Setiap lewat showroom Mini Cooper di Grand Indonesia, saya selalu berpikir: apa rasanya naik mobil ala Mr.Bean ini. Ada yang punya rasa penasaran yang sama?
Lalu seorang teman saya menang kuis! Hadiahnya dijemput dan diantar ke restoran pilihan dengan Mini Cooper. Yeay! Boleh bertiga. Karena mikirnya mobil mini, maka yang diajak juga anak-anak. Ya siapa lagi kalau bukan si Dudu.
Sayangnya karena jadwal dari si Mini Cooper yang padat, kita kebagian jalan hari Jumat malam. Yah, sayang. Dari semua resto yang ditawarkan hanya yang di Artotel inilah yang paling memungkinkan untuk dinner mengingat macetnya hari Jumat jam pulang kantor. Dari kantor saya di Slipi, kita jalan jam 6. Mobil Mini Cooper kuning terang ini sudah cukup menarik perhatian orang kantor begitu muncul di parkiran. Haha. Siapa sangka warnanya bakalan kuning begini?
Sekilas mobil ini terlihat berbeda. Bentuk mobilnya juga sudah unik, lalu lampu depan yg bulat dan berbeda bentuknya. Mirip mobil-mobilan atau mobil-mobil bisa bicara yang ada di film anak-anak seperti Cars. Saya sudah menunggu si Mini Cooper bersuara. Sayangnya ini di dunia nyata haha.
Masuk ke dalam, si Dudu duduk di depan. Kalau Pak supir terlihat besar duduk di balik kemudi, si Dudu ini pas sekali tingginya. Sabuk pengamannya juga pas. Padahal kalau di mobil biasa, dia masih sedikit kependekan untuk pasang sabuk pengaman di kursi depan. Dari luar mobil boleh kelihatan pendek dan kecil, namun begitu masuk ke dalam ternyata cukup lega juga. Tempat duduk belakang bisa untuk tiga orang dewasa, meskipun kalau yang masuk sebesar adik-adik saya jadi ragu-ragu juga. Pokoknya kalau untuk ibu-ibu ya muat deh.
Seperti sudah diduga, si Dudu mainan radio (maaf ya Pak supir) sambil sibuk bertanya apa ini apa itu. Tadinya seru dengan lampu yang sudah pasti bikin anak-anak tertarik untuk pencet-pencet. Volumenya keren bisa dilihat di lampu yang membentuk setengah lingkaran di atas radionya. Sepertinya enak juga buat disetir. Kata Pak supirnya sih bisa test drive di showroom Pondok Indah kalau Sabtu-Minggu. Pengen coba tapi kalau tidak beli kan malu juga ya. Harga yang used saja mencapai Rp450jt. Eh, tapi jangan takut beli bekasnya karena ya kalau mobil seperti ini kan sudah pasti dirawat. Benar juga ya.
Pas pulang dari makan, Andrew duduk di belakang karena sudah agak mengantuk. Kita menerjang kemacetan Sudirman-Thamrin dengan sudut pandang berbeda. Maklum, selain hampir selalu duduk di kursi kemudi, naik sedan saja jarang karena saya sekarang lebih banyak tinggal di daerah banjir. Agak terkaget-kaget dengan mobil-mobil yang mendadak jadi 'besar'. Yang paling bikin bengong adalah patung selamat datang yang di Bundaran HI entah bagaimana bisa terlihat lebih keren. Karena kecil jadi enak nyelip-nyelip pas kita lewat jalanan yang ramai seperti Tanah Abang atau banyak perbaikan seperti Fatmawati.
Duduk belakang juga enak, kata Andrew. Di pintu ada lampu, dan karena mobil kecil, ACnya juga dingin.
Dudu: Sayang tidak ada AC belakang ya, Ma.
Mama: Mobilnya kecil begini masa nyari AC belakang. Emang kamu kepanasan?
Dudu: Ya tidak juga sih.
Mama: (bengong)
Bisa berapa cepat?
Lalu seorang teman saya menang kuis! Hadiahnya dijemput dan diantar ke restoran pilihan dengan Mini Cooper. Yeay! Boleh bertiga. Karena mikirnya mobil mini, maka yang diajak juga anak-anak. Ya siapa lagi kalau bukan si Dudu.
Si Kuning yang setia mengantar kita makan malam |
Sekilas mobil ini terlihat berbeda. Bentuk mobilnya juga sudah unik, lalu lampu depan yg bulat dan berbeda bentuknya. Mirip mobil-mobilan atau mobil-mobil bisa bicara yang ada di film anak-anak seperti Cars. Saya sudah menunggu si Mini Cooper bersuara. Sayangnya ini di dunia nyata haha.
Masuk ke dalam, si Dudu duduk di depan. Kalau Pak supir terlihat besar duduk di balik kemudi, si Dudu ini pas sekali tingginya. Sabuk pengamannya juga pas. Padahal kalau di mobil biasa, dia masih sedikit kependekan untuk pasang sabuk pengaman di kursi depan. Dari luar mobil boleh kelihatan pendek dan kecil, namun begitu masuk ke dalam ternyata cukup lega juga. Tempat duduk belakang bisa untuk tiga orang dewasa, meskipun kalau yang masuk sebesar adik-adik saya jadi ragu-ragu juga. Pokoknya kalau untuk ibu-ibu ya muat deh.
Audio player yang mengundang anak kecil buat main |
Pas pulang dari makan, Andrew duduk di belakang karena sudah agak mengantuk. Kita menerjang kemacetan Sudirman-Thamrin dengan sudut pandang berbeda. Maklum, selain hampir selalu duduk di kursi kemudi, naik sedan saja jarang karena saya sekarang lebih banyak tinggal di daerah banjir. Agak terkaget-kaget dengan mobil-mobil yang mendadak jadi 'besar'. Yang paling bikin bengong adalah patung selamat datang yang di Bundaran HI entah bagaimana bisa terlihat lebih keren. Karena kecil jadi enak nyelip-nyelip pas kita lewat jalanan yang ramai seperti Tanah Abang atau banyak perbaikan seperti Fatmawati.
Duduk belakang juga enak, kata Andrew. Di pintu ada lampu, dan karena mobil kecil, ACnya juga dingin.
Dudu: Sayang tidak ada AC belakang ya, Ma.
Mama: Mobilnya kecil begini masa nyari AC belakang. Emang kamu kepanasan?
Dudu: Ya tidak juga sih.
Mama: (bengong)
Buat yang penasaran, kurang lebih begini wujud Mini Cooper kita Photo courtesy of Autoevolution.com |
Selain karena mengemudi di dalam kota yang cukup padat, tidak mungkin juga si Pak supir ngebut. Tapi remnya enak, tidak kaget-kagetan. Ini pertanyaan Andrew juga ke Pak supirnya. Katanya sih bisa sampai 215km/jam dengan akselerasi 0-100km/jam dalam waktu 7 detik. Sambil jalan, Pak supirnya cerita kalau kebanyakan memilih Kemang sebagai tujuan. Wah, sayang juga memang. Kalau Kemang kan bisa merasakan naik turun tanjakan. Hahaha. Jadi kangen test drive dan review mobil seperti dulu lagi.Oh iya, satu lagi saran Pak supir adalah beli Mini Cooper yang sedan, jangan yang hatchback. Terbayang sih kalau yang 4 pintu saja sudah mini begitu, bagaimana yang 2 pintu?
Jadi, kapan kita beli mobil mini itu, Ma? Tanya si Dudu begitu kita turun dan si Mini Cooper lanjut mengantarkan teman saya ke rumahnya. Mobilnya seru ya, Du. Mama juga mau.
Jadi, kapan kita beli mobil mini itu, Ma? Tanya si Dudu begitu kita turun dan si Mini Cooper lanjut mengantarkan teman saya ke rumahnya. Mobilnya seru ya, Du. Mama juga mau.