Anak saya termasuk yang picky eating. Hal ini sering membuat saya khawatir terutama saat sedang travelling ke luar kota atau ke luar negeri. Mencoba makanan baru seakan-akan tidak ada dalam kamusnya. Pokoknya kalau rasanya aneh sedikit dia pasti langsung mendorong piringnya dan bilang “nggak suka.”
Kalau pas di rumah, oke, saya bisa mencoba berbagai cara. Misalnya waktu memperkenalkan nasi liwet, nasi kuning, nasi uduk, semua saya pukul rata: NASI. Kalau dia Tanya “Ini apa, Ma?” saya jawab “Nasi” tanpa memberikan embel-embel kuning, liwet, uduk. Jadi dia tidak menolak duluan. Begitu juga dengan sup. Mau soto, mau rawon, mau bakso, semua saya bilang sup. Jadi dia akan, paling tidak, mencoba dulu. Kalau ternyata beneran tidak suka, baru saya ganti. Selain itu, biasanya saya makan dengan menu yang sama, jadi dia melihat saya mencoba dan terlihat enak, dan dia tergerak untuk mecobanya juga.
Selain makanannya, saya juga memberikan alasan kenapa makan tidak bisa hanya nasi.
“Kenapa, Ma?”
“Soalnya untuk jadi tenaga, nasi yang namanya karbohidrat ini harus dipecah sama protein. Jadi harus ada lauknya.”
Sekarang dia mengerti kalau makan harus lengkap, ada karbohidrat ada protein, ada sayur ada buah. Dia bahkan bisa membedakan mana yang mengandung karbohidrat, mana yang protein. Tapi itu tidak menjamin dia mau mencoba makanan baru. Misalnya saat makan di restoran Sunda, saya mengenalkan es kelapa muda sama Andrew di sebuah restoran Sunda. Dia senang mencobanya pada saat awal karena melihat saya asyik mengeruk dan mengaduk kelapa. Sampai punya oma-nya diminta! Tapi setelah beberapa suap dia langsung mundur, “ngga’ enak ah!”
Memang mengenalkan makanan baru pada anak harus pantang menyerah nih!
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.