Apa pengaruhnya kepribadian ini buat peran saya sebagai orang tua? Menurut website 16personalities.com, orang tua yang berkepribadian INFP ini tipe yang hangat dan selalu mendukung anaknya. Biasanya mereka cenderung membiarkan anak bertumbuh dan mengeksplorasi tanpa banyak campur tangan. Anak-anak bisa mencari jati diri sendiri dengan bebas, walaupun masih dalam guidance yang ditetapkan orang tuanya. Biasanya rumah orang tua INFP ini cinta damai. Agak kurang sesuai sebenarnya karena saya dan Dudu kerjanya berantem melulu haha.
Yang paling menyusahkan dari kepribadian INFP adalah introversion. Jadi seorang mama yang introvert ini agak merepotkan karena pada dasarnya saya senang sendirian. Duduk sendiri depan laptop sambil minum kopi atau tidur siang tanpa diganggu kehebohan Dudu yang kalo sudah cerita tidak ada titik komanya. Sebagai seorang introvert mom, saya sering jadi korban komentar julid “Mama macam apa tuh, kok tidak mau menghabiskan waktu sama anaknya?” dan langsung merasa bersalah. Eh, tunggu dulu, kan saya sudah bilang kalau saya ini introvert (meskipun tidak ada yang percaya) dan introvert membutuhkan waktu me-time untuk recharge karena interaksi berlebihan itu bikin capek (menurut David Hall, pengarang buku Minding Your Time: Time Management, Productivity, and Success, Especially for Introverts). Menghabiskan waktu untuk diri sendiri bukan berarti tidak peduli sama anak. Love yourself first then you’d be able to love others, including your child(ren).
Ya coba bayangkan kalau introvert mom butuh me-time untuk recharge, dan mengurus anak adalah pekerjaan non-stop 24 jam.
Lalu, karena saya introvert, saya juga biasanya sungkan minta tolong. Apalagi saya single mom, jadi terbiasa melakukan semuanya sendiri. Untungnya keluarga saya cepat tanggap dan sering menawarkan bantuan tanpa diminta. Kalau Dudu libur dan saya tidak bisa cuti, Orang tua saya sering inisiatif mengajak Dudu liburan (karena mereka sudah pensiunan jadi bebas jalan-jalan). Ketika saya nonton konser di Singapura, adik saya menampung Dudu dengan sukarela. Jadi saya bisa punya me-time dan masih bisa melakukan hal-hal yang saya suka.
Ya coba bayangkan kalau introvert mom butuh me-time untuk recharge, dan mengurus anak adalah pekerjaan non-stop 24 jam.
Lalu, karena saya introvert, saya juga biasanya sungkan minta tolong. Apalagi saya single mom, jadi terbiasa melakukan semuanya sendiri. Untungnya keluarga saya cepat tanggap dan sering menawarkan bantuan tanpa diminta. Kalau Dudu libur dan saya tidak bisa cuti, Orang tua saya sering inisiatif mengajak Dudu liburan (karena mereka sudah pensiunan jadi bebas jalan-jalan). Ketika saya nonton konser di Singapura, adik saya menampung Dudu dengan sukarela. Jadi saya bisa punya me-time dan masih bisa melakukan hal-hal yang saya suka.
|
Bagaimana kalau anaknya ekstrovert? Lifehack.org menulis bahwa memiliki anak yang ekstrovert akan lebih melelahkan bagi Mama introvert. I’m an introvert single mom with extrovert, super sociable son. Dudu suka main board game bersama anggota keluarga, saya senang main PS4 sendirian. Dudu senang bergaul rame-rame dengan anak lain, saya lebih suka duduk di coffee shop sambil laptopan. Dudu senang bertanya dan selalu penasaran, saya lebih memilih ngomong sama Google kalau butuh jawaban. Yes, setuju. Dudu yang super social sering membuat saya harus bergaul juga, entah itu dengan orang tua teman-temannya atau pun berteman dengan Mama yang punya anak sebaya supaya Dudu punya teman lebih banyak.
Sekarang Dudu sudah besar dan sudah bisa pergi jalan-jalan ke mall sendiri, jadi saya bisa duduk manis di cafe terdekat sambil menunggu dia selesai nonton. But, how did we find peace back then? Apa jalan tengahnya menghadapi anak yang punya seribu pertanyaan ‘kenapa’ dan selalu memanggil ‘Mama Mama Mama’?
Ini rahasia saya untuk tetap bisa jadi introvert mom yang bahagia.
Pertama, karena saya working mom, saya punya keuntungan di waktu commute dari dan ke kantor. Yes, saya senang nyetir sendiri daripada naik kendaraan umum atau taksi online. Capek karena macet dan kekacauan di jalan jadi tidak terasa karena saya punya ‘me time’. Naik busway lebih capek, bukan karena lebih jauh tapi karena bis-nya penuh orang. Naik gocar atau grab juga melelahkan karena saya harus berkomunikasi dengan supirnya, termasuk basa-basi “pagi, Pak” atau “terima kasih, Bu” ketika naik dan turun mobil. Nyetir sendiri lebih enak karena saya bisa memutar lagu kesukaan atau podcast andalan.
Ini rahasia saya untuk tetap bisa jadi introvert mom yang bahagia.
Pertama, karena saya working mom, saya punya keuntungan di waktu commute dari dan ke kantor. Yes, saya senang nyetir sendiri daripada naik kendaraan umum atau taksi online. Capek karena macet dan kekacauan di jalan jadi tidak terasa karena saya punya ‘me time’. Naik busway lebih capek, bukan karena lebih jauh tapi karena bis-nya penuh orang. Naik gocar atau grab juga melelahkan karena saya harus berkomunikasi dengan supirnya, termasuk basa-basi “pagi, Pak” atau “terima kasih, Bu” ketika naik dan turun mobil. Nyetir sendiri lebih enak karena saya bisa memutar lagu kesukaan atau podcast andalan.
Ngedatenya sampai ke rumah Doraemon! |
Kedua, saya menerapkan #DateWithDudu, waktu weekend sama anak untuk makan, jalan-jalan dan playdate. Kadang kita juga ikut workshop dan kegiatan komunitas bersama. Karena kita berdua merencanakan bersama, jadi tidak ada kata terpaksa. Komitmen #DateWithDudu ini lama-lama membuat saya terbiasa dengan adanya Dudu di sekitar saya. Keberadaan Dudu sudah tidak menghabiskan energi saya. Saya bisa laptopan sambil Dudu mengerjakan PR. Kita bisa makan bersama satu meja sambil baca komik sama-sama (lalu dimarahi orang tua saya) atau mager di rumah sambil main gadget masing-masing. Kegiatan macam ini mengajarkan saya bahwa Me-time tidak perlu sendirian. Bisa berdua dalam satu ruangan tapi melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Saya yang introvert ini bisa tetap recharge sambil tetap menjadi ‘orang tua yang baik’ dengan tidak meninggalkan anaknya. Hahahaha.
Fiuh.
Fiuh.
tooosss dulu . krn akupun tipe ibu yg introvert. sangat bertolak belakang ama suami yg amat sangat supel dan sosial. dia sampe pernah nyindir aku, wkt ngeliat kucing yg mendahulukan anak2nya makan baru setelah itu dia. suami bilang aku hrs cth kucing itu. dan aku jawab, "aku hrs merasa kenyang dulu, supay bisa tenang menghadapi anak2. otherwise aku bisa emosi lbh cepet"
ReplyDeletedan sampe skr kami ttp ga bisa sekata urusan begitu. tp kayaknya dia udh nyerah dan bisa trima sih :p. temen2ku di dunia maya lbh banyak mba ,drpd dunia nyata. dan kdg kalo ketemua ama temen2 blogger, suami lgs nanya, "temen nyata ato temen dunia ghaib?" wkwkwkwkwk.. lebay sih dia.
tp mau gmn, manusia memang ada yg introvert dan ada ekstrovert kan. saling melengkapi ajalah, drpd gontok2an