“Ketika semua orang mau datang ke Indonesia, kenapa kita malah mau ke luar [negeri]?” Pertanyaan ini membuat saya cukup merenung sehabis makan siang.
Sang penanya kemudian menjelaskan potensi pasar digital di Indonesia yang saat ini baru digarap sepersekiannya dan menyisakan puluhan triliun untuk 10 tahun kedepan. Saya lalu duduk manis mendengarkan kelanjutan cerita sang penanya, sambil memikirkan jawaban atas pertanyaannya tadi.
Cerita Pak Gaery
Gaery Undarsa, Co-founder dan CCO Tiket.com, kembali ke Indonesia setelah bermukin 10 tahun di Kanada. Bukan karena terpaksa, katanya, tapi memang karena beliau ingin kembali pulang. Lalu terbentuklah Tiket.com di tahun 2011 yang melayani pembelian tiket pesawat, tiket kereta api, tiket konser, sewa mobil, dan pemesanan hotel. “Industri online travel amat menarik,” kata Pak Gaery. Tiket.com mencatatkan perkembangan hingga 300% di tahun 2015. Sesuatu yang tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kemarin, sehari sebelum Valentine, Tiket.com mengajak blogger untuk ngopi bersama dan belajar tentang “How To Brand Your Blog” bersama senior blogger Indah Juli di Hongkong Cafe, Thamrin. Dari 200an blogger yang mendaftar, ada 50 yang terpilih untuk hadir. Dalam acara ini, Pak Novasta dari B2B Tiket.com juga menjelaskan program afiliasi yang berjalan saat ini.
“Kenapa blogger? Soalnya Tiket.com mencari yang online-minded dan apa sih yang bisa kita kerjakan bersama di dunia online dengan potensi yang ada saat ini?” Jelas Pak Gaery. Salah satu kisah sukses afiliasi Tiket.com datang dari Adam, pemilik website travelkita.id. Mas Adam yang awalnya membuat website hanya untuk membantu keluarganya memesan tiket pesawat dan booking hotel, sekarang memiliki passive income yang lumayan karena websitenya menggunakan widget Tiket.com.
Cerita Pak Gaery
Gaery Undarsa, Co-founder dan CCO Tiket.com, kembali ke Indonesia setelah bermukin 10 tahun di Kanada. Bukan karena terpaksa, katanya, tapi memang karena beliau ingin kembali pulang. Lalu terbentuklah Tiket.com di tahun 2011 yang melayani pembelian tiket pesawat, tiket kereta api, tiket konser, sewa mobil, dan pemesanan hotel. “Industri online travel amat menarik,” kata Pak Gaery. Tiket.com mencatatkan perkembangan hingga 300% di tahun 2015. Sesuatu yang tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Sharing dari Gaery Undarsa, Co-founder dan CCO Tiket.com |
Kemarin, sehari sebelum Valentine, Tiket.com mengajak blogger untuk ngopi bersama dan belajar tentang “How To Brand Your Blog” bersama senior blogger Indah Juli di Hongkong Cafe, Thamrin. Dari 200an blogger yang mendaftar, ada 50 yang terpilih untuk hadir. Dalam acara ini, Pak Novasta dari B2B Tiket.com juga menjelaskan program afiliasi yang berjalan saat ini.
“Kenapa blogger? Soalnya Tiket.com mencari yang online-minded dan apa sih yang bisa kita kerjakan bersama di dunia online dengan potensi yang ada saat ini?” Jelas Pak Gaery. Salah satu kisah sukses afiliasi Tiket.com datang dari Adam, pemilik website travelkita.id. Mas Adam yang awalnya membuat website hanya untuk membantu keluarganya memesan tiket pesawat dan booking hotel, sekarang memiliki passive income yang lumayan karena websitenya menggunakan widget Tiket.com.
Pak Novasta dari Tiket.com menjelaskan tentang afiliasi |
Mas Adam sedang sharing tentang TravelKita |
Dengan semua kebanggaan ini, termasuk angka pencapaian 10,000+ booking/day di 2015 yang membuat saya kagum, Pak Gaery meng-highlight bahwa Tiket.com adalah 100% Indonesia, mulai dari modal hingga pegawai semuanya milik anak negeri. Salut.
Cerita Mak Indah
Mak Indah Julianti khusus datang dari Jogja untuk berbagi ilmu. Blogger senior yang akrab dipanggil Makpuh di komunitas Emak-Emak Blogger ini sharing tentang bagaimana membangun brand sebuah blog. “Agak kurang setuju sebenarnya,” kata Makpuh membuka pembicaraan. “ Soalnya untuk saya, blogging ya menulis. Selebihnya adalah privilege.” Jadi, sebenarnya, branding blog adalah tentang menunjukkan siapa kita sebenarnya di dunia maya. Yes, tentu ada social media yang overwhelming jumlahnya dan terus muncul versi terbarunya, tapi blog menyediakan wadah untuk pemikiran kita yang mungkin sering lebih panjang dari 140 kata. Bukan hanya tulisan, kata Makpuh, tapi juga cara kita menjawab komentar yang mampir di blog kita dan lewat bagian about me yang tidak boleh sepi prestasi.
Cerita Mak Indah
Mak Indah Julianti khusus datang dari Jogja untuk berbagi ilmu. Blogger senior yang akrab dipanggil Makpuh di komunitas Emak-Emak Blogger ini sharing tentang bagaimana membangun brand sebuah blog. “Agak kurang setuju sebenarnya,” kata Makpuh membuka pembicaraan. “ Soalnya untuk saya, blogging ya menulis. Selebihnya adalah privilege.” Jadi, sebenarnya, branding blog adalah tentang menunjukkan siapa kita sebenarnya di dunia maya. Yes, tentu ada social media yang overwhelming jumlahnya dan terus muncul versi terbarunya, tapi blog menyediakan wadah untuk pemikiran kita yang mungkin sering lebih panjang dari 140 kata. Bukan hanya tulisan, kata Makpuh, tapi juga cara kita menjawab komentar yang mampir di blog kita dan lewat bagian about me yang tidak boleh sepi prestasi.
Mak Indah Julianti dari KEB sharing tentang branding blog |
Kalau dapat job, saran Makpuh, pahami tawarannya, brandnya, dan instruksinya. Sesuai tidak dengan karakter blog dan hati nurani kita? Sebagai blogger professional kita wajib memikirkan dahulu apa yang mau ditulis termasuk menyimak key message dan brief dari klien. Setelah itu cari data pendukung dan research keywords yang dapat memaksimalkan postingan kita. Makpuh juga menyemangati blogger agar jangan takut bernegosiasi dengan klien.
Satu nasihat Makpuh yang saya bawa pulang sore itu adalah, “blogger itu penyampai pesan, bukan penjual barang.” Bekerja sama dengan brand bukan berarti hard-selling. Mengambil contoh dari cerita Mba Nuniek, sang moderator, bentuk kerjasama bisa berupa review event tahunan sambil memberikan backlink ke penjualan tiket konser atau event di Tiket.com. Yang jelas pengalaman itu penting dalam membuat satu blogpost, jadi jangan ragu untuk pinjam atau beli jika memungkinkan. Jangan buat review dari hasil search. Berlaku juga untuk event, kalau memang tidak pergi ya jangan memaksa menulis. Tapi, jika mau menulis, pastikan kita memang menyukai produk atau eventnya ya.
Satu nasihat Makpuh yang saya bawa pulang sore itu adalah, “blogger itu penyampai pesan, bukan penjual barang.” Bekerja sama dengan brand bukan berarti hard-selling. Mengambil contoh dari cerita Mba Nuniek, sang moderator, bentuk kerjasama bisa berupa review event tahunan sambil memberikan backlink ke penjualan tiket konser atau event di Tiket.com. Yang jelas pengalaman itu penting dalam membuat satu blogpost, jadi jangan ragu untuk pinjam atau beli jika memungkinkan. Jangan buat review dari hasil search. Berlaku juga untuk event, kalau memang tidak pergi ya jangan memaksa menulis. Tapi, jika mau menulis, pastikan kita memang menyukai produk atau eventnya ya.
Acaranya rame banget ya! |
Cerita Saya
Menyimak tanya jawab para blogger dengan para pembicara membuat saya menyadari serunya dunia online. Ada yang bertanya afiliasi, ada yang penasaran tentang blogger vs influencer, dan ada yang mau tahu cara menulis postingan kerja sama yang baik. Belum lagi di acara Ngopi Bareng Tiket itu saya bertemu teman-teman blogger dari berbagai genre. Ada food blogger, emak-emak blogger, travel blogger, semua hadir di sana. Takjub juga. Terlalu seru sampai tidak sadar kalau coffee break sudah di sediakan oleh panitia. Haha.
Sepertinya seru kalau acara semacam Ngopi Bareng Tiket ini diadakan di atas gerbong kereta. Kan Tiket.com jualan tiket kereta api online juga. #Eh
Menyimak tanya jawab para blogger dengan para pembicara membuat saya menyadari serunya dunia online. Ada yang bertanya afiliasi, ada yang penasaran tentang blogger vs influencer, dan ada yang mau tahu cara menulis postingan kerja sama yang baik. Belum lagi di acara Ngopi Bareng Tiket itu saya bertemu teman-teman blogger dari berbagai genre. Ada food blogger, emak-emak blogger, travel blogger, semua hadir di sana. Takjub juga. Terlalu seru sampai tidak sadar kalau coffee break sudah di sediakan oleh panitia. Haha.
Sepertinya seru kalau acara semacam Ngopi Bareng Tiket ini diadakan di atas gerbong kereta. Kan Tiket.com jualan tiket kereta api online juga. #Eh
(kiri) Ngopi Bareng Tiket; (kanan) Iseng browsing hotel pakai apps Tiket.com
Tidak seperti Pak Gaery, saya yang terpaksa pulang ke Indonesia ini sampai sekarang masih bingung mau berbuat apa di negeri sendiri? Mungkin menjadi seorang penulis, seorang blogger, bisa menjadi pilihan. Soalnya baru di Indonesia saya ngeblog serius dan berusaha menciptakan keunikan saya sendiri, seperti saran Mak Indah. Keunikannya apa? Well, cita-cita saya sih bisa punya travel blog berdua anak semata wayang saya ini, mengeksplorasi pariwisata Indonesia. Syukur-syukur ada rejeki lebih untuk keliling dunia berdua si Dudu. Toh, mau beli tiket pesawat, kereta api, booking hotel sampai sewa mobil, semuanya bisa online lewat Tiket.com.
(Ki-Ka) Mba Nuniek, Pak Gaery, Mak Indah, Pak Novasta dan Mas Adam |
Kalau cerita ngopi seru Anda seperti apa?
Akuuu mauuu ngopi berikutnya di kereta. Tapi gak 16 jam juga siihh :D
ReplyDeleteHaha, aku juga mabok deh kalo 16 jam. Yang deket-deket ajalah. Jakarta - Cirebon gitu.
DeleteSetuju! ayo fokus di travelling with Dudu, masih sedikit lho yang tentang travel sama anak :)
ReplyDeleteAkus sedang beresin blognya nih Mak. Doakan cepat selesai dan bisa published ya. Terima kasih sudah mampir.
DeleteTraveling tapi dibayar, daftar jadi hostnya jalan-jalan men aja. :D
ReplyDeleteHahaha Kalo sama Dudu jadi acara jalan-jalan sama anak dong.
Delete