang Dudu (12 tahun) sudah punya Gopay dan pegang uang sendiri. Sudah punya gambaran sendiri apa yang mahal dan murah dan sudah bisa menahan diri kalau mamanya sedang tidak punya uang. 



Jaman masih rajin, saya dan Dudu suka bikin budgeting begini buat kartu top up.
“Masalah keuangan biasanya adalah efek dari masalah lainnya dalam hidup. Jadi, selesaikan dulu menata diri kita sebelum memulai menata keuangan,” saran Ligwina.

Kalau begitu, yuk dimulai sekarang! Banyak nih PRnya.

1 comment:

  1. Pas banget penutupnya. Ini kerasa sekali, dan menjadi alasan kenapa saya memahami banyak posting kurang baik di medsos.... ya... masalah keuangan juga ujungnya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.