Kalau saya bilang bahwa saya ini seorang ibu yang introvert, biasanya tidak ada yang percaya. Soalnya saya ikutan banyak komunitas ibu-ibu dan komunitas menulis, yang isinya juga banyak ibu-ibu. Dan karena saya aktif di beberapa komunitas, banyak yang bertanya-tanya, ngapain sih ikutan komunitas ibu-ibu?
Seiring bertambahnya umur, jumlah teman saya berkurang. Kalau membaca studi di luar sana, hal ini disebabkan oleh proses seleksi alam yang terjadi seiring proses menjadi dewasa yang terjadi. Secara alami, kita menyadari apa yang penting dan tidak penting bagi kita, lalu kita akan lebih banyak berinteraksi dengan yang relevan bagi kita. Kita juga memiliki banyak prioritas baru, yang mengurangi waktu kita untuk bersosialisasi. Kalau dulu pulang sekolah bisa bermain karena tidak perlu memikirkan keuangan, sekarang kita kerja dari pagi sampai malam tanpa tahu apakah hari itu sempat bersosialisasi dengan orang sekitar.
Lalu datang pandemi dan jumlah teman saya semakin berkurang. Tidak semua orang bisa dengan luwes berinteraksi secara online, berjam-jam zoom tidak bisa menggantikan tatap muka sambil ngopi.
Menurut psychologist Marisa Franco, seperti yang disebutkan dalam interviewnya dengan Boston NPR, bahwa semakin dewasa, manusia semakin kehilangan kesempatan berteman secara organik, seperti di sekolah atau universitas. Lalu semakin dewasa juga, menurut Marisa, kita lebih nyaman dengan setting grup daripada persahabatan secara individual. Kita cenderung punya satu grup yang kita sering berinteraksi daripada seorang sahabat dekat yang kita percaya sepenuh hati.
Karena itulah, komunitas menjadi penting.
Saya sering menyarankan "ikut komunitas aja" kepada teman-teman yang mengeluhkan bahwa mereka sekarang tidak punya teman. Atau "kenapa nggak coba volunteer" alias berpartisipasi membantu di kegiatan yang menarik minat secara cuma-cuma. Meskipun biasanya kesempatan volunteering lebih mudah ditemukan kalau kita adalah bagian dari sebuah komunitas.
Berkomunitas juga harus tepat, alias sesuai minat, tujuan dan kemampuan kita. Kalau kita senang menulis ya bergabung dengan komunitas menulis, jangan komunitas naik gunung. Kalau ingin belajar bahasa asing, kita bisa cari komunitas belajar. Karena saya ibu-ibu, ya saya bergabung dengan komunitas ibu-ibu. Ada 3 komunitas ibu-ibu yang saya ikuti secara aktif: Single Moms Indonesia, Kumpulan Emak2 Bloger dan Ibu Professional.
Berkomunitas di tempat yang tepat, sangat banyak manfaat.
Pertama, kita punya tempat untuk "escape" dari rutinitas dan kehidupan sehari-hari. Sebagai ibu bekerja, hidup saya biasanya hanya seputar rumah dan kantor. Apalagi saya termasuk punya anak lumayan early, pas kuliah. Jadi single mom pula. Kalau mau cari teman 'senasib' dalam lingkungan pertemanan yang ada, sepertinya lumayan sulit. Ketika kuliah dulu, saya ikut komunitas single mom di kampus. Lalu ketika bekerja, teman-teman saya kebanyakan fresh graduate yang berfokus pada karir, sementara saya sudah jadi ibu-ibu cari uang. Jadi, saya seperti menemukan dunia baru di komuntas.
Di tempat bernama komunitas ini, saya juga bisa jadi diri sendiri. Di rumah, saya Mama Dudu. Di kantor, saya karyawan. Di komunitas, ya saya jadi diri sendiri. Jadi blogger di Emak2 Blogger, jadi ibu tunggal di Single Moms Indonesia dan jadi penulis di Ibu Professional. Komunitas jadi tempat kita mengekspresikan satu bagian dari diri kita.
Kedua, ada support system yang bisa membuat kita tetap waras. Bagaimana orang yang bukan penulis memahami writers' block, atau saat mood menulis muncul, kita tidak bisa diganggu kegiatan lain? Bagaimana kita bisa menyeimbangkan peran antara ibu dan blogger? Atau, kadang saya ingin melakukan sesuatu bagi para ibu tunggal yang membutuhkan bantuan namun tidak menemukan lewat mana. Sekedar ingin sharing kalimat motivasi atau tips yang kebetulan kita miliki. Di sinilah komunitas berperan sebagai support system yang memfasilitasi passion dan keinginan kita tanpa keluar jalur, serta memberikan rasa percaya diri.
Bisa belajar, dan bisa mendapatkan achievement. |
Ketiga, bisa belajar hal baru. Di Komunitas bukan hanya dapat teman, tapi dapat ilmu. Bisa ikut kelas dengan berbagai macam topik, mulai dari digital marketing, freewriting, public speaking, hingga bisnis. Bisa learning by doing juga. Sebagai seorang pegawai kantoran, saya bekerja sesuai job description. Tapi, di komunitas, saya bisa jadi tim event, belajar koordinasi dan menjadi tim lapangan. Komunitas jadi tempat belajar dan praktek, sekalian mencari pengalaman. Siapa tahu kita mau pindah kerjaan.
Jadi, kalau ditanya emang perlu, gabung komunitas ibu-ibu? Jawabannya ya perlu. Komunitas ibu-ibu yang kayak apa, ya yang tepat dan dapat memberikan manfaat.