Ultah KEB meriah, ada tumpeng dan banyak kuenya. |
Tagline saya biasanya dapat dirangkum dalam 5 kata: bodo amat apa kata orang. Ini blog saya, sosial media saya, hidup saya, jadi bebas dong mau tulis apa. Tidak salah sih, cuma tidak efektif. Kok gitu? Erwin Panigoro, seorang Brand Strategic and Management, berbicara tentang membangun personal branding seorang Emak Blogger (saya) dan ini yang saya tangkap sambil ngemil manis di sofa XLXplor Senayan City.
Siapa kamu, siapa saya?
Pertama, tahu siapa diri kita. Satu hal yang bikin kaget adalah pernyataan dari Mas Erwin bahwa kategori “lifestyle” itu sudah mainstream. Terlalu general. Lifestyle bisa beauty, food, fashion, entertainment atau topik lainnya yang biasanya kita temukan kalau sedang baca majalah. Jadi sebaiknya blog kita lebih niche, atau lebih spesifik dari sekedar lifestyle. Ada tools namanya Canvas Sheet yang dapat membantu kita untuk mengenal lebih dalam siapa kita dan seperti apa postingan kita. Jangan-jangan selama ini kita mengaku blogger ibu anak tapi sebenarnya postingan kita paling banyak tentang makanan (yang bukan MPASI hehe).Wujud Personal Branding Canvas Sheet yang bisa diprint dan diisi |
Kalau saya mau ngetwit galau atau yang kekinian gimana? Kata Mas Erwin ya silahkan saja. Namun “harus ada twit regular yang sesuai dengan majornya.” Major di sini bukan mata kuliah melainkan branding kita. Misalnya kita Beauty blogger. Tidak ada larangan kok untuk update foto makanan di restoran baru atau pulau terpencil yang kita datangi. Tapi ya sebagian besar twit kita harus tentang beauty. Kalau perlu twit dengan tema lainnya pun diakali dari sudut pandang beauty.
Tapi ingat, yang namanya blogger ya “rumah”nya di website. Jadi kecerewetan kita di social media sebaiknya diimbangi dengan update di blog. Blog ini adalah salah satu aset, kata Mas Erwin. Lalu buat yang mau monetize, ya harus dengan domain sendiri dan layout yang lebih rapih dari template blogspot biasa. “Semakin komersial, semakin terlihat kredibel,” katanya. “Sulit membuat domain gratisan jadi komersial karena akan ada banyak batasan.”
Terakhir adalah menemukan keywords yang cocok dengan siapa kita dan mengoptimisasi keywords tersebut. Biasanya ada 7 keywords yang bisa kita optimized supaya branding blog kita makin kuat di luar sana. Ada beberapa alat yang bisa digunakan seperti soovle.com yang mencarikan keywords yang dekat dengan interest blog kita. Wah, jadi PR selanjutnya buat saya nih. Dan jangan lupa, keywords ini bukan hanya di tulisan, tapi di semua foto dan video yang kita tampilkan di blog.
Tapi ingat, yang namanya blogger ya “rumah”nya di website. Jadi kecerewetan kita di social media sebaiknya diimbangi dengan update di blog. Blog ini adalah salah satu aset, kata Mas Erwin. Lalu buat yang mau monetize, ya harus dengan domain sendiri dan layout yang lebih rapih dari template blogspot biasa. “Semakin komersial, semakin terlihat kredibel,” katanya. “Sulit membuat domain gratisan jadi komersial karena akan ada banyak batasan.”
Terakhir adalah menemukan keywords yang cocok dengan siapa kita dan mengoptimisasi keywords tersebut. Biasanya ada 7 keywords yang bisa kita optimized supaya branding blog kita makin kuat di luar sana. Ada beberapa alat yang bisa digunakan seperti soovle.com yang mencarikan keywords yang dekat dengan interest blog kita. Wah, jadi PR selanjutnya buat saya nih. Dan jangan lupa, keywords ini bukan hanya di tulisan, tapi di semua foto dan video yang kita tampilkan di blog.
Mencari keyword lewat Soovle |
Di akhir sesi Mas Erwin, saya menarik kesimpulan ada 3 step yang harus saya lakukan ketika saya hendak membuat sebuah posting.
Mendengar penjelasan Pak Bi, saya jadi teringat bahwa personal branding saya malah dimulai dari julukan orang. Saya bukan orang yang menonjol, sementara anak saya lebih supel dan terkenal. Jadi biasanya orang akan mengenal saya sebagai “Mama Dudu”. Saat julukan itu muncul, saya belum tahu apa-apa tentang personal branding. Namun karena merasa tidak keberatan dengan julukan itu, saya mengadopsinya ke dalam blog saya dan ke social media saya. Saat ini saya sembari mencoba mengembangkan branding yang lebih spesifik ke food and travel yaitu #DateWithDudu, kencan mingguan mama dan anak yang lebih senang ditulis pakai bahasa Inggris. Haha.
- Find your keywords. Kalau ada 7, ya setiap posting yang masuk ke blog harus paling tidak mengoptimisasi 1 dari 7 keywords itu. Blog juga jadi fokus dan tulisan jadi terarah.
- Apply keywords everywhere. Termasuk foto, video dan semua media yang ada di dalam postingan kita.
- Gunakan rumus tulisan agar ter-index Google. Rumus tulisannya, karena panjang, ada di gambar dibawah ini.
Rumus menulis yang baik |
“Brand yourself before others start branding you.”
Pernahkah kita Google nama kita sendiri? Dan ketika kita Google, sudahkah kata “penulis” muncul di halaman pertama? Dalam speechnya sebagai guest speaker, Subiakto Priosoedarsono atau yang lebih akrab dipanggil Pak Bi ini mencontohkan perbedaan branding yang dia bentuk dan persepsi masyarakat tentang dirinya. Kalau sudah terlanjur di-brand masyarakat, agak susah rebrandingnya. Apalagi kalau brand tersebut ternyata tidak positif.Mendengar penjelasan Pak Bi, saya jadi teringat bahwa personal branding saya malah dimulai dari julukan orang. Saya bukan orang yang menonjol, sementara anak saya lebih supel dan terkenal. Jadi biasanya orang akan mengenal saya sebagai “Mama Dudu”. Saat julukan itu muncul, saya belum tahu apa-apa tentang personal branding. Namun karena merasa tidak keberatan dengan julukan itu, saya mengadopsinya ke dalam blog saya dan ke social media saya. Saat ini saya sembari mencoba mengembangkan branding yang lebih spesifik ke food and travel yaitu #DateWithDudu, kencan mingguan mama dan anak yang lebih senang ditulis pakai bahasa Inggris. Haha.
Pak Bi sedang sharing diantara emak-emak blogger yang semangat belajar |
Dengan tagline “bodo amat” di atas tadi, ironisnya personal branding yang saya miliki saat ini malah berasal dari “apa kata orang”. Untung positif. Dan tetap lho, meski ide awalnya dari luar, yang namanya personal branding itu harus saya bentuk sendiri. Jadi ketika kita Google diri sendiri, kita melhat apa yang sudah kita bangun bukan label tempelan orang lain. Ibarat beli tepung di supermarket tapi yang mengolahnya jadi kue kan kita juga. Lalu, buat yang masih blank, dari mana kita bisa mulai membangun personal branding kita?
Kalimat pembuka dari MakPuh Indah Juli bisa jadi awal bagi yang kebingungan mau mulai menyusun personal brandingnya dari mana. MakPuh bercerita bahwa beliau juga memulai blogging dari sharing tentang anak. Lalu bagaimana kita berkembang tergantung bagaimana kita menghargai diri sendiri. Kalau kita menganggap kita ini “blogger remahan”, ya kita akan selamanya diremehkan. Setuju sama MakPuh!
Kalimat pembuka dari MakPuh Indah Juli bisa jadi awal bagi yang kebingungan mau mulai menyusun personal brandingnya dari mana. MakPuh bercerita bahwa beliau juga memulai blogging dari sharing tentang anak. Lalu bagaimana kita berkembang tergantung bagaimana kita menghargai diri sendiri. Kalau kita menganggap kita ini “blogger remahan”, ya kita akan selamanya diremehkan. Setuju sama MakPuh!
MakPuh Indah Juli sedang memberikan petuahnya |
Respect yourself (and your masterpieces) before other start respecting you.
Selamat ultah yang ke-4 KEB. Senang bisa belajar, berkarya dan jadi bagian dari komunitas ini.
Selamat ultah yang ke-4 KEB. Senang bisa belajar, berkarya dan jadi bagian dari komunitas ini.
Wah mba...makasih ya udah bikin jadi postingan secara kemarin aku rada nggak konsen gegara bawa bocah dan suara backsound di belakang.
ReplyDeleteSeru nih materinya mas Erwin...
Btw, akhirnya bisa duduk en ngobrol dengan dirimu mba,walaupun sering ketemu tapi gak berani negur hihihi
Hai Mba, you're welcome. Haha ini aku sampai niat mencatat. Kalau ngga pasti sudah tergoda makanan enak-enak di belakang. Panggil aku kalo ktemuan lagi, Mba. Aku kalo banyak orang begitu sebenarnya suka panik trus bingung sendiri ngga tau mau ngapain, semacam lost in crowd gitu hahaha.
Deleteaseegggg,..
ReplyDeletetengkiu share ilmu kecenya mak
Makasih sharing informasinyaa, mbaa. Kemaren nggak bisa datang, tapi dapat ilmu juga dari tulisan ini. Hiihi
ReplyDeleteSama-sama. Berikutnya ktemuan yuk hehehe
DeleteWahh, ulasannya komplit! mantap mbak... :D
ReplyDeleteyang agak nohok ini nih :
Tapi ingat, yang namanya blogger ya “rumah”nya di website. Jadi kecerewetan kita di social media sebaiknya diimbangi dengan update di blog.
masih kerasa kurang produktif nih nge-blognya -___-
Thank you. Aku juga kalo udah ngetwit suka keterusan.
DeleteUsai baca postingan ini, gua galau lagi....mau ganti branding..hihi
ReplyDeleteSelama ini lifestyle dan terlalu gado-gado.hiks
Jangan jadi galau dong Mba hehe :)
DeleteWah thanks buat rangkumannya ya mba Ruth. Masih mencari keywords yang oke nih :)
ReplyDelete