27 September 2010

"Ayo Makan Dong, Nak."

Anak saya termasuk yang picky eating. Hal ini sering membuat saya khawatir terutama saat sedang travelling ke luar kota atau ke luar negeri. Mencoba makanan baru seakan-akan tidak ada dalam kamusnya. Pokoknya kalau rasanya aneh sedikit dia pasti langsung mendorong piringnya dan bilang “nggak suka.”


Kalau pas di rumah, oke, saya bisa mencoba berbagai cara. Misalnya waktu memperkenalkan nasi liwet, nasi kuning, nasi uduk, semua saya pukul rata: NASI. Kalau dia Tanya “Ini apa, Ma?” saya jawab “Nasi” tanpa memberikan embel-embel kuning, liwet, uduk. Jadi dia tidak menolak duluan. Begitu juga dengan sup. Mau soto, mau rawon, mau bakso, semua saya bilang sup. Jadi dia akan, paling tidak, mencoba dulu. Kalau ternyata beneran tidak suka, baru saya ganti. Selain itu, biasanya saya makan dengan menu yang sama, jadi dia melihat saya mencoba dan terlihat enak, dan dia tergerak untuk mecobanya juga.

Selain makanannya, saya juga memberikan alasan kenapa makan tidak bisa hanya nasi.
“Kenapa, Ma?”
“Soalnya untuk jadi tenaga, nasi yang namanya karbohidrat ini harus dipecah sama protein. Jadi harus ada lauknya.”
Sekarang dia mengerti kalau makan harus lengkap, ada karbohidrat ada protein, ada sayur ada buah. Dia bahkan bisa membedakan mana yang mengandung karbohidrat, mana yang protein. Tapi itu tidak menjamin dia mau mencoba makanan baru. Misalnya saat makan di restoran Sunda, saya mengenalkan es kelapa muda sama Andrew di sebuah restoran Sunda. Dia senang mencobanya pada saat awal karena melihat saya asyik mengeruk dan mengaduk kelapa. Sampai punya oma-nya diminta! Tapi setelah beberapa suap dia langsung mundur, “ngga’ enak ah!”

Memang mengenalkan makanan baru pada anak harus pantang menyerah nih!

22 September 2010

Pake Kamera Poket Buat Lomba Foto?


Tiap ikutan lomba, saya suka nyerah duluan. Kenapa? Soalnya kamera saya poket. Awal-awal ikutan lomba, saya penasaran. Kenapa foto-foto saya ngga pernah menang. Padahal anaknya sudah senyum sudah oke, properti sudah beres. Jawabannya satu: biar bagaimana pun kualitas kamera poket ngga bisa menandingi kamera DSLR. Jauhhhhhhh banget appealnya. Kebetulan temen di kantor pernah fotoin anak saya pake DSLR. Trus hasilnya saya print saya bandingin. Halah... jelas aja foto saya ngga pernah menang. Parahnya lg, kamera poket saya juga bukan tipe yang bisa diset manual. Jadi ya nasib deh, kalo habis "click" tinggal terima jadi aja.


Gimana ngga? Mau beli DSLR, harganya selangit -- ngga selangit pun, gaji juga masi ngga nutup. Mendingan buat bayar uang sekolah anak deh. Trus mau foto studio, akhirnya cuman jadi niat aja, secara saya kerja full time and tiap kali bikin janji sama foto studio/temen fotografer, saya batalin juga karena ga sempet.Trus, saya ikutan workshop fotografi memfoto anak yang kebanyakan juga menekankan soal teknik foto dll, yang kebanyakan hanya bisa diaplikasikan di DSLR. Keluar dari workshop itu, kesimpulan saya cuman 1: percuma kalo anaknya ganteng/cantik tapi kameranya poket.


Rasanya langsung mau putus asa.


Jadi gimana dong? Ya, mau ngga mau saya tetep pake kamera poket. Tapi, ya ngga diem gitu aja sih, kamera poket pun bisa dimaksimalkan. Caranya?


1. Saya coba kenali lagi kamera poket saya (padahal buku manualnya dah ga tau ke mana). Feature ini feature itu, satu-satu saya cobain trus saya bandingin hasilnya di layar komputer. Makan waktu memang, tapi, saya jadi tau feature mana yang akan sering saya pakai dan yang hasilnya maksimal tanpa pake blitz. Saya set ke setting itu jadi begitu ada moment ga usah ribet seting-setting lg.


2. Fotonya harus outdoor. Kalo indoor seh, ya jangan harap bisa se-kualitas foto lomba (lomba sekarang makin kompetitif sih ya). Kalopun indoor, harus tempat yang kena matahari langsung! Hasilnya jauh lebih bagus.


3. Outdoornya juga ga asal outdoor. Kalo mendung, biasanya saya ngga foto. Trus pernah nih, saking niatnya, hari Sabtu saya bela-belain keluar rumah pagi-pagi buat ngetes kamera. Begitu hasilnya bagus, langsung anak saya panggil buat foto. Hahahaha... agak maksa sih, tapi ternyata hasilnya cukup memuaskan. Jadi lama-lama saya juga ngafalin kapan cahaya bisa pas dan hasil foto bisa memuaskan banget.


4. Jangan menyerah -- kalo pake DSLR bisa cuman beberapa (beberapa=puluhan) shot bisa dapet yang pas, kalo pake poket bisa lamaaaaaa banget. Bisa juga hari itu gagal total trus harus diulang lagi besoknya. Jadi, saya selalu bawa poket kemana pun saya pergi. Pas anak saya casting, eh, kok tamannya bagus. Eh, kok mataharinya pas. Eh kok difoto ga burem. Langsung deh, anak lg main di taman saya foto!


5. Kalo bisa, latar belakang ga usah rame-rame and properti ga usah banyak-banyak... kenapa? Soalnya poket ga bisa memburamkan background (at least poket saya ga bisa). Jadi, kalo sekeliling anak itu rame and banyak macem-macemnya, ke anak juga ga fokus. Kalo DSLR kan enak,tinggal puter2 fokus, anak yang jelas, background ga penting bisa burem. Hehehehe...


6. Mau foto objek bergerak tapi ngga burem? Foto outdoor seperti biasanya, trus pake blitz/flash. Jadi flat? itu seh tone down aja di editing sedikit. Habis gimana lagi? Hehehehe... saya sampai tahu berapa detik lag blitz kamera saya, jadi saya tau kapan saya bisa tekan tombol supaya hasilnya pas anak saya lagi "terbang" diudara. Tapi ya sejelas-jelasnya, kalo foto objek bergerak emang mendingan panggil yang profesional aja atau kelaurkan DSLR anda. Hehe...


Lebih banyak usaha sih, tapi bukannya ga bisa menang sama sekali loh!


Beberapa foto anak saya (pure hasil foto poket tanpa editan photoshop dll) pernah menang or jadi finalis beberapa lomba besar. Faktor luck mungkin? Bisa aja. Tapi tetep, paling ngga saya jadi tahu, kita masi bisa "bertarung" di ajang lomba walaupun kameranya cuman sebesar telapak tangan kita. Cuman harus usaha lebih aja.


Ini salah satu foto yang berhasil menang:


[kalo saya beneran punya DSLR, pasti saya akan kangen sama poket saya ini]


23 August 2010

Fingerprinting O' Fun

I really love arts and crafts... and akhir-akhir ini sedang sedih karena ide scrapbook saya sedang mandeg. Bukan karena ngga ada bahan, tapi ngga ada waktu.


One day, saya dapat buku dari seorang teman, tentang fingerprinting.
Hm... seru nih kayaknya. Sesuatu yang bisa dilakukan bersama anak. Pas saya buka-buka, wuih, banyak amat macamnya. Dari yang simple-simple seperti bikin anak ayam, babi dan sebagainya, sampe yang complicated seperti bikin pemandangan dan kartu ucapan. Pengarang bukunya, Christina Hong, juga dapat ide dari anak-anaknya. Saya coba di rumah pakai cat air, kok gagal ya? Kebanyakan jadi basah kertasnya trus keringnya juga ga enak. Warna jadi kecampur-campur dan gagal deh bikin anak ayam.

Ngga berapa lama, saya dapat undangan workshopnya dari FB. langsung saya daftarkan anak saya. Hihihihi... bisa mencuri trik nih!

Ternyata benar. Ngga sembarangan cat bisa dipakai untuk finger printing. Beberapa merk menyediakan cat khusus finger printing tapi harganya mahal. Untung di bukunya Christina itu ada cara membuat cat untuk finger printing. Spidolnya pun sebaiknya pakai yang ujungnya lancip. Anak saya sih senang, tapi dia cepat bosan. Setelah beberapa burung, babi, dan anak ayam dia bosan.

It's OK, yang penting minggu ini kita berhasil membuat sesuatu yang baru. Hasil karya kami berdua bisa dilihat di gambar di bawah ini. Semoga suatu hari bisa bikin mahakarya!


05 August 2010

Kenapa oh Kenapa?

1. Ma, kenapa dia ngga mau pinjemin mainannya, kan cuman sebentar trus aku kembalikan lagi?

2. Ma, kenapa jalanan kita (trotoar) diparkirin mobil, sementara di Madrid ngga?(jawaban si Mama: yah, namanya juga Indonesia, nak...)

3. Ma, kenapa orang kerja ada yang punya bos ada yang ngga?

4. Ma, kenapa baby ngga bisa jalan?

5. Kalau masi pakai pampers, namanya baby ya, Ma? (susah dijawab karena anak tersebut seumuran dengan si penanya yang dengan suksesnya nunjuk sambil nanya kenceng-kenceng).

6. Ma, kenapa ibu itu buang sampah sembarangan? Kacau dia, Ma!

7. Ma, kenapa pesawat kalau mau blast off, sayapnya memanjang? (susah dijawab karena Mamanya anak IPS yang passionnya di Bahasa. Untung ada Om Meh yang Mechanical Eng ahahahahaha)

8. Ma, kenapa Spanyol bisa menang Piala Dunia? Aku juga mau dong, Ma!

9. Ma, kapan kita ke Egypt? (waduhhhh kapan ya Nak? Susah dijawab karena Mamanya ngga punya duit hahahaha...)

10. Ma, kenapa anak kecil tidak boleh pegang pisau? Kan aku pasti hati-hati supaya tidak kepotong?

Nah lohhhhhhh.....
Anak pendiam, puyeng. Anak banyak nanya juga sama pusingnya.... dari A-Z ditanya semuanya.

20 July 2010

Ke Mana Liburan? MADRID!




Andrew and Mama went to Madrid. And we arrived on the same day with the World Cup winning team. Here's our story, and how Madrid looks different with the World Cup, Iniesta, Puyol, Villa, Pique, Alonso and red supporters along the main roads.

Mendarat di Barajas, kami disambut oleh keriuhan ala international airport. Barajas terletak di luar kota (walau hotel kami terletak di Barajas) jadi untuk ke kota ada beberapa pilihan. Yang paling praktis adalah Metro. Untuk turis, Anda bisa membeli day pass yang berlaku untuk 1, 3, 5 atau seminggu dengan harga mulai Euro 5.20.. Anak dibawah 4 tahun dapat naik dengan gratis, sementara anak dibawah 11 tahun dapat membeli tiket setengah harga untuk anak-anak. Tiket ini juga bisa digunakan untuk naik bis. Bis di Madrid, selain stroller-friendly juga punya kursi khusus anak-anak


WHERE TO GO?


  • Parque de la Montana dengan Egyptian Temple of Debod adalah salah satu tempat yang kami kunjungi. Temple ini unik karena merupakan temple asli Mesir yang dibangun ulang di Madrid tahun 1968 karena terancam hancur oleh pembangunan The Great Dam of Aswan.Di taman-nya ada children playground, pepohonan sejuk lengkap dengan tempat duduk. Cocok untuk tempat istirahat, terutama jika berkunjung di musim panas yang mataharinya terik tanpa ampun.
  • Estadio Santiago Bernabeu merupakan rumah dari Real Madrid, terletak persis di pintu keluar metro Santiago Bernabeu. Bukan hanya stadionnya saja yang menarik, di sekitar stadion banyak tempat duduk-duduk di bawah pohon yang dipasang pelat bergambarkan bendera dan nama negara. Andrew sempat main tebak-tebakan bendera.
  • Dibangun pada zaman Habsburg, Plaza Mayor dikelilingi tempat yang dulu adalah tempat tinggal penduduk Madrid. Lapangan di tengahnya juga pernah digunakan untuk adu banteng, dan pertandingan bola. Sekarang, bangunan di Plaza Mayor didominasi oleh kantor pemerintah, toko souvenir dan restoran.
  • Grand Via adalah jalan utama di Madrid. Di sini anda bisa menemukan bermacam-macam restoran mulai dari yang menjual paellas (makanan tradisional Spanyol, berupa nasi yang dimasak bersama seafood, sosis, ayam dan lain sebagainya) sampai yang menjual ayam fast food. 

   Madrid adalah kota yang menyenangkan. There are a lot of children playgrounds, making it hard for kids to get bored. Sayang waktu yang singkat (dan satu hari penuh yang tersita oleh kepulangan tim pemenang world cup) membuat kami tidak selesai mengelilingi Madrid.

29 April 2010

Sehat dan Seimbang


Akhir-akhir ini saya sedang 'gila' yoga.



Sebagai penggemar olahraga yang tidak mengeluarkan keringat (seperti berenang), yoga merupakan olahraga yang cocok buat saya. Siapa sangka, waktu saya sibuk mempraktekan pose yoga di rumah, si kecil ternyata memperhatikan dan ikutan angkat-angkat kaki sambil mengatupkan tangan di depan.

Dan saya mulai browsing soal yoga dan anak kecil.
Keuntungan utama jelas membuat anak lebih lentur, melatih keseimbangan dan kekuatan. Selain itu teknik pernafasan Yoga yang mirip meditasi itu katanya bisa membantu anak lebih tenang, fokus dan konsentrasi. What's even better adalah Yoga bisa membantu postur tubuh anak. Karena anak saya suka fashion show dan difoto, sepertinya postur tubuh penting nih untuk dilatih supaya tegap.

But the benefit of Yoga doesn't stop there. According to Webmd.com "Yoga has long been known to lower blood pressure and slow the heart rate. On a biochemical level, studies point to a possible anti-oxidant effect of yoga. " Yoga bisa jadi satu kegiatan sehat yang cocok untuk keluarga. Terutama buat mama seperti saya yang malas olahraga.



22 December 2009

Emang Kamu Bisa?


AKU BISA bukanlah ungkapan asing di rumah saya.
Semua bermula dari niat anak saya membantu menyapu lantai. Andrew, yang waktu itu berusia 2 thn, menghampiri Mbak-nya yang sedang menyapu lantai dengan sebuah sapu ijuk yang gagangnya lebih panjang dari tinggi badannya.

“Mbak, aku mau bantu sapu!” Katanya suatu pagi.
“Emang kamu bisa?” Spontan tantangan itu terlontar dari saya.
“AKU BISA!” Jawabnya dengan penuh semangat.

Kaget juga melihat usaha anak saya untuk menggunakan sapu itu. Tapi setelah kata-kata AKU BISA tadi, sepertinya dia berusaha membuktikan kalau dia benar-benar bisa. Begitu juga dengan hal-hal lain yang dia pelajari. Melepas sepatu sendiri misalnya. Waktu Mbak-nya pulang kampung Lebaran kemarin, Andrew, waktu itu sudah 3 thn, mulai belajar memakai dan melepas sepatu sendiri. Melepasnya sih gampang, memakainya itu bisa sampai 15 menit sendiri…
Terlontar lagi dari saya waktu dia sedang berusaha memasukkan tumitnya ke dalam sepatu, “Emang kamu bisa? Perlu dibantu ngga?”

“Ngga usah! Aku bisa!” Jawabnya.

Buat anak sekecil Andrew, yang baru belajar melakukan banyak hal, kata-kata AKU BISA bermakna lebih dari sekedar ungkapan. Kata-kata tersebut seperti meyakinkan dia bahwa dia benar-benar mencoba dan benar-benar merasa bisa. Satu hal yang saya pelajari dari semangat “AKU BISA” si Andrew adalah kekuatan positive thinking-nya. Memang, ada kalanya dia gagal dan menghampiri saya sambil membawa sepatunya. “Nggak bisa, Ma. Tolongin dong.” Tapi sering juga dia berhasil dan bilang “Tuh kan, AKU BISA!” dengan bangganya.

Melihat kegigihannya berusaha, saya juga jadi terinspirasi untuk tidak menyerah di depan sebelum benar-benar mencoba. Karena siapa tahu, ternyata AKU BISA.



Diikutkan ke lomba menulis Word Share Contest Dari Kalbe Nutritionals

17 December 2009

Alkitab dan Anak Kecil

Andrew punya bible.
Dan yang namanya baca... wuah bisa tiap malem minta dibacain.
Ceritanya? Ya apa aja yang ada di Bible itu...
But then the bible created more problems than solutions.

Dudu: "Mah, kenapa Adam dan Hawa ngga pake baju? Kan malu..."
Mama: "Ya soalnya Adam dan Hawa belum makan buah yang dilarang itu, jadi blom malu..."

Ngga menjawab sih, ngga nyambung juga, tapi dia udah oooh.... jadi ya I left that at it.
Moving on to the next pages

Dudu: "Mah, kok Daud ambil batu?"
Mama: "Iya, buat lawan Goliath."
Dudu: "Goliath jahat ya, Ma? Jadi kalo ada orang jahat, boleh dilempar batu ya Mah?"

Waduh...
Si Daud sih pake lempar batu....

Mama: "Kalo Daud kan lawan orang jahat. Dudu lempar batunya ke danau aja ya...."

Untung dia ngerti....
Kalo ngga kan gawat tuh... jadi anarkis.

Begitu sampe cerita Tuhan Yesus...
Dudu: "Mah, kenapa Tuhan Yesus lahirnya di kandang domba?"
Blom sempet gw jawab, dia dah nambahin sendiri...
Dudu: "Oh... karena ngga ada rumah sakit ya?"
Iya aja deh, Du...
Daripada pusing.

Kita ngomongin yang lain aja yuk, Du!