22 January 2016

Berbagi Cerita Sehari-hari dengan Batik

"Batik? Tidak mau ah. Jelek. Aku tidak suka." Begitu komentar Dudu ketika saya memilihkan baju dengan corak khas Indonesia ini untuk acara resmi, acara keagamaan atau sekedar berpose untuk mengisi sosial media. Ada apa sih dengan Batik?

Lomba Fashion Show Kartini di sekolah.
Ini Baju Betawi dipadukan dengan Batik

Saya pencinta Batik. Kalau road trip ke Jawa pasti bawa pulang Batik. Waktu pergi wisata ke Cirebon juga saya belanja Batik soalnya saya suka motif Mega Mendung yang jadi motif khas daerah tersebut. Motif Mega Mendung biasanya didominasi warna biru dan merah karena melambangkan keterlibatan laki-laki dalam pembuatannya. Well, memang seringnya wanitalah yang terlihat membatik. Koleksi kain Batik saya bertumpuk dan hanya keluar dua kali. Satu ketika sepupu saya menikah di Museum Arsip, dan ketika Dudu maju sebagai finalis Gading Model Search tahun 2014 dengan kostum Gatot Kaca dengan kain Batik Parang. Batik Parang juga adalah salah satu motif favorit saya dan motif yang mungkin paling populer juga karena merupakan motif dasar paling tua di Jawa. 

Yang ini ada Megamendungnya sedikit
Kantong earphone kesayangan saya
karena warnanya mirip Parang
Saya sendiri lebih suka menggunakan batik sebagai aksesoris. Tas, tempat smartphone, kantong kamera, bahkan gelang dan kalung. Biasanya hunting kalau pergi ke Jogja karena di Malioboro banyak yang jualan tas Batik seperti ini. Cuma kalau malas-malas berjalan menembus keramaian dan melawan panasnya cuaca, kita bisa duduk di cafe sambil buka laptop dan browsing tas Batik di Zalora. Tidak perlu pusing nawar juga karena harganya sudah jelas. Jelas diskon haha.

Memilih Batik di Cirebon. 
Lapak penjual tas di Malioboro. 
Anyway, meskipun Dudu tidak suka pakai Batik, saya tetap memasukkan kemeja Batik ke dalam lemarinya. Di saat darurat, batik bisa jadi penyelamat dan karena Dudu juga anak kecil, Batik yang dipakainya bisa dipadupadankan dengan must-have basic fashion items for boys seperti jeans, plain t-shirt, graphic t-shirt bahkan celana pendek warna-warni. Dan batiknya juga tidak melulu yang klasik seperti yang dipakai pas datang ke pernikahan, tapi juga batik modern yang jahit tempel dengan pola lain atau yang motifnya dicap. Buat saya ini masih termasuk batik.

 

Tapi menanamkan kecintaan Dudu pada batik, yang sudah saya mulai sejak kecil, masih terus dicoba sampai sekarang. Meskipun tidak suka menggunakan Batik, tapi Dudu suka membatik. Perkenalan Dudu dengan Batik adalah ketika dia kena kompor pencair lilin malam saat membatik di Semarang. Kapok? Tidak juga. Kalau ada acara membatik, seperti di International Batik Center Pekalongan pada akhir pekan, dia pasti ikutan. Kalau mewarnai saja banyak manfaatnya, apa lagi membatik yang menggunakan lilin malam dan canting. Buat yang ingin membatik di rumah, ada satu blogpost yang mengajarkan DIY membatik menggunakan lem sebagai pengganti lilin malam. Mungkin ini bisa jadi proyek berikutnya kalau kita liburan di rumah.

Pakai Batik, siapa takut?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.